oleh Ike Wardhana Efroza, S.Pd.
Menjadi guru baik saja tidak cukup. Bijaklah.
Sebagai guru yang ”lurus” dan idealis, kita pasti menemui momen dimana kita akan merasa terpaksa melakukan hal yang secara umum dianggap buruk (tidak etis) namun penting untuk kita lakukan karena berhubungan dengan nilai-nilau luhur seperti keadilan, kesetiaan, rasa kasihan, dan sebagainya.
Contohnya saja, Anda dipaksa untuk memberhentikan seorang siswa dimana ini terkait keadilan dan di lain pihak keputusan untuk memberhentikan siswa tersebut dapat mempengaruhi kesehatan ibunda siswa yang sedang sakit jantung.
Dalam modul “Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran” kita diberikan satu alat agar dapat mengambil keputusan dengan tepat dan minim risiko. Pengetahuan dan kompetensi ini sangat dibutuhkan oleh kita sebagai guru terutama yang saat ini juga diberikan amanah sebagai waka kepala sekolah atau kepala sekolah. Karena realita di lapangan, kita akan banyak menemukan banyak kasus dimana nilai-nilai baik menjadi bertentangan dan kita harus memilih satu diantaranya.