Dalam bahasa yang sederhana, yang dimaksud Buffer di sini adalah sebuah penguat arus, tanpa ada penguatan tegangan, yang digunakan untuk mencegah rangkaian-beban(kedua) terlalu membebani rangkaian-sumber(pertama) hingga membuat operasi yang diinginkan menjadi terganggu.
Buffer 1 transistor biasanya ter-rangkai sebagai Emitter Follower dan non-inverting. Linearitasnya tergolong bagus untuk sebuah sirkuit yang sederhana. Dengan penguatan tegangan biasanya antara 0.90~0.98, tergantung dari hFE(beta) dari transistor dan arus operasinya.
Gambar 1. Contoh penggunaan buffer
Salah satu contoh dimana buffer perlu digunakan adalah, misalnya ada kasus seperti ini :
Anda memiliki sebuah amplifier yang terdapat Low-Pass-Filter (LPF) yang terbentuk dari R1 dan C1, yang diperhitungkan memiliki titik potong di 159kHz. Jika Rangkaian sumbernya (misalnya sebuah Digital Music Player) adalah sebuah rangkaian yang mempunyai output impedance rendah, maka titik potong LPF tersebut tidak akan melenceng jauh. Kemudian, Anda memutuskan untuk menambahkan sebuah potensiometer volume (P1 50k) di depan amplifier.
Jika potensiometer volume berada dalam posisi putaran penuh (100%), maka titik potong LPF juga tidak melenceng jauh. Masalah timbul jika potensiometer berada dalam posisi tidak penuh. Misalnya, hanya terputar setengah (50%), hal ini akan membuat titik potong LPF menjadi jauh lebih rendah dari seharusnya. Hal ini disebabkan karena impedansi dari potensiometer P1 ikut berinteraksi dengan LPF.
Dengan nilai R1 1k, C1 1nF, dan potensio 50k, jika potensiometer berada pada setengah putaran, maka impedansi potensionya adalah 12k5. Yang mana total resistansi LPF tidak lagi hanya R1 1k, tapi juga +12k5. Sehingga titik potong LPF akan turun menjadi 11.8kHz, itu terlalu rendah!
Untuk mengakalinya, Anda perlu menurunkan nilai C1, atau menurunkan nilai P1, atau, dengan mengisolasi impedansi potensio-volume dari inputan amplifier (dalam hal ini, bagian LPF-nya). Untuk mengisolasi impedansi potensio inilah Anda memerlukan sebuah Buffer diantara pot-volume dan input amplifier.
Untuk membuat buffer dengan 1 buah transistor (bahkan JFET) yang pertama perlu Anda ketahui adalah tegangan supply yang akan digunakan dan berapa beban yang akan terhubung. Untuk buffer sinyal audio rendah, tegangan supply 12~30V seharusnya sudah memadai.
Misalnya, bebannya adalah sebuah amplifier dengan input impedance 20k. Anda dapat secara kasar memperkirakan bahwa R3 mempunyai nilai sekitar 5-10x lebih rendah agar buffer bekerja dengan "semestinya". Di sini saya gunakan nilai 3k3. Dengan "memperkirakan" bahwa tegangan bias pada output(emitor) adalah setengah dari tegangan suplai, maka arusnya adalah 6V/3k3 = 1.8mA
Gambar 2. Skema Buffer 1 Transistor
Untuk memilih nilai R1 (dan R2) kita perlu mengetahui impedance di base Q1.
Pertama kita perlu mengetahui impedance di emiter (Ze).
Ze = (R3ΓRL) / (R3+RL)
Ze = (3k3Γ20k) / (3k3+20k) = 2k83
Kemudian, untuk mendapatkan nilai impedance di base (Zb) kita gunakan rumus ini :
Zb = (Ze+re) Γ hFE
dimana, re adalah nilai tahanan(resistor) intrinsik(di dalam) transistor yang nilainya tergantung dari arus di emitor, yaitu 26/Ie (mA). Namun nilai re biasanya sangat kecil dan kadang bisa diabaikan. Sedangkan hFE adalah Penguatan arus dari tansistor yang digunakan (2SC945).
jadi, re = 26/1.8mA = 14β¦
Gambar 3. Penguatan arus (hFE) dari 2SC945
Untuk arus kolektor 1.8mA, penguatannya sekitar 200x (tergantung temperatur & tegangan kerjanya juga).
