RIFAN FINANCINDO | Penguatan Yen Akan Berlanjut Jika Perang Dagang AS-China Berkobar

RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Yen Jepang mempertahankan penguatannya di level tinggi 17 bulan terhadap Dolar AS hingga sesi Asia Jumat (23/Mar) pagi ini. Penguatan Yen terjadi menjelang rencana penerapan bea terhadap impor dari China senilai hingga 60 miliar dolar AS.

USD/JPY diperdagangkan di level 104.84 saat berita ini ditulis, terus menjauh dari level tinggi 106.64 yang tercapai pada tanggal 21 Maret. Ini merupakan posisi terkuat Yen terhadap Dolar AS sejak bulan November 2016.


Menurut Ahli Forex dari Westpac, Sean Callow, respon China terhadap pengumuman rencana tarif impor oleh Trump dan pencopotan HR McMaster, masih menjadi sorotan dari serangkaian peristiwa yang mendorong pergerakan Yen Jepang terhadap Dolar AS.

Baca juga:


  • RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
  • RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
  • PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka
  • PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
  • RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras

Break USD/JPY ke level 105 cukup meresahkan karena tidak ada dukungan yang besar bagi Dolar AS lagi. Dikhawatirkan, Dolar AS akan tumbang ke level rendah 101.20 yang tercapai pada November 2016, tepatnya ketika pemilihan presiden AS.


"Pemerintah Jepang dapat mengekspresikan kekhawatiran mereka (terkait penguatan Yen). Namun, keluhan mereka itu diperkirakan tidak akan menimbulkan reaksi yang serius, mengingat pendekatan (ekonomi) di era Abe ini tidak mengenal intervensi mata uang. Selain itu, fakta di lapangan, penguatan Yen belum berpotensi menimbulkan masalah di sektor perdagangan," papar Callow.


CPI Jepang Menguat

Selain gejolak geopolitik, penguatan Yen juga tersokong oleh laporan CPI Jepang yang dirilis pagi tadi. Indeks CPI mencapai 1.5 persen, terkuat sejak Maret 2017. Sedangkan indeks CPI inti Jepang yang tidak memperhitungkan volatilitas harga makanan, meningkat 1 persen.


Menurut analis dari DailyFX, David Cottle, masih terdapat spekulasi yang menyebutkan bahwa penguatan Yen dapat membuat penarikan stimulus moneter oleh Bank Sentral Jepang (BoJ) dapat dilakukan lebih cepat. Meski pihak BoJ terus menyangkal dan mengatakan bahwa mereka masih membutuhkan kebijakan moneter longgar, data inflasi yang kuat semacam ini hanya akan membuat spekulasi tersebut makin besar.

Baca juga:


  • PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
  • PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
  • PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
  • PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
  • RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat


Awasi Perang Dagang

Analis lain juga mengamini penguatan Yen dalam jangka panjang. "Dalam beberapa waktu ke depan, kebijakan proteksi yang digalakkan oleh AS boleh jadi akan mengendur. Sehingga, dapat meminimalisir efek negatifnya terhadap perdagangan dan ekonomi global," kata Masafumi Yamamoto dari Mizuho Securities, merujuk pada bea impor baja dan alumunium yang diterapkan AS.


"Namun, sebelum AS mewujudkannya (pelonggaran kebijakan proteksi dagang), maka saham-saham global tetap akan tertekan dan Yen akan terapresiasi. Apalagi kalau China memutuskan untuk melawan kebijakan AS tersebut," tutup Yamamoto. ( Mbs-rifan financindo berjangka )


Lihat : Rifan Financindo


Sumber : seputarforex


Baca Juga Di :