This is the first time we climbed Sindoro or Sumbing mountain, but two at the same time! Sindoro / Sundoro and Sumbing are located in Central Java, between Semarang and Jogjakarta. We reach the mountain from
the town of Wonosobo because it's easier than other nearby towns. Both mountains are separated by the highway Wonosobo - Magelang. We begin our ascent from the village of Tambi also known as Sigedang. Our path starts 3km North North West of Sindoro peak, then go down to Kledung on the South side. What we like is as much as possible take a different route when going up and down.
Sindoro, at 3150m is one of the few javanese mountains above 3000, also where i got my first AMS. Right at the elevation of 3000mI experienced severe dizziness and hallucination. After a longer break I was able to continue the journey up to the summit. At that time the weather was not so nice, thick fog and strong wind, it was difficult for us to find a place to mount the tent. The weather did not allow us to cook outside the tent, finally with great care we cook inside the tent. We mixed porridge with instant noodles, and a glass of hot tea. We enjoyed a complete calm night, thanks to the heat provided by the stove in the tent. As it was still comparatively dry season, we hoped we could draw water from the ancient crater (which is used as a water source relied upon by hikers) but water had vanished. For the record, along Tambi, there s no source of water. Finally we managed to conserve water down to Kledung. The path down to Kledung was a little difficult initially for us, fortunately this mountain is completely open so it's easy to do orienting. The weather was really good, so we were able to look the Sumbing mountain ; Our next destination!
We arrived at Kledung almost at noon. It took us 3.5 hours through Kledung, the path is longer than the path up from Tambi. We had lunch at Warung Liz also known as the Climbing info center.
With a satisfied stomach and after filling water supplies (note: no water sources along the route) we reported at the base camp. To save time we ride motorcycles up to a rocky road to a footpath leading into the woods. Not really comfortable the ride ! At nearly 5 pm, we arrived at Pos Pestan and eventually met with other climbers who also set up a tent. There s always a sense of excitement when you meet other hikers in cold and distant places like this. Again we had to cook in the tent because of the wind and rain which did not stop. Hoping the weather will be nice in the next day was not in vain after the wind rocked the tent overnight. We started for the peak at 6.30 that morning with the target of reaching the summit at 8. After passing through a place marked Watu, we took a wrong turn, and we lost 1.5 hours to stop and get back on track. We were the last climbers on the summit that morning. As we met other climbers in Pos Watu, a majority was ready to go down. As there s not tree, we had to keep leaning against the wind. Strong winds and dry air, forced us to consume more water .. Finally, the trip to the summit ended at 9.30, at 3371m. We arrived at the summit with a feeling of satisfaction. Panoramic views of the mountains and of the Sindoro crater paid it all.
We tried to get down quickly to POS Watu and Pestan, which were deserted by the climbers, we had left our tent standing alone. Thanks to the admirable generosity of other climbers, we found two large bottles of water for us. Happy and relieved we started the trip down where our lunch in a warung was guaranteed. We descended through a new pathway which is more messy, probably because many hikers pass by this one. Arriving on a gravel road, we found motorbike drivers hauling manure. He brought us to the base camp. Riding down a motorcycle on a rocky steep road is as scary as a roller coaster ride! 2S for me was the achiwvement of the year 2011 because in addition to reaching my first 3000 plus, we climbed two mountains at the same time. We were thus prepared for the next: 2M (Merbabu-Merapi).
Same text in bahasa Indonesia:
Ini kali pertama saya naik 2 gunung sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Sindoro / Sundoro terletak di Jawa Tengah. Kami menjangkau gunung ini dari kota Wonosobo karena lebih mudah dibandingkan kota-kota terdekat lainnya. Letak gunung ini bersebelahan dengan gunung Sumbing tepatnya berada di sebelah Tenggara gunung Sindoro. Kedua gunung ini dipisahkan oleh jalan raya Wonosobo - Magelang. Kita memulai pendakian dari jalur Tambi atau yang dikenal juga dengan Sigedang. Jalur ini adalah jalur dari arah Baratdaya gunung Sindoro. Sedangkan kami turun melalui jalur yang umum digunakan; Kledung. Salah satu yang kami sukai sat mendaki adalah sebisa mungkin mengambil jalur yang berbeda saat naik dan turun dan itu memungkinkan kami lakukan di Sindoro dan Sumbing.
