Diskusi tantangan belajar daring
Pros:
Aksesibilitas: Pembelajaran daring dapat meningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi semua orang, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil atau dengan keterbatasan fisik.
Fleksibilitas: Siswa memiliki fleksibilitas dalam mengatur waktu belajar mereka, yang sesuai dengan konsep Dewantara tentang kebebasan belajar.
Pemberdayaan Siswa: Dalam lingkungan daring, siswa dapat lebih aktif dalam mengambil peran dalam proses belajar mereka, sejalan dengan konsep pemberdayaan siswa Dewantara.
Cons:
Kesenjangan Akses: Meskipun ada peningkatan aksesibilitas, masih ada kesenjangan akses terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses internet atau perangkat yang diperlukan.
Kurangnya Interaksi Sosial: Pembelajaran daring dapat mengurangi interaksi sosial antara siswa dan guru serta antara sesama siswa, yang bertentangan dengan konsep Dewantara tentang pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran.
Keterbatasan Koneksi Emosional: Kurangnya koneksi emosional antara guru dan siswa dalam pembelajaran daring bisa mengurangi efektivitas pendekatan humanis yang dianut oleh Dewantara.
Refleksi penerapan perubahan kelas sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara
Proyek Kolaboratif: Guru bisa mengatur proyek kolaboratif di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam proyek ini, setiap siswa memiliki peran yang aktif dan memiliki kesempatan untuk menyumbangkan ide-ide mereka, sejalan dengan konsep pemberdayaan. Guru juga dapat memfasilitasi diskusi dan refleksi yang mempromosikan inklusivitas, humanisme, dan makna dalam pembelajaran.
Pembelajaran Diferensiasi: Guru dapat mengadopsi pendekatan diferensiasi pembelajaran untuk mengakomodasi keberagaman dalam kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa. Dengan memberikan berbagai pilihan materi, sumber daya, dan metode pembelajaran, guru memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sesuai dengan konsep inklusif.
Kelas Lingkungan: Guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang ramah dan mendukung, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Ini dapat dilakukan dengan menerapkan aturan yang adil dan jelas, mendorong kerjasama dan penghargaan antar sesama siswa, serta menciptakan hubungan yang empatik antara guru dan siswa, sesuai dengan konsep humanis.
Proyek Kesejahteraan Sosial: Untuk meningkatkan pemahaman nilai-nilai kemanusiaan dan relevansi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, guru bisa mengorganisir proyek kesejahteraan sosial. Misalnya, siswa dapat terlibat dalam kampanye kesadaran sosial, program pengabdian masyarakat, atau proyek konservasi lingkungan. Melalui proyek ini, siswa dapat merasakan dampak positif dari pembelajaran mereka, sejalan dengan konsep pembelajaran bermakna.
Diskusi pembuatan kerangka portofolio
Diskusi peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam dalam kompetensi guru penggerak
1. Self-Assessment:
Melakukan penilaian diri yang mencakup aspek-aspek seperti kepemimpinan, kolaborasi, komunikasi, dan pemahaman kurikulum.
2. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan:
Melakukan sesi diskusi kelompok kecil di mana mereka berbagi hasil penilaian diri mereka dan berdiskusi tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing.
3. Analisis Lingkungan Kerja:
Mengadakan kegiatan pertemuan guru/staf membahas budaya sekolah, tantangan yang dihadapi siswa dan staf, serta kebutuhan pengembangan yang harus diidentifikasi. Kemudian membuat peta lingkungan kerja yang mencerminkan kondisi aktual di sekolah.
4. Pengaturan Tujuan:
Menetapkan tujuan pengembangan diri yang spesifik dan terukur, seperti meningkatkan keterampilan dalam memberikan umpan balik konstruktif kepada rekan kerja.
5. Identifikasi Sumber Daya dan Peluang Pengembangan:
Mengikuti pelatihan profesional, seminar, webinar, atau program mentorship yang tersedia di dalam dan di luar sekolah. Mengeksplorasi sumber daya internal, seperti buku, artikel, atau rekaman pelatihan.
6. Rencana Tindakan:
Mengembangkan rencana tindakan yang rinci untuk mencapai tujuan pengembangan diri mereka. Rencana ini mencakup langkah-langkah konkret yang akan diambil, sumber daya yang mereka butuhkan, dan jadwal waktu untuk pencapaian setiap langkah.
7. Evaluasi dan Pemantauan:
Mengatur pertemuan reguler untuk memantau kemajuan dalam mencapai tujuan pengembangan diri. Kemudian merefleksikan pengalaman belajar, mengevaluasi efektivitas strategi yang digunakan, dan menyesuaikan rencana tindakan jika diperlukan. Hasil evaluasi juga digunakan untuk merencanakan kegiatan pengembangan diri berikutnya.