Sebagai ASN tentu kita akan mengalami masa pensiun yang akan membuat penghasilan menurun, sementara tingkat kebutuhan hidup terus meningkat akibat adanya inflasi. Salah satu cara untuk menghadapi kondisi tersebut adalah dengan berinvestasi yang dimulai sedini mungkin.
Kebebasan finansial yaitu memiliki kecukupan finansial (keuangan) untuk memenuhi gaya hidup yang diinginkan tanpa harus bekerja. Hal tersebut terjadi dengan adanya passive income atau pendapatan yang didapatkan dari aset yang dimiliki.
Bayangkan kamu memiliki sebuah pohon yang menghasilkan buah-buahan. Setiap tahun, pohon ini memberimu buah-buahan yang bisa kamu makan. Kamu juga bisa menjual beberapa buah untuk mendapatkan uang. Pada suatu titik, pohonmu tumbuh begitu besar sehingga buah-buahan yang dihasilkannya lebih dari cukup untukmu. Kamu tidak perlu lagi pergi bekerja ke ladang setiap hari, karena pohonmu memberimu makanan dan uang yang kamu butuhkan.
Bisa diibaratkan "pohon" adalah investasi dan tabunganmu. Kamu merawat pohon ini dengan menghemat dan berinvestasi dengan bijak. Ketika pohon investasimu tumbuh besar (cukup banyak uang dan pendapatan pasif), kamu bisa "pensiun" lebih awal dari pekerjaanmu. Kamu memiliki kebebasan untuk menjalani hidup sesuai keinginanmu, seperti melakukan perjalanan atau mengejar hobi, tanpa harus khawatir tentang mencari uang.
1. Memperbesar pendapatan dan menekan pengeluaran untuk meningkatkan arus kas (cash flow)
2. Sumber pendapatan pasif: Kebebasan finansial mencakup memiliki sumber pendapatan pasif. Selain itu, diperlukan pula pemahaman yang baik tentang bagaimana mengelola pengeluaran dan menghindari gaya hidup yang terlalu konsumtif / boros.
3. Memperbanyak kepemilikan aset dan mengurangi utang untuk meningkatkan kekayaan bersih (net worth)
4. Perencanaan keuangan jangka panjang: Individu yang menuju kebebasan finansial memiliki rencana keuangan jangka panjang yang matang. Misalnya tujuan seperti pendidikan anak, atau pencapaian tertentu dalam hidup.
5. Pengelolaan utang: Bagian dari mencapai kebebasan finansial adalah mengelola utang dengan bijaksana. Ini berarti mengurangi dan melunasi utang-utang berbunga tinggi sehingga tidak membebani keuangan di masa depan.
6. Investasi yang terdiversifikasi: Mencapai kebebasan finansial memerlukan portofolio investasi yang terdiversifikasi untuk meminimalisir risiko investasi.
7. Pehamanan terkait manajemen keuangan: Individu yang sukses dalam mencapai kebebasan finansial cenderung memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep keuangan.
8. Kualitas Hidup yang meningkat: Kebebasan finansial juga berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan. Individu memiliki fleksibilitas untuk mengejar hobi, minat, dan aspirasi tanpa batasan finansial.
Investasi adalah kegiatan menempatkan dana di sebuah “benda” yang kita sebut dengan aset dengan tujuan bahwa aset tersebut akan naik nilainya di masa depan. Kita bisa mendulang laba dari modal kita atau capital gain ketika harga aset yang digenggam meningkat (capital gain). Capital gain adalah keuntungan yang kamu dapatkan ketika menjual aset dengan harga lebih tinggi dibanding harga belinya, seperti ketika kamu menjual saham ketika harganya naik. Selain itu, kita juga bisa mendapat untung melalui pembagian dividen, yaitu keuntungan yang dibagikan kepada pemegang instrumen investasi.
Menabung merujuk kegiatan menempatkan uang di rekening bank. Dana ini biasanya hanya memperoleh imbal hasil yang kecil atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya nilai simpanan bisa tergerus oleh inflasi di mana daya beli jumlah yang ditabung akan melemah karena harga barang terus meningkat.
Di lain sisi, investasi merujuk pada kegiatan untuk mencari untung yang lebih tinggi. Kita memahami bahwa laba ini biasanya juga disertai dengan resiko yang lebih tinggi dibandingkan menabung biasa. Namun pada jangka panjang, berinvestasi pada aset seperti saham, obligasi, dan emas akan memberikan imbal hasil melebihi laju inflasi dan juga dibandingkan imbal hasil menabung di bank yang biasanya berkisar di antara 0 hingga 1%.
Intinya, menabung adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjaga uang (dengan risiko tergerus inflasi). Di sisi lain, investasi bertujuan untuk mengembangkan uang (dengan harapan menjaga dan melawan inflasi). Berikut adalah perbedaan lebih lanjut menabung dan investasi.