Zb = (2k83+14)Γ200 = 570k
Dengan mengetahui nilai Zb, Anda bisa menentukan nilai R1 (dan R2) agar bisa memenuhi kebutuhan arus ke base Q1. Gunakanlah nilai antara 3~10x lebih rendah dari nilai Zb. Di sini saya gunakan nilai 150k.
Maka sekarang kita bisa mendapatkan nilai input impedance buffer (Zin) ini, yaitu :
Zin = 1 / ( (1/R1)+(1/R2)+(1/Zb) )
= 1 / ( (1/150k)+(1/150k)+(1/570k) )
= 1 / 0.01509
Zin = 66kβ¦
Dengan mengetahui nilai Zin, sekarang Anda bisa mengetahui (atau menentukan) titik potong High Pass Filter (HPF) pada input yang ditentukan oleh besarnya nilai C1 dan Zin.
HPF = 1 / (2ΓpiΓC1ΓZin)
= 1 / (2ΓpiΓ1Β΅FΓ66k)
= 2.4 Hz
Sedangkan untuk impedance output nilainya (kurang-lebih) sama dengan total impedance di base dibagi penguatan arus (hFE). Ini berarti, output impedance juga bergantung dari impedance sumber. Ketergantungan seperti ini terjadi pada semua sirkuit transistor yang simpel, dimana input bergantung pada output, dan juga sebaliknya. Merubah salah satu sisi akan merubah yang lainnya.
Walaupun nilai R1 dan R2 adalah sama (150k), Anda mungkin berpikir bahwa tegangan di base Q1 seharusnya adalah setengah dari tegangan suplai, tetapi tidak, karena arus diantara R1 dan R2 juga ada yang menuju ke base Q1.
Jadi, kenyataanya, tegangan di base Q1 bukanlah Vs Γ (R2/(R1+R2)), melainkan Vs Γ ((Zb|R2)/(R1+(Zb|R2))). Jadi baiknya R1 perlu menggunakan nilai yang sedikit lebih rendah agar tegangan pada output (Emitor) juga lebih mendekati setengah dari tegangan supply, misalnya 100k atau 120k. Jika mau sedikit lebih presisi, maka Anda juga perlu menambahkan tegangan VBE, biasanya sekitar 0.55~0.65V. Sehingga, perhitungan-perhitungan di atas tadi lebih tepat.
Saya mensimulasi rangkaian ini dan mendapatkan nilai THD sebesar 0.037897% saat R1 150k, dan 0.024251% jika R1 100k (output lebih mendekati Β½VS).
Anda bisa menurunkan THD-nya dengan mengganti R3 dengan N-channel Junction Field Effect Transistor (N-JFET) J202, K30, dsb, tapi kemudian hal ini tidak lagi sesuai judul π, Buffer 1 transistor. Jika menggunakan J202, THD turun menjadi 0.000545%.
Untuk menjaga kestabilan sirkuit dari beban kapasitif (misalnya kabel yang sangat panjang), sebaiknya pada output ditambahkan sebuah resistor (secara seri) agar transistor Q1 terisolasi dari beban kapasitif itu, nilainya sekitar 47~100β¦ biasanya sudah cukup.
Jika Buffer adalah penguat-arus tanpa penguatan-tegangan, maka Preamp adalah keduanya. Preamp dapat menguatkan arus dan menguatkan tegangan. Maka preamp juga termasuk buffer, tetapi buffer belum tentu preamp.
