Hi Scholars! Tidak terasa kita sudah sampai pada penghujung akhir tahun 2022, bulan Desember. Selain Natal dan Tahun Baru, bulan Desember juga merupakan bulan penutupan kepengurusan TSA ITB 2021/2022. Yuk kita cari tahu kisah perjalanan yang berlika-liku sebagai seorang pemimpin di TSA ITB dari Graciella, Ketua TSA ITB 2022.
Graciella Valeska Liander (TELADAN 2020)
Graciella Valeska Liander, yang biasa dipanggil Grace merupakan mahasiswi jurusan Sistem Teknologi dan Informasi ITB angkatan 2019. Kak Grace telah menekuni bidang manajerial cukup lama dengan menjadi Project Manager di Inkubator IT HMIF serta intern sebagai Product Manager di berbagai perusahaan seperti tiket.com dan Lncircle.
Kak Grace juga sangat aktif di dinamika unit - unit di ITB seperti URPA ITB, KSEP ITB, KMB ITB, URO ITB dan UKMR ITB. Pada tahun 2021 lalu, Kak Grace memutuskan untuk mengajukan diri sebagai calon ketua TSA ITB di tengah kesibukan yang ia jalani. Kira-kira kenapa ya, Kak Grace ingin menjadi ketua TSA ITB saat itu?
Pada saat awal masa perkuliahan di ITB, Kak Grace tidak pernah terpikir bisa mendapatkan beasiswa sehingga ia sangat bersyukur diterima menjadi penerima beasiswa TELADAN oleh Tanoto Foundation. Tidak hanya itu, Kak Grace juga tidak pernah terpikir untuk mengambil jabatan strategis di TSA karena saat itu, menurutnya ia hanya cukup mengagumi orang-orang hebat yang ada di TSA.
"Tapi, mulai di semester 5, aku ngerasain beberapa keresahan pribadi selama jadi anggota TSA yang kalau bisa aku rangkum. Ada 4 poin, yaitu: Privilege, Eksistensi, Kepemilikan, dan Kekeluargaan. Nggak cuma itu, aku juga punya goals pribadi yang menurutku terbuka lebar peluangnya di TSA ini.
Mulai dari Privilege, sebenarnya banyak banget hal yang bisa didapatkan di TSA dan semuanya sudah tersedia banget; fasilitas, network, materi dan masih banyak lagi yang disediakan oleh Tanoto Foundation melalui TELADAN dan TSA. Namun, hal ini justru menjadi sebuah pertanyaan 'Kenapa anak-anak TSA masih mencari - cari hal yang sama, hal yang difasilitasi oleh Tanoto Foundation di luar sana? Apakah mereka tidak menyadari privilege ini? Atau ada hal lain yang memotivasi mereka sehingga memilih mencari tempat baru daripada memaksimalkan yang ada?'. Sebagai salah satu yang merasakan privilege ini, aku ingin merangkul lebih banyak orang supaya bisa lebih sadar tentang privilege yang ada ini.
Di semester 4, aku pernah menjadi Recruitment Ambassador untuk TSA ITB dan sejujurnya, pada waktu itu meminta akses untuk publikasi sangat sulit karena orang-orang nggak tau TSA ITB itu apa sih? Banyak yang mengira scam, penipuan, atau organisasi yang nggak jelas. Padahal, anak-anak TSA ITB banyak loh yang berprestasi dan namanya dikenal dimana-mana, kenapa TSA ITB-nya enggak? Makanya, di kepengurusanku aku pengen banget ningkatin eksistensi TSA ITB sehingga ketika kita menyebarkan informasi yang penting dan bermanfaat itu nggak susah - susah banget.
Untuk poin kekeluargaan dan kepemilikan, ini mungkin hal yang dirasakan hampir semua organisasi. Betul, anggotanya hilang dan tidak saling kenal. Sebagai organisasi yang nggak ada masa kaderisasinya, jujur menimbulkan rasa kekeluargaan memang cukup sulit. Terlebih lagi, TSA ITB diangggap sebagai 'beban' dengan kegiatan-kegiatannya, bukan dipandang sebagai peluang. Oleh karena itu, aku juga pengen anak-anak TSA sadar kalau TSA ITB ini wadah loh untuk kita bisa berkembang dan mewujudkan apa yang kita pengen dengan lebih mudah, bukan sesuatu yang perlu dijadikan sebagai tambahan pekerjaan" .