1. Membangun Kekayaan
Berinvestasi akan membantu kita untuk mengembangkan uang yang dimiliki. Tentukan strategi investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan kamu.
2. Meningkatkan Tabungan Pensiun
Berinvestasi akan membantu kita meningkatkan tabungan pensiun. Pastikan melakukan perencanaan investasi dengan hati-hati. Lakukan penelitian dan pelajari risiko dan keuntungannya.
3. Menghasilkan Income Tambahan
Dengan metode dan pemilihan produk investasi yang tepat, berinvestasi dapat memberi kita income tambahan, baik berupa capital gain ataupun dividen/imbal hasil.
4. Menghindari Inflasi
Rata-rata inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir adalah sekitar 4,23%. Dengan berinvestasi dengan imbal hasil melebihi level inflasi, nilai dari uang yang kita invest akan terjaga, bahkan semakin meningkat.
5. Mempermudah Tercapainya Tujuan Finansial
Berinvestasi akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan masa depan. Misalnya untuk dana kuliah anak, membeli rumah, atau naik haji.
Risiko investasi adalah kondisi di mana investor berpeluang mengalami kerugian akibat aktivitas investasi yang ia lakukan. Dengan kata lain, imbal hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya. Biasanya, risiko sebuah berbanding lurus dengan imbal hasilnya. Jika keuntungan investasi tinggi, maka risiko yang diperoleh tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila keuntungan rendah, risikonya pun akan rendah. Hal ini yang sering disebut sebagai high risk-high return.
1. Risiko Sistematis (Systematic Risk)
Risiko sistematis adalah jenis risiko eksternal yang tidak dapat dihindari atau dikendalikan.
1. Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang muncul akibat adanya perubahan suku bunga
2. Risiko Inflasi
Risiko inflasi atau risiko daya beli adalah risiko yang muncul akibat adanya inflasi. Akibatnya, nilai kas dari investasi saat ini tidak akan memiliki nilai banyak di masa depan. Hal tersebut berpotensi menurunkan daya beli masyarakat karena naiknya harga barang.
3. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
Risiko nilai tukar mata uang (valas) atau currency risk adalah jenis risiko investasi yang terjadi karena adanya perubahan kurs valuta asing.
4. Risiko komoditas
Risiko komoditas adalah risiko yang muncul karena adanya perubahan harga komoditas tertentu. Biasanya disebabkan fluktuasi harga ataupun permintaan dan penawaran.
5. Risiko Negara
Risiko negara atau risiko politik adalah risiko yang muncul karena adanya perubahan peraturan perundang-undangan suatu negara.
2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Merupakan risiko yang bisa dihindari atau dikendalikan dalam bentuk portofolio investasi atau melakukan diversifikasi.
1. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul ketika satu pihak tak bisa menjual asetnya karena sepi peminat atau tidak berhasil bertemu dengan pihak lain.
2. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah jenis risiko investasi yang erat kaitannya dengan bisnis perusahaan tempat seseorang berinvestasi.
Setelah mengetahui jenis-jenisnya, kamu harus bisa mengetahui tipe profil risiko yang kamu miliki. Profil risiko investasi adalah cara untuk mengetahui tingkat toleransi pada suatu risiko saat melakukan investasi.
a. Konservatif (risiko rendah)
Tipe profil ini cenderung memilih investasi yang aman dengan risiko rendah. Biasanya, rencana jangka waktu investasinya antara 1-3 tahun. Investor tipe konservatif akan menyukai produk-produk investasi yang stabil, contohnya reksa dana, emas, deposito, hingga Surat Berharga Negara (SBN)
b. Moderat (risiko menengah)
Investor yang termasuk dalam tipe risiko moderat akan lebih berani untuk mengambil risiko besar, namun tetap berhati-hati saat menentukan instrumen aset. Di sini, investor akan berusaha menyeimbangkan antara risiko dengan imbal hasil sehingga mampu meraih keuntungan optimal. Biasanya instrumen yang dipilih adalah reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pendapatan campuran
c. Agresif (risiko tinggi) - saham, reksa dana saham, komoditas, dll.
Jenis profil risiko terakhir adalah agresif. Tipe investor ini memiliki tujuan untuk mengembangkan nilai pokok investasi dengan tingkat keuntungan maksimal dalam jangka panjang, biasanya lebih dari 4 tahun. Tipe profil ini jauh lebih berani dalam mengambil risiko.
Emas telah menjadi alat tukar selama berabad-abad lantaran persediaannya yang terbatas dan permintaan yang menanjak. Seiring perkembangan zaman dan semakin modernnya peradaban, banyak pemerintah yang menerbitkan mata uang dalam bentuk kertas yang nilainya dipatok dan dapat ditukar dalam satuan emas tertentu. Hal tersebut dikenal sebagai standar emas.
