oleh Ike Wardhana Efroza, S.Pd.
Selama menjadi guru, saya merasa sangat berperan (dan inilah passion saya) pada facilitating, coaching, dan mentoring. Karena objek pembinaan/pengembangan saya adalah manusia,maka saya tertarik mempelajari segala sesuati terkait manusia terutama tentang perilaku/kejiwaan seseorang (terkait dengan otak dan hati). Apalagi, selain guru bahasa Inggris, saya juga diamanahi menjadi waka kesiswaan. Maka yang menjadi fokus pikiran saya adalah bagaimana agar jasmani, rohani dan mental murid dapat selalu berkembang ke arah positif. Dengan jabatan waka kesiswaan yang saya pegang, saya memiliki kesempatan khusus untuk merancang kegiatan/program untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengalaman yang dapat saya ingat tentang peran ini adalah waktu masih belum menikah saya sering mengajak anak berkegiatan bersama di luar sekolah seperti main futsal, hiking, dan sebagainya. Saya beranggapan bahwa pendidikan dengan pendekatan informal akan lebih mudah diterima daripada pendekatan formal di kelas. Learning by doing. Belajar sambil beraktivitas bersama. Nilai-nilai positif dapat kita transfer ke murid tanpa terasa / tanpa disadari murid namun lebih berbekas/berkesan. Maya Angelou seorang penulis/penyair dari Amerika pernah berkata, ““People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.”
Bagaimana dengan sekarang di saat saya sudah menikah? Frekuensi aktivitas bersama siswa tentu berkurang. Namun itu tidak menghalangi saya untuk selalu “berhamba pada murid”.
Namun, saya masih belum terlalu banyak melibatkan orangtua sebagai pendamping dan sumber belajar di sekolah. Barangkali ini menjadi PR buat saya ke depan. Karena sebagaimana perkataan Ki Hajar Dewantara, “pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, halaman 382).