Dari beberapa organisasi yang Kak Grace ikuti, ia merasa bahwa TSA ITB merupakan organisasi yang tepat ketika berbicara tentang pengabdian masyarakat karena salah satu mimpinya adalah melakukan pengabdian masyarakat minimal sekali ketika kuliah. Oleh karena itu, alasan itu membuat Kak Grace membulatkan tekadnya dalam memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai calon ketua TSA ITB.
"Banyak banget dan nggak mungkin muat dituliskan dalam satu buah artikel. Dari ups-nya dulu, seneng banget kalau anak - anak TSA ngerasa happy dengan kegiatan - kegiatan yang diadain sama TSA. Dari segi benefit, sebagai ketua juga sering ada training dan kegiatan offline yang diadain sama Tanoto Foundation, jadi banyak banget dapat pengalaman. Tapi, yang paling kerasa happy nya itu kalau udah selesai ngerjain project-project baik dari internal, maupun eksternal karena rasa senangnya memberikan perasaan yang berbeda dari lain.
Kalau dari downs-nya, tidak bisa dipungkiri dalam satu organisasi masih saja selalu berkutat dengan isu minimnya partisipasi dan ini juga yang aku rasakan selama satu tahun kepengurusan. Jadi kadang sedih melihat panitia yang sudah all-in di project-nya, tetapi partisipasinya tidak sesuai yang diharapkan. Ada juga momen-momen di saat lagi banyak kesibukan di tempat lain, akademik, non-akademik, TSA, dan masalah-masalah yang tidak terduga yang terjadi secara bersamaan kadang suka bikin pusing sendiri. But, overall it was a great rollercoaster ride! "
Hal utama yang Kak Grace pelajari dari pengalamannya adalah manajemen ekspetasi. Manajemen ekspetasi ini tidak hanya untuk orang lain, tetapi yang terpenting untuk diri sendiri. Ada kalanya kita terbentuk dengan hal-hal yang membuat capaian kita tidak sesuai ekspetasi diri. Momen-momen inilah yang harusnya kita jadikan pintu peluang untuk berkembang , bukan menjadi hambatan dan alasan untuk demot.
Selama menjadi ketua TSA ITB, Kak Grace juga belajar untuk menerapkan poin-poin TELADAN yang telah ia pelajari setiap harinya dan yang paling terasa adalah leadership. Jawaban yang mungkin terdengar template ini merupakan sesuatu yang baru akan didapatkan ketika berani mengambil kesempatan memimpin. Kak Grace belajar bahwa, "We cannot lead everyone in the same way ". Beda orang, beda cara memimpin. Beda kondisi, beda cara memimpin. Beda tujuan, beda cara memimpin.
"Semangat terus, jangan lupakan mimpi yang pengen kamu bawain di awal. Satu tahun kepengurusan itu waktu yang lama dan sangat wajar jika sewaktu-waktu ada ombak besar yang menerjang. Tapi, selalu ingat kalau pelaut yang handal tidak lahir dari laut yang tenang. TSA ITB punya banyak potensi, punya orang-orang yang hebat, dan juga lingkungan yang mendukung. Silahkan manfaatkan sebaik mungkin tapi jangan lupa take care of yourself too."
- Kak Grace
2022 tahun yang melelahkan bukan? Semoga tahun ini memberikan pelajaran yang berarti untuk membuat kita berkembang kedepannya sehingga untuk tahun - tahun ke depan kita bisa terus berkembang jadi sosok yang lebih baik lagi.
Selamat, sudah berhasil melewati tahun yang sulit ini. Jangan lupa apresiasi diri sendiri. Barangkali, ada impian-impian yang belum tercapai di tahun ini, jangan lupa kita masih punya ratusan, ribuan, atau bahkan puluh ribuan hari untuk mewujudkannya. Tahun depan, yuk sama-sama jadi versi yang lebih berani, lebih bertanggung jawab, dan lebih baik dari versi kita tahun ini.
Happy new year!
Ditulis oleh : Kristo Abdi Wiguna (IF'20 | TELADAN'21)