1. Emas Melindungi dari Kenaikan Inflasi yang Tidak Terduga
Ketika tingkat inflasi meningkat, maka harga emas bisa semakin menanjak. Harga emas telah terus mengekor laju pencetakan uang. Selama pemerintah terus mencetak uang, maka secara teori, harga emas pun akan terus merangkak naik. Emas mampu mempertahankan nilainya karena kelangkaan persediaannya.
2. Emas Sebagai “Safe haven”
Emas adalah aset safe haven. Artinya, investor akan memburu emas sebagai aset aman untuk menyimpan kekayaan mereka saat situasi ekonomi tidak menentu. Harga emas akan diuntungkan ketika AS dan China ‘berperang’ untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia yang paling utama. Ketegangan geopolitik antara kedua negara ini bisa menimbulkan ketidakpastian ekonomi, sehingga pamor emas sebagai aset safe haven akan naik.
3. Lindung Nilai Terhadap Depresiasi Rupiah
Pada dasarnya, nilai emas ditetapkan dalam denominasi Dolar AS. Maka investasi emas adalah langkah efektif yang bisa dilakukan investor untuk melindungi nilai kekayaannya saat Rupiah melemah terhadap Dolar AS (depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS).
4. Instrumen Diversifikasi Portofolio
Harga emas cenderung memiliki korelasi yang rendah dengan nilai aset keuangan lainnya seperti saham. Jadi, harga emas cenderung naik ketika nilai saham turun.
5. Jumlah Penawaran (Supply) yang Makin Terbatas sedangkan Permintaan Semakin Banyak dari Negara Berkembang
Emas yang belum ditambang memiliki persediaan yang sangat terbatas. Produksi emas juga diperkirakan akan semakin menurun sehingga dari tahun ke tahun, jumlah emas yang ada tidak akan melihat peningkatan sampai 1% lantaran sulitnya membuka tambang emas baru karena kekhawatiran akan dampaknya terhadap lingkungan. Disisi lain, permintaan emas dari negara-negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk banyak seperti Cina, India, dan Indonesia akan terus meningkat seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut dan emas dicari baik untuk tujuan investasi maupun untuk perhiasan.
6. Emas Likuid (mudah dicairkan)
Emas dianggap sebagai salah satu aset yang likuid dalam konteks keuangan dan investasi karena memiliki beberapa karakteristik yang memungkinkannya dengan relatif mudah dijual atau diubah menjadi uang tunai tanpa mengalami penurunan nilai yang signifikan.
1. Perubahan Suku Bunga
Harga emas cenderung turun setiap ada kenaikan suku bunga acuan. Apa penyebabnya?
Emas merupakan instrumen investasi yang tidak memberikan imbal hasil yang teratur. Akibatnya suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam menggenggam emas. Sebagai contoh, anggap bahwa ada seorang investor yang memiliki uang US$1.000. Ia kemudian dihadapkan pada dua pilihan investasi: membeli emas (instrumen yang tidak menghasilkan imbal hasil kecuali jika harganya naik) atau obligasi baru (produk investasi yang memberikan pendapatan bunga secara teratur). Investor ini tentu akan memilih obligasi saat rezim suku bunga tinggi lantaran obligasinya menghasilkan keuntungan secara teratur dengan imbal yang lebih tinggi dibanding emas.
2. Perubahan Tingkat Inflasi
Inflasi adalah faktor berikutnya yang mempengaruhi risiko investasi emas. Ketika inflasi naik secara tidak terduga, harga aset riil, termasuk emas, juga akan naik mengikuti inflasi. Namun, ketika inflasi atau ekspektasi inflasi turun, harga emas pun terseret turun.
3. Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang
Harga emas dalam Rupiah akan meningkat jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terdepresiasi. Ini lantaran harga emas dunia ditetapkan dalam Dolar AS, sehingga harga emas dalam Rupiah berisiko naik setiap kali kurs Rupiah terhadap Dolar AS melemah.
Harga emas memiliki korelasi yang rendah dengan kelas aset lainnya, sehingga sang logam mulia ini cocok menjadi aset lindung nilai saat nilai aset lainnya turun.
Ketika kita berinvestasi emas ketika pasar dan perekonomian sedang baik-baik saja, harga emas relatif mendatar. Namun pada saat terjadi krisis atau pandemi, harga emas cenderung mengalami kenaikan disaat instrumen lain seperti saham mengalami penurunan. Posisi emas tersebut akan menyelamatkan nilai portofolio secara keseluruhan saat harga-harga saham turun oleh berita negatif. Karena harga emas naik karena terjadinya krisis, kita bisa menjual emas dan digunakan untuk membeli instrumen lain seperti saham yang harganya sedang “terdiskon”. Strategi memindahkan uang dari satu aset yang harganya naik ke aset lain yang harganya sedang terdiskon dan diprediksi akan naik disebut dengan rotasi.