Sindoro, 3150mdpl adalah gunung berelevasi di atas 3000 pertama saya dan juga AMS pertama yang saya dapat. Tepat di elevasi 3000 saya mengalami pusing hebat dan berhalusinasi. Setelah istirahat lebih lama saya bisa kembali melanjutkan perjalanan sampai dengan puncak. Saat itu cuaca sedang tidak begitu bagus, kabut tebal dan angin kencang sempat menyulitkan kami untuk menemukan tempat mendirikan tenda. Cuaca tidak memungkinkan untuk kami memasak di luar tenda, akhirnya dengan sangat hati-hati kami memasak di dalam tenda. Enaknya naik gunung berdua salah satunya adalah nggak perlu ribet masak ini-itu, cukup bubur dicampur dengan mi instan ditemani segelas teh hangat, lengkap sudah malam syahdu yang hangat, sehangat kompor di dalam tenda. Saat itu masih terhitung musim kemarau sehingga harapan kami bisa menimba air dari kawah purba (yang memang biasa diandalkan sebagai sumber air oleh para pendaki) pupus sudah. Untuk catatan, sepanjang jalur Tambi tidak ada sumber air. Akhirnya dengan bersusah payah kami berhasil menghemat air sampai turun di Kledung. Agak sulit awalnya untuk kami menjari jalur turun / Kledung, untungnya gunung ini benar-benar terbuka sehingga mudah untuk meraba-raba atau berorientasi. Saking terbukanya, kalau cuaca benar-benar bagus bisa kelihatan puncak gunung Sumbing; tujuan kami selanjutnya!
Kami tiba di Kledung hampir tengah hari. Genap 3.5 jam kami turun melalui jalur Kledung yang menurut saya lebih panjang ketimbang jalur Tambi. Kami makan siang di Warung Liz yang juga dikenal sebagai pusat info pendakian.
Puas mengisi perut dan mengisi perbekalan air (catatan: tidak ada sumber air sepanjang jalur pendakian) kami melapor di base camp. Untuk menghemat waktu kami naik ojek sampai batas jalan berbatu dengan jalan setapak menuju ke hutan. Bukan perkara nyaman naik ojek yang nanjak terus sebenernya. Hampir jam 5 sore, sampailah kami di Pos Pestan dan akhirnya bertemu dengan para pendaki lain yang juga akan mendirikan tenda. Ada perasaan senang ketika bertemu para pendaki lain di tempat yang dingin dan jauh seperti ini. Lagi-lagi kami harus memasak di dalam tenda karena angin dan gerimis yang nggak kunjung berhenti. Berharap akan cuaca bagus di keesokan hari ternyata nggak sia-sia setelah tenda diguncang angin semalaman. Kami bersiap untuk ke puncak Sumbing pagi itu pukul 6.30 dengan target jam 8 sudah sampai puncak. Setelah melewati Pasar Watu ternyata kami salah ambil jalan yang berakibat memakan waktu 1.5 jam untuk memotong dan kembali ke jalur yang benar. Kami adalah pendaki terakhir yang akan ke puncak pagi itu, pendaki lainnya yang kami temui di Pos Watu Kotak kebanyakan sudah bersiap akan turun. Setelah Pos Watu Kotak jalur makin menggila dengan batu-batunya. Medan yang selalu terbuka membuat kami harus terus mencondongkan badan melawan angin. Angin kencang dan udara yang kering memaksa kami untuk mengkonsumsi air lebih banyak.. Akhirnya, perjalanan menuju puncak berakhir jam 9.30 di 3371mdpl. Kami tiba di puncak dengan perasaan puas. Pemandangan indah ke arah gunung Sindoro dan kawah gunung Sumbing itu sendiri membayar itu semua.
Kami berusaha turun dengan cepat dan benar saja Pos Watu Kotak dan Pestan sudah sepi dari pendaki, tinggalah tenda kami berdiri sendiri. Di atas itu semua yang patut diacungi jempol adalah kemurahan hati pendaki lain yang meninggalkan dua botol besar air untuk kami. Senang bukan main hati kami, lega karena perjalanan turun dan makan siang terjamin. Kami turun melalui jalur baru untuk perubahan suasana. Jalurnya lebih berpasir dan berantakan, mungkin karena banyak dilewati para pendaki. Sesampainya di jalan berbatu, ada pemilik kebun dengan motor trailnya sedang mengangkut pupuk. Tanpa basa-basi saya minta diantar ke base camp. Motor pun dipacu, ternyata naik motor di atas jalan berbatu dan turunan curam itu sama ngerinya dengan naik roller coaster! Summit 2S buat saya adalah summit of the year 2011 karena selain gunung 3000 pertama saya ditambah saya 'menghajar' dua gunung sekaligus. Saat ini masih mengumpulkan mental untuk 2M sekaligus
Ditulis oleh: GS