Contoh dimana Anda memerlukan preamp adalah misalnya, Anda memiliki sebuah Chip Amp TDA1554Q, dan sumber audionya adalah sebuah HP. Dan ternyata suara yang dihasilkan terlalu lirih. Ini disebabkan karena TDA1554Q memiliki penguatan tegangan hanya 10x (20dB) per kanal. Sedangkan TDA1554Q memiliki penguatan tegangan yang tetap, tidak dapat ditingkatkan lagi karena jalur NFB-nya ada di dalam IC. Untuk itu, Anda memerlukan sebuah preamp untuk meningkatkan tegangan sinyal yang akan masuk.
Gambar 4. Preamp 1 Transistor
Sirkuit di atas menjadi standar untuk penguatan transistor tunggal. Sebenarnya ada variasi lain, tetapi memiliki kestabilan terhadap panas yang buruk atau mempunyai toleransi yang buruk terhadap hFE transistor yang berbeda.
Sirkuit B, metode bias menggunakan hanya sebuah resistor (dari output/kolektor ke base transistor) memiliki masalah stabilitas terhadap panas & perbedaan transistor yang lebih buruk daripada metode bias yang konvensional (Sirkuit A). Kedua sirkuit ini diklasifikasi sebagai "Common emitter", karena emitornya berada pada (atau dekat dengan) Ground pada input dan outputnya.
Seperti sebelumnya, kita perlu membuat tegangan bias pada output (kolektor) agar berada pada sekitar setengah dari tegangan suplai supaya tegangan output dapat berayun dengan lebih optimal (lebih simetris).
* Sirkuit B tidak akan dibahas karena memiliki lebih banyak kelemahan daripada Sirkuit A.
Penting bagi Anda untuk mengetahui input impedansi dari beban yang akan diterapkan, karena, output impedance preamp ini, arus kolektor, dan besarnya penguatan tegangannya akan ikut sedikit terpengaruh. Kecuali Anda bisa hidup dengan ketidak-presisian, maka Anda bisa pukul rata nilai bebannya sekitar 10k πΉ. Namun seperti contoh penggunaan di atas, kita gunakan TDA1554Q sebagai acuan. Katakanlah chip amp TDA1554Q mempunyai impedansi input 20k (impedance internal IC + impedance pot-volume).
Kunci desainnya adalah, nilai resistor pada kolektor (R3) dan tegangan di sana. Anda menginginkan nilai resistor ini beberapa tingkat lebih rendah dari impedansi bebannya. Jika impedansi bebannya adalah 20k, gunakanlah nilai R3 5~10x lebih rendah. Disini saya gunakan 2k2.
Dengan "berasumsi" bahwa tegangan di kolektor (output) adalah setengah dari tegangan suplai (12V), maka arus kolektornya adalah :
I = V/R = 6V / 2k2 = 2.7 mA.
Langkah selanjutnya adalah menentukan penguatan tegangan (Gv) yang diperlukan (diinginkan), di sini saya pilih 4x (12dB). Rumusnya penguatannya adalah :
Gv = RL / (R4 + re)
dimana :
Gv adalah penguatan tegangan,
RL adalah resistor kolektor(R3) paralel terhadap impedansi beban (Rl),
R4 adalah resistor pada emitor,
re adalah resistor intrinsik (di dalam) transistor.
Mari kita urai nilainya
RL = (R3ΓRl) / (R3+Rl)
= (2k2Γ20k) / (2k2+20k)
= 1k98
re = 26/Ie = 26/2.7mA = 9.6 β¦
Maka nilai R4 yang diperlukan adalah :
R4 = (RL/Gv) - re
= (1k98/4) - 9.6β¦
= 495β¦ - 9.6β¦
= 485.4β¦
Karena tidak ada resistor dengan nilai 485β¦, maka anda bisa menggunakan resistor dengan nilai terdekat yaitu 470β¦ atau 510β¦, yang tentunya akan sedikit merubah penguatan tegangan yang dicari (Gv=4). Atau, jika Anda ingin presisi, Anda bisa mendapatkan nilai 485β¦ dengan menggunakan resistor 470β¦+15β¦ (dihubung seri).
