Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?
Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah salah satu tokoh pendidikan nasional, sekaligus Bapak pendidikan indonesia dan pejuang kemerdekaan. KHD berkeyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut menegas bahwa pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Dan tiga semboyan KHD, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
Dalam konteks kurikulum pendidikan saat ini, banyak kalangan guru-guru berpendapat dan berasumsi bahwa kurikulum di Indonesia sering terjadi perubahan apabila ada pergantian menteri. Namun pergantian kurikulum tersebut pastinya mempunyai dasar dalam merubah kurikulum atau perbaikan kurikulum sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Di sekolah kami masih menggunakan kurikulum 13 meskipun pemerintah telah mengimplementasikan kurikulum merdeka sehingga pembelajaran di sekolah kami masih berpusat pada guru dan guru memiliki otoritas dalam setiap kegiatan pembelajaran, siswa hanya mengikuti perintah dan instruksi dari guru. Padahal pada kurikulum merdeka, pembelajaran yang diharapkan bahwa proses pembelajaran berpusat penuh pada siswa. Karena merdeka belajar memuat nilai-nilai pendidikan yang humanis serta mengedapankan peserta didik sebagai subjek utama dalam menggali potensi pendidikan yang dimiliki siswa.
Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan seorang pendidik (guru) supaya peserta didik (siswa) dapat memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan agarpara peserta didik dapat mengoptimalkan bakat dan minatnya. Namun pembelajaran di sekolah kami, belum dapat memaksimalkan perubahan pada kurikulum merdeka. Karena dalam perubahan kurikulum perlu adanya komitmen bersama untuk menciptakan merdeka belajar. Sehingga proses kegiatan pembelajaran di sekolah dapat menyenangkan peserta didik dan dapat menggali potensi yang dimiliki peserta didik. Maka diperlukan suatu perubahan yang universal yang dimulai dari guru untuk dapat berkreasi dan berinovasi agar proses pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Harapan saya setelah mempelajari modul ini, adalah berharap kedepannya dapat meningkatkan kualitas diri, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif, serta melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Saya yakin dengan modul ini, saya dapat berbenah menuju proses perubahan pembelajaran pada merdeka belajar dengan tujuan utama dapat merubah pendidikan yang lebih baik untuk generasi emas bangsa kedepannya.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Harapan saya kepada peserta didik setelah mempelajari modul ini, adalah berharap peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan. Sehingga peserta didik dapat kreatif dengan menghasilkan karya-karya yang inovatif. Saya yakin bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik dapat lebih mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki peserta didik.
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Saya berharap didalam modul ini ada kegiatan positif, bermakna dan dapat menambah ilmu dan pengetahuan saya dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah. Materi yang disajikan sesuai dengan harapan saya yaitu mudah dipahami dan dapat diterapkan di kelas sehingga dapat memberikan manfaat yang besar kepada murid dan seluruh warga sekolah.
Pada tahap eksplorasi konsep, CGP diajak lebih mendalam mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, perjalanan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga pemikiran-pemikiran KHD tentang bagaimana menjadi manusia merdeka dengan memahami 3 (tiga) tulisan KHD untuk membangun pemikiran reflektif-kritis dari CGP.
Setelah menyimak video dan membaca 3 (tiga) tulisan KHD, Anda membuat sebuah rekaman audio berdurasi 1 hingga 3 menit (maksimum 3 menit) yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai “Pembelajar Merdeka” yang dapat menginternalisasi semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.
Beberapa konsep yang saya pahami dari filosofi pendidikan menurut KHD dapat diklik pada tautan link dibawah ini.
https://drive.google.com/file/d/1G9x1qDOppZBR8C6oOla0cQoLzqJ4Zhcm/view?usp=share_link
Instruksi penugasan kelompok
Anda membentuk sesuai dengan jumlah CGP yang diampu oleh Fasilitator.
Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan
Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Hasil kerangka pembelajaran sesuai pemikiran KHD dapat dilihat pada tautan link berikut:
Instruksi penugasan:
Pengantar
Metafora atau perlambang menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).
Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.
Penugasan
Buatlah satu karya (karikatur, infografis, video pendek, komik, lagu, puisi, dll) untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh.
Karya itu merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran KHD.
Satu karya infografis video pendek untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dapat dilihat pada tautan link berikut:
Dalam pembelajaran ini, kita akan mengelaborasi pemahaman kita mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara. Namun sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama instruktur, Anda diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara yang masih ingin digali lebih lanjut pada aktivitas ruang diskusi virtual.
Diskusi di forum diskusi virtual, Instruktur memberikan penguatan pemahaman konsep pemikiran filosofis KHD untuk melatih CGP untuk lebih saksama memaknai dan menghayati pemikiran KHD dan bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah CGP.