Deposito adalah jenis investasi di mana kita menempatkan sejumlah uang pada bank atau lembaga keuangan untuk jangka waktu tertentu dengan suku bunga yang telah disepakati. Selama periode tersebut, uang kita akan "ditahan" oleh bank dan tidak dapat diakses. Setelah jangka waktu berakhir, Anda akan menerima uang kita kembali bersama dengan bunga yang telah dihasilkan.
a. Jangka Waktu: Deposito memiliki jangka waktu tertentu, seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan seterusnya. Semakin lama jangka waktu, biasanya suku bunga yang ditawarkan akan lebih tinggi.
b. Suku Bunga: Ini adalah persentase yang menunjukkan berapa banyak bunga yang akan terima dari deposito. Suku bunga bisa tetap atau mengambang, artinya bisa berubah sesuai kebijakan bank atau lembaga keuangan.
c. Lembaga Penyedia: Pilihlah bank atau lembaga keuangan yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Pastikan memeriksa suku bunga yang ditawarkan oleh berbagai lembaga.
d. Penalti Pencabutan Dini: Jika seseorang mencabut deposito sebelum jangka waktu berakhir, orang itu mungkin akan dikenakan penalti atau bunga yang lebih rendah.
e. Pajak: Bunga deposito dapat dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan aturan yang berlaku,
yakni 20%.
f. Penjaminan Deposito oleh LPS
Walaupun deposito pada bank dijamin LPS, akan tetapi ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu:
o Tingkat bunga penjaminan LPS pada Bank Umum untuk simpanan rupiah adalah sebesar 4,25% dan simpanan valas sebesar 2,25%.
o Sementara itu, tingkat bunga penjaminan LPS untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lebih tinggi, yaitu sebesar 6,75%.
o Batas batas penjaminan LPS adalah sebesar Rp2 miliar per nasabah per bank.(2023)
g. Contoh Perhitungan:
Misalkan Anda menempatkan Rp10.000.000 dalam deposito dengan suku bunga tetap 5% per tahun selama 6 bulan. Setelah 6 bulan berakhir, Anda akan menerima kembali uang Anda dan bunga yang dihasilkan. Perhitungannya:
· Bunga per tahun: Rp10.000.000 x 5% = Rp500.000
· Bunga per 6 bulan: Rp500.000 / 2 = Rp250.000
· Total yang akan diterima: Rp10.000.000 + Rp250.000 = Rp10.250.000
*Namun, ingatlah bahwa nilai inflasi juga perlu dipertimbangkan. Jika inflasi lebih tinggi dari suku bunga deposito, daya beli uang Anda bisa berkurang.
a. Relatif Aman: Deposito dianggap sebagai salah satu bentuk investasi yang relatif aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga batas tertentu.
b. Stabil: Kita mengetahui dengan pasti berapa bunga yang akan kita terima pada akhir jangka waktu, sehingga dapat merencanakan keuangan kita.
c. Tidak Terpengaruh Fluktuasi Pasar: Nilai deposito kita tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi pasar atau pergerakan harga saham.
1. Risiko Likuiditas/Denda Pencairan
Adanya denda pencairan sebelum deposito jatuh tempo adalah risiko utama yang selalu ditemukan di setiap deposito terlepas dari siapa lembaga yang menyediakannya. Denda ini merupakan siasat penyedia dana agar nasabah tidak mencairkan depositonya lebih awal. Besaran denda yang harus dibayarkan cukup besar, mencapai 3% yang mencakup biaya administrasi yang ditetapkan oleh lembaga.
2. Penghapusan Bunga
Bunga deposito juga dapat dihapuskan apabila nasabah ingin mencairkan dana depositonya sebelum jatuh tempo. Dengan demikian, penyedia dana akan menghapuskan bunga pada waktu jatuh tempo setelah dana tersebut dicairkan.
3. Return/Keuntungan Relatif Lebih Kecil
Masih mengenai bunga deposito, nasabah bisa menerima jumlah bunga lebih rendah dari yang tertera pada perjanjian di awal deposito. Salah satu penyebabnya adalah pemotongan pajak pada bunga deposito yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah 131 Tahun 2000 yakni sebesar 20%.
Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Dengan membeli saham perusahaan, berarti kita menginvestasikan modal atau dana yang nantinya akan digunakan oleh pihak manajemen untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
b. Wujud Saham
Saham adalah bukti kepemilikan terhadap sebuah perusahaan yang pada zaman dulu bentuk saham seperti surat dokumen, surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terhadap perusahaan. Demikian pula dengan saham, bagi pemiliknya mendapatkan surat berharga berupa surat bukti kepemilikan atau saham. Seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan. Sistem perdagangan jual beli saham sudah dapat dilakukan secara online melalui aplikasi, sehingga saham yang di perjual belikan tidak lagi berbentuk secara fisik. Bukti kepemilikan perusahaan dapat di lihat di Acuan Kepemilikan Sekuritas (aKSes) atau dapat di akses di situs resiminya http://akses.ksei.co.id. Investor akan mendapat user id dan password yang dikirim ke alamat masing-masing investor dan dapat di gunakan ketika ingin mengecek kepemilikan saham.