Selanjutnya adalah menentukan nilai resistor bias R1 dan R2. Untuk mencari tahunya kita perlu mendapatkan nilai arus pada base Q1 terlebih dahulu. Langkah pertama adalah mencari tahu penguatan arus (hFE) dari transistor yang digunakan (2SC945). Dari diagram sebelumnya, penguatan pada 2.7mA masih disekitar 200x saja.
Maka arus pada base Q1 adalah arus kolektor dibagi hFE, yaitu :
Ib = Ic / hFE
= 2.7mA/200
= 13.5 Β΅A.
Kemudian sebagai aturan kasar, arus bias (dari R1) harus membawa paling tidak 5~10x lebih besar dari arus base Q1, agar linearitas tetap terjaga. Di sini saya pilih agar arus bias 5x lebih besar, maka untuk arus R1 (IR1 ) adalah :
IR1 = Ib Γ 5
= 13.5Β΅A Γ 5
= 67.5 Β΅A.
Kita juga perlu mengetahui tegangan di base Q1. Pertama, kita harus mendapatkan tegangan di R4 terlebih dahulu, yaitu :
VR4 = R4 Γ (Ic+Ib)
= 470β¦ Γ (2.7+0.0135)
= 470β¦ Γ 2.713mA
= 1275mV
Maka tegangan di base Q1 adalah VR4 ditambah tegangan base-emitor (VBE) transistor yang biasanya bernilai antara 550~700mV, katakanlah 600mV.
VbQ1 = VR4 + VBE
= 1275mV + 600mV
= 1875mV, atau 1.87V.
Sekarang kita bisa mendapatkan nilai R1.
R1 = (Vs - VbQ1) / IR1
= (12V-1.87V) / 67.5 Β΅A
= 150k
Untuk nilai R2 bisa kita dapatkan dengan rumus :
R2 = VbQ1 / (IR1 - Ib)
= 1.87V / (67.5-13.5Β΅A)
= 34k6, saya gunakan 33k.
Dan input impedance (Zin) adalah :
Zin = 1 / ( (1/R1)+(1/R2)+(1/Zb) )
Untuk mendapatkan nilai Zb :
Zb = hFE Γ (R4+re)
= 200 Γ (485+9.6)
= 98.9kβ¦ β 99kβ¦
maka, input impedancenya adalah :
Zin = 1 / ( (1/150k)+(1/33k)+(1/99k) )
= 21.2kβ¦
Dan sekarang Anda dapat menghitung titik potong HPF input :
HPF = 1 / (2ΓpiΓC1ΓZin)
= 1 / (2ΓpiΓ1Β΅FΓ21.2k)
= 7.5 Hz
Sedangkan untuk HPF output adalah C2 terhadap Rl.
Dan seperti halnya buffer 1 transistor, Anda dapat menambahkan sebuah resistor kecil ( 47~100β¦ ) pada output untuk menjaga kestabilannya dari beban kapasitif.
Saya telah membuat sebuah formula dalam tabel Excel, silakan download untuk mempermudah perhitungan. Harusnya Google Spreadsheet juga bisa membuka&edit file ini.
Baris kuning adalah parameter untuk di isi, baris biru adalah hasil kalkulasi.
Sheet pertama untuk buffer, Sheet kedua untuk preamp.
Baik buffer maupun preamp 1 transistor ini hampir tak memiliki rejeksi tegangan suplai, maka diperlukan pasokan tegangan suplai yang bersih dan stabil.
Untuk preamp 1 transistor, perlu diingat bahwa outputnya adalah inverted, jadi, entah Anda menambah sirkuit inverting lainnya, atau mudahnya, tukar saja kabel + & - speaker agar ayunan speaker menjadi seharusnya.
Perubahan impedansi pada input (maupun output) pada sirkuit 1 transistor ini, dapat sedikit mempengaruhi dari kinerja yang diharapkan.
Meninggikan tegangan supply kemungkinan akan meningkatkan dinamika, tapi akhirnya semua perlu dihitung ulang.