Pertanyaan pemantik untuk diskusi bersama Instruktur
Memulai Eksplorasi Konsep melalui forum diskusi di ruang ‘virtual’, Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak diberikan pertanyaan reflektif terkait pemahaman Anda mengenai pemikiran filosofis KHD. Pertanyaan pemantik berikut dapat Anda renungkan sebelum sesi dimulai:
Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya? Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?
Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran saya sebagai pendidik?
Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)?
Pemahaman saya mengenai pemikiran filosofis KHD di ruang diskusi "virtual", yaitu:
1. Makna kata “menuntun” dalam proses Pendidikan anak bagi saya, yaitu ibarat menuntun anak-anak saat dijalan raya. Dimana orang tua memberikan tuntunan dan arahan kepada anak agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Sama halnya dengan seorang pendidik dapat memberikan tuntunan agar anak dapat merasanya nyaman dan aman serta menyenangkan saat pembelajaran tanpa ada rasa takut dalam mengembangkan bakat yang dimiliki.
2. (-) Kata menuntun bagi daerah kami, hampir sebagian besar telah membudaya. Para pendidik terutama para guru, mengarahkan siswa tanpa kesan memaksa. Tetapi dengan memberi pemahaman dan pengarahan yang baik.
(-) Menuntun yang kami amati dari konteks sosial budaya daerah saya adalah pamong/ngemong (bahasa Jawa/Maduranya). Dengan mengemong seperti membesarkan dan mendidik anak sendiri Insyaallah anak bisa memahami dirinya dan berkembang sesuai kemampuan dan keunikannya.
3. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Karena dasar pendidikan anak sangat berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan sekitar tempat anak berada. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu.
Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tersebut. Dan yang dapat kita lakukan adalah membimbing dan mengarahkan mereka agar muncul potensi bakat dan minat anak, serta sifat-sifat positif yang dimiliki anak. sehingga dapat mengurangi/menutupi sifat-sifat negatif pada diri anak tersebut.
4. Relevansi pemikiran KHD "pendidikan yang berhamba/berpihak pada anak adalah pendidikan yang berpusat pada peserta didik atau mementingkan kepentingan anak dari segalanya. Disini peserta didik bukan dilihat sebagai objek namun dijadikan sebagai subjek dengan memberikan mereka kesempatan dan fasilitas mereka dalam mencapai tujuan pembelajarannya.
Setelah mempelajari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, Akhirnya saya memahami bahwa sebagai guru saya harus berpihak pada murid, mengembangkan bakat yang ada pada mereka agar potensi dirinya bisa maksimal. Saya merasakan bahwa semua murid memiliki keunggulan berbeda-beda yang merupakan kekuatan dari kodratnya. Dan tugas guru sebagai pendidik yaitu untuk mengoptimalkan bakat anak tersebut dan seorang guru harus menjadi pemimpin pembelajaran yang melahirkan murid pembelajar sepanjang hayat.
Pada fase ini, saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi dari Pembelajaran 1 hingga Pembelajaran 6 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah saya pelajari.
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Koneksi Antar Materi, kesimpulan dan refleksi pertanyaan pemantik tersebut saya buat dalam bentuk video yang saya unggah di youtube. Link video tersebut dapat dilihat pada link youtube di bawah ini:
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata memberikan ruang bagi CGP dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Aksi Nyata dimaksudkan sebagai proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan, sebagai kesatuan antara proses pembelajaran dan implementasi. Dengan demikian, aksi nyata perlu dijalankan secara terus menerus, bahkan hingga Program Pendidikan Guru Penggerak telah CGP selesaikan. Dalam modul ini, Aksi Nyata merupakan perwujudan dari perubahan konkret dalam proses pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD dan konteks sosial dan budaya di daerah CGP.
Untuk mendukung pengembangan berkelanjutan, sepanjang proses penerapan ini Anda dapat melakukan refleksi, salah satunya dengan menulis jurnal refleksi. Jurnal refleksi yang ditulis secara rutin merupakan media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah dilakukan sehingga memberikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pusat pengembangan karakter. Dengan memiliki rekam jejak yang berkelanjutan seperti ini, Anda akan terdorong untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang CGP latih dan uji cobakan.
Apa saja yang dapat CGP sertakan dalam jurnal refleksi ini?
Perasaan selama melakukan perubahan di kelas
Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik
‘Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi CGP.
CGP juga dapat memasukkan ‘testimoni’ dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam proses perubahan yang CGP lakukan.
Hasil dari Aksi Nyata dapat dilihat di tautan link dibawah ini"
Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Saya dapat semakin mengenali diri sendiri.
Hasil dari Jurnal Refleksi Dwi Mingguan saya dapat dilihat di tautan link dibawah ini:
drive.google.com/file/d/1esiKy-VJdsJPLEs3StFIGpU3PueOEbu0/view?usp=share_link