1. Mudah untuk Diversifikasi
Diversifikasi dalam portofolio investasi sangat penting untuk menghadai risiko yang besar dari investasi sendiri. Ketika kamu membeli suatu saham di perusahaan yang berbeda-beda, maka hal tersebut dapat mengoptimalkan alokasi aset serta dapat diversifikasi investasi.
2. Potensi return / keuntungan relatif tinggi
Melalui analisis dan pemilihan perusahaan yang tepat, berinvestasi di pasar saham memiliki potensi return yang tinggi.Berinvestasi saham memberikan potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari:
Capital gain: keuntungan dari selisih antara harga jual dan harga beli saham. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder misalnya investor membeli saham XYZ dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang djualnya.
Dividen: keuntungan bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Namun, tidak semua perusahaan selalu membagikan dividen setiap tahun
3. Memiliki bisnis dengan modal kecil,
Ketika kita hendak membangun bisnis/ Perusahaan dibutuhkan modal yang besar. Melalui saham, kita dapat “memiliki” sebagian kecil dari Perusahaan yang baik dengan modal yang kecil, bahkan dengan puluhan ribu rupiah kita sudah bisa membeli saham suatu Perusahaan.
4. Keamanan transaksi
Saham kita disimpan oleh KSEI, Kustodian Sentral Efek Indonesia. Jadi meskipun sekuritas/ kita bangkrut sekalipun, saham kita tetap aman karena disimpan di KSEI. Masing-masing investor saham pun punya akun KSEI nya masing-masing.
1. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi di mana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT.ABC yang di beli dengan harga Rp 1.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 600,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 600,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 400,- per saham.
2. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan Perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas pada saham terjadi apabila transaksi suatu saham sangat jarang sehingga sulit diperjualbelikan. Untuk melihat apakah suatu saham masuk kategori likuid atau tidak, maka investor dapat menggunakan beberapa acuan indeks yang tersedia seperti LQ 45 (Kumpulan 45 saham yang transaksinya paling likuid di bursa saham).
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis yang digunakan oleh investor yang memiliki tujuan investasi saham jangka panjang dengan cara mengukur kinerja keuangan, kondisi ekonomi perusahaan, kondisi industri dan sektor terkait, serta analisis terhadap ekonomi makro dan mikro. (2022)
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis yang mengukur kinerja suatu saham dan arah harga saham di masa depan berdasarkan data historis pergerakan harga dengan menggunakan grafik dan beberapa indikator tertentu, seperti grafik garis (line chart), grafik batang (bar chart), dan grafik lilin (candlestick). Analisis ini biasanya digunakan oleh investor jangka pendek atau trader untuk bertransaksi saham dalam jangka waktu yang lebih singkat.
Obligasi merupakan surat pengakuan utang jangka panjang yang dikeluarkan suatu Perusahaan/ pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh dana. Pemegang obligasi akan memperoleh imbal hasil secara periodik dan akan menerima pokok pinjaman pada tanggal jatuh tempo.
1. Dilihat dari sistem pembayaran Kupon:
a. Obligasi Tanpa Kupon (Zero Coupon Bonds): obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Obligasi Kupon Tetap (Fixed Coupon Bonds): obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
c. Obligasi Kupon Variabel (Variable Coupon Bonds): obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tertentu, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti tingkat suku bunga perbankan
2. Dilihat dari sisi penerbit:
a. Obligasi Korporasi (Corporate Bond): obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b. Obligasi Pemerintah (Government Bond): obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Salah satu contoh obligasi ini adalah Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel.
3. Dilihat dari kepatuhan terhadap kaidah Syariah:
a. Sukuk (Obligasi Syariah) Mudharabah: obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
b. Sukuk (Obligasi Syariah) Ijarah: merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
SBN (Obligasi Pemerintah) adalah surat berharga negara yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai anggaran negara(pembiayaan APBN). Melalui investasi SBN, kita meminjamkan uang kepada pemerintah dan sebagai gantinya kita akan mendapatkan imbal hasil berupa kupon. Melalui SBN, pemerintah mengajak Masyarakat membantu negara dalam hal membiayai defisit APBN untuk Pembangunan.
SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia yang dikelola secara konvensional. (Dasar Hukum : UU 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara)
Terdiri dari:
1. SUN Ritel
a. Obligasi Negara RItel (ORI)
b. Savings Bond Retail
2. SUN Lainnya*
a. Fixed Rate (FR)
b. Variable Rate (VR)
c. Zero Coupon Bonds
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Imbal hasil yang diterima dari SUN berupa bunga. (Dasar Hukum : UU 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara)
Terdiri dari:
1. SBSN Ritel
a. Sukuk Ritel
b. Sukuk Tabungan
2. SBSN Lainnya
a. Project Base Sukuk
b. Islamic Fixed Rate
a. Pembayaran pokok dan kupon dijamin negara;
b. Kupon lebih tinggi dari bunga Deposito Bank BUMN;
c. Pajak SBN (10%) lebih rendah dari Deposito (20%);
d. Kupon yang diperoleh bisa jadi passive income;
e. Ada potensi keuntungan saat diperjualbelikan di pasar sekunder (jenis tertentu).
a. Risiko gagal bayar (penerbit surat utang tidak mampu untuk membayar kupon maupun pokok utang) -> hal ini kecil sangat kecil kemungkinan terjadi, karena SBN merupakan investasi yang dijamin oleh negara
b. Risiko likuiditas : investor tidak bisa mencairkan dananya dalam waktu yang cepat sebelum jatuh tempo
c. Risiko pasar : Risiko Perubahan Inflasi dan Suku Bunga. Harga obligasi amat ditentukan oleh perubahan inflasi dan suku bunga. Jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika inflasi dan suku bunga naik, maka harga obligasi akan naik. Bagi investor yang ingin berinvestasi di obligasi dengan tujuan diperdagangkan, maka inflasi dan suku bunga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.Jenis SBN
Reksa dana merupakan kumpulan dana investasi yang diinvestasikan ke berbagai instrumen keuangan untuk menghasilkan keuntungan, seperti saham, obligasi, dan pasar uang yang dikeola oleh Manajer Investasi (MI).
Jenis-jenis produk reksa dana menurut alokasi portofolionya adalah sebagai berikut :
a. Reksa dana pasar uang.
Melalui reksa dana ini, manajer investasi akan menanamkan dana investor di dalam instrumen pasar uang, di antaranya deposito berjangka, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan surat utang bertenor kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Jenis reksa dana ini cocok untuk investor yang bertipe sangat konservatif dan jangka waktu investasinya kurang dari 1 tahun.
b. Reksa dana pendapatan tetap/reksa dana obligasi.
Manajer investasi menaruh minimum 80% dana investor ke dalam instrumen obligasi yang diterbitkan pemerintah maupun perusahaan. . Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Reksa Dana ini cocok untuk investor bertipe konsep konservatif-moderat dan jangka waktu investasinya antara 1 – 3 tahun.
c. Reksa dana saham.
Manajer investasi menaruh minimum 80% dana investor ke dalam beberapa instrumen saham. Reksa Dana ini cocok untuk investor dengan profil yang agresif dan jangka waktu investasinya di atas 5 tahun.
d. Reksa dana campuran.
Manajer investasi akan mengalokasikan dana ke berbagai instrumen keuangan seperti deposito, obligasi, pasar uang, dan saham. Jenis ini cocok untuk investor dengan profil risiko moderat-agresif dan jangka waktu investasinya antara 3 – 5 tahun
1. Reksa Dana adalah Instrumen yang sudah terdiversifikasi
Produk reksa dana sudah tersusun dari berbagai jenis instrument yang dipilihkan oleh manajer
2. Potensi return / keuntungan cukup tinggi
Berinvestasi reksa dana memberikan potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari:
- Capital gain : Keuntungan yang diperoleh dari dari kenaikan NAV (nilai atau harga suatu produk reksa dana yang sedang diperjualbelikan) sehingga menghasilkan capital gain.
- Dividen Pembagian hasil keuntungan yang dibagikan reksa dana kepada nasabahnya. Biasanya dibagikan dalam bentuk unit reksa dana tambahan.
3. Memulai berinvestasi dengan modal kecil,
Kita dapat mulai berinvestasi di reksa dana dengan modal kecil, yakni Rp100.000 untuk pembelian pertama, dan Rp10.000 untuk pembelian/ top up selanjutnya.
4. Keamanan Reksa Dana
Sewaktu berinvestasi di reksa dana, uang kamu tidak disimpan oleh agen penjual reksa dana tapi disimpan di bank kustodian (seperti Bank BCA, BNI, HSBC) yang bertanggung jawab untuk menyimpan dan menjaga dana investasi kamu. Sesuai peraturan OJK, Agen Penjual Reksadana (APERD) tidak menyimpan uang investor. Artinya andaikan Agen Penjual Reksadana (APERD) tutup pun, investasi kamu tetap tersimpan aman di bank kustodian dan dapat dicairkan kapanpun.
1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik.
Semua perubahan seperti perubahan Undang-Undang, kebjakan dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha dapat mempengaruhi harga suatu efek.
