Oleh Ike Wardhana Efroza, S.Pd.
Saya sudah beberapa tahun menjabat sebagai waka kesiswaan di sekolah Islam Terpadu (Sekolah IT) yang secara tupoksi berhubungan langsung dengan aktivitas siswa.
Penerapan budaya-budaya positif yang telah dan sedang dijalankan oleh sekolah kami di antaranya adalah budaya mengawali hari dengan berdzikir /ibadah, budaya menjaga lisan, budaya kebersihan (membuang sampah pada tempatnya).
Dukungan guru dan staf sekolah saya rasa sudah cukup baik untuk penerapan budaya-budaya positif ini. Hasilnya? Belum memuaskan, namun cukup baik. Jika ditanya tentang kepuasan orangtua, sudah cukup banyak pengakuan dari orangtua yang merasakan perubahan positif pada diri anak. Kalaupun masih ada yang tidak ideal, ada ungkapan yang sepertinya sering muncul "SENAKAL-NAKALNYA SISWA SEKOLAH IT, BELUM DIBILANG NAKAL KALAU DI SEKOLAH LAIN". Karena nama baik sekolah IT ini terkadang juga menjadi boomerang untuk sekolah IT. Ibarat kertas putih, kalau ada noda sedikit maka orang akan lebih fokus pada nodanya, bukan warna putihnya.
Sebatas itu, saya boleh berbangga.
Namun, tentunya saya tidak boleh puas dan tidak boleh menutup mata bahwa sebenarnya yang tampak tidak sebaik yang tidak tampak. Ada istilah libur syariah dimana kalau kembali ke rumah (apalagi waktu libur) seluruh "budaya positif" tadi ternyata berbalik. Anak yang masih kasar terhadap orangtua ; Anak yang masih bolong-bolong shalatnya padahal sudah 3 tahun bersekolah di Sekolah IT; Anak yang diam-diam pacaran dan sebagainya.
Ya, saya rasa, sebagai guru/pendidik, kita harus lebih memahami bagaimana hati bekerja (bagaimana meluruskan niat/pemahaman seseorang agar dapat beramal karena Allah Ta'ala). Tentu yang perlu kita teladani tentang bagaimana menjadi pendidik/guru/pemimpin yang baik adalah Rasulullah. Bagaimana sih cara mendidik Rasulullah. Setidaknya yang perlu kita miliki sebagai guru adalah sifat sabar dan kreatif (cerdas/fathonah). Karena orang yang marah biasanya adalah orang yang kehabisan ide (kurang wawasan/kurang kreatif). Membuat program budaya positif itu perkara mudah, yang sulit adalah menjalankannya dengan tulus, kompak dan konsisten.