2. Risiko Wanprestasi / Kredit.
Risiko ini timbul jika penerbit Efek Utang (Obligasi) dan instrumen Pasar Uang tidak mampu memenuhi kewajibannya (Default).
3. Risiko Capital Gain
Risiko ini merupakan kerugian yang diperoleh dari selisih harga di mana harga beli lebih tinggi daripada harga jual.
4. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
5. Risiko Pembubaran dan Likuidasi. Risiko ini timbul jika reksa dana tidak dapat mencapai target dana kelolaan minimal yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu sehingga dilakukan pembubaran dan likuidasi. Jika hal ini dilakukan, maka pemegang unit penyertaan akan mendapat hasil likuidasi sesuai dengan kepemilikannya.
a. Asset under management (AUM): total dana investor dalam suatu reksa dana
b. Net asset value (NAV): harga reksa dana per unit
c. Compound annual growth rate (CAGR): tingkat pertumbuhan rata-rata harga reksa dana per tahun dalam jangka waktu tertentu
d. Expense ratio: persentase biaya operasional pengelolaan reksa dana
e. Max drawdown: persentase penurunan terbesar suatu reksa dana dalam periode tertentu
f. Alokasi aset: proporsi penempatan dana di jenis-jenis instrumen
g. Top holdings: alokasi aset investasi terbesar sebuah reksa dana
h. Prospektus: dokumen berisi informasi produk reksa dana
i. Fund fact sheet: laporan bulanan berisi informasi pengelolaan dan perkembangan reksa dana
- Bangun dana darurat
Dana darurat adalah sejumlah uang yang disimpan secara khusus untuk menangani keadaan darurat atau pengeluaran tak terduga seperti biaya medis yang tidak terduga atau keadaan darurat lainnya. Tujuan dari dana darurat adalah untuk memastikan bahwa kita memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk menjaga stabilitas keuangan kita dalam situasi sulit tanpa harus bergantung pada hutang atau investasi yang harus dicairkan dengan cepat. Dana darurat sebaiknya setara dengan beberapa bulan hingga setahun pengeluaran rutin kita.
- Buat target keuangan
Tentukan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang anda kemudian tinjau dan perbarui secara teratur. Dengan memiliki tujuan keuangan yang jelas, kita akan memiliki arah dalam merencanakan dan mengelola keuangan.
- Kurangi utang dan tingkatkan cashflow
Utang yang terus membengkak dapat memberikan beban finansial yang signifikan dan mengurangi fleksibilitas. Kembangkan strategi untuk melunasi hutang dan tingkatkan cashflow dengan mengurangi pengeluaran tidak perlu serta meningkatkan pendapatan (misalnya, dengan menjalankan bisnis sampingan).
- Mulai berinvestasi
Sebelum mulai berinvestasi , pastikan untuk mempelajari terlebih dahulu instrumen investasi yang akan dipilih, jangan sampai kita membeli “kucing dalam karung”. Selain itu penting untuk menyesuaikan dengan profil risiko yang kita miliki. Jangan lupa diversifikasi instrumen investasi untuk mengelola risiko.(Pluang, 2022)
Terdapat satu pepatah yang mengatakan “jangan taruh telur Anda dalam satu keranjang”,19 mengapa demikian? Karena jika satu keranjang tersebut jatuh maka bisa dipastikan semua telur yang berada didalamnya akan pecah. Namun jika kita meletakkannya dalam dua keranjang atau lebih dan satu keranjang terjatuh. Maka semua telur yang ada tidak akan pecah, karena kita masih memiliki telur di keranjang yang lainnya.
Diverifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membagi investasi ke dalam berbagai instrument investasi, seperti: saham, obligasi, emas, deposito, dll. Atau juga membagi investasi ke dalam satu instrumen, namun dengan sektor yang berbeda beda. Lebih jelasnya, misalkan ada merupakan investor yang memiliki modal sebesar 50 juta. Modal tersebut diinvestasikan pada instrumen saham sebesar 50%, emas 30% dan diinvestasikan pada obligasi 20%.
Hal ini akan lebih meminimalisir resiko, karena jika harga saham mengalami penurunan maka Anda masih memiliki investasi di obligasi dan juga emas yang bisa meminimalisir kerugian portofolio Anda. Jadi bisa di bayangkan jika Anda menginvestasikan modal di satu instrumen, apa yang akan terjadi jika kemudian instrumen tersebut mengalami penurunan.
Begitu pula jika Anda memilih hanya berinvestasi di saham, maka hendaknya investasikan modal anda pada saham dengan beberapa sektor yang berbeda beda, seperti sektor tambang, konsumer, perbankan, dll. Hal ini juga dilakukan untuk meminimalisir resiko, jika suatu saat salah satu sektor terdampak sentimen negatif maka masih ada sektor lainnya yang tidak terdampak sentimen negatif, sehingga dapat menutupi kerugian pada portofolio anda.
1. Mulai Sedini Mungkin
Efek compounding akan semakin signifikan pengaruhnya apabila dimanfaatkan sedini mungkin. Jadi, mulailah dari sekarang. (Walter, 2021)
2. Rajin Berinvestasi Minimal Setiap Bulan
Berinvestasi pada satu kali saja tidak akan berefek banyak pada keadaan finansial kamu di masa depan. Rutinlah mengalokasikan sekian persen dari pendapatan bulanan kamu khusus untuk diinvestasikan ke beragam instrumen. Ingat! Jangan pernah “don’t put all your eggs in one basket”, jangan pernah alokasikan seluruh dana investasikan pada satu tempat saja! Karena ketika kita menaruh telur dalam satu keranjang dan keranjang itu terjatuh, maka semua telur kita akan terkena imbasnya.
3. Pilih Jenis Investasi Sesuai Toleransi Risiko
Jenis investasi pun harus sesuai dengan toleransi risiko, yakni harus sesuai dengan tingkat risiko yang sanggup kita terima apabila terjadi kerugian. Meski sering dikaitkan dengan investasi saham, berinvestasi sesuai risk tolerance juga berkaitan dengan jenis investasi lainnya. Ketika memilih jenis investasi apa yang cocok untuk kamu, pelajari terlebih dahulu keuntungan dan kerugian berikut risiko yang dikandung oleh jenis investasi tersebut. Apakah risiko yang dimilikinya sesuai dengan keuntungan potensial yang bisa kamu terima nantinya? Bila sudah sesuai, maka targetkan efek compounding darinya. Berinvestasilah dengannya dalam jangka panjang, mulai dari sekarang, tanpa melewatkan analisa terhadap risiko dan potensi kerugian lainnya.
Dollar Cost Averaging (DCA) atau sering dikenal dengan strategi investasi berkala. Dengan strategi ini, pemodal dapat membeli produk investasi secara teratur atau berkala dengan nominal investasi yang biasanya tetap pada setiap periode pembelian, serta tanpa melihat kondisi pasar. (2021)
Kelebihannya, pilihan ini cocok untuk investor yang fokus untuk mencapai tujuan investasinya tanpa harus melihat apakah pasar sedang naik atau turun. Strategi ini juga cocok juga investor dengan modal terbatas, tetapi yakin untuk konsisten mencapai tujuan keuangannya.
Kelemahannya, cara berinvestasi ini bisa saja keuntungannya tidak sebesar dengan cara investasi sekaligus (jika timing investasinya saat harga rendah).Akan tetapi, bagi investor pemula yang belum tahu pergerakan pasar, disarankan lebih memilih cara investasi secara berkala ini.
Manfaat DCA
1. Mencari harga rata-rata
2. Mengurangi tekanan psiskis dalam melakukan investasi
3. Lebih mudah dilakukan
Strategi lump sum merupakan strategi menyetor sejumlah dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.
Kelebihannya, pilihan strategi ini efektif memberikan hasil investasi yang baik jika dilakukan dengan timing yang tepat, yaitu saat harga-harga NAB (nilai aktiva bersih) atau per lotnya sedang turun pada posisi terendah sehingga memungkinkan investor memperoleh lebih banyak unit investasi pada harga yang lebih murah. Karena sedang turun, secara logika investasi akan naik kembali (swing) pada posisi sebelumnya. Bahkan bisa lebih tinggi dan memberi hasil yang lebih maksimal. Akan tetapi, posisi terendah tidak selalu dapat diprediksi dengan baik. Selain itu, investasi dengan model lump sum memerlukan modal yang cukup besar sehingga dapat menyulitkan sebagian calon investor. Terutama untuk investor yang memiliki alokasi investasi minim dan terbatas.
Kelemahan dari strategi ini adalah jika waktu yang digunakan untuk melakukan investasi kurang tepat dan investor tidak berorientasi jangka panjang, maka ketika harga reksa dana dan/atau saham mengalami penurunan, kerugian yang dialaminya bisa lebih besar.
Karena sulitnya mengetahui waktu yang tepat itu, investor yang sudah berpengalaman puluhan tahun sekalipun sulit melakukannya secara konsisten.(2022
1. Return besar dalam waktu singkat (tidak rasional)
2. Tidak memiliki izin resmi atau kelengkapan legal
3. Mengatasnamakan perusahaan lain yang lebih terkenal
4. Skema pengelolaan investasi tidak dijelaskan/ dijelaskan dengan samar-samar
5. Kelengkapan pemilik usaha tidak jelas (organisasi, alamat, dsb)
6. Berbentuk skema Ponzi/money game
7. Menggandeng public figure untuk meningkatkan kredibilitas
Skema ponzi adalah penipuan dalam bidang keuangan yang dilakukan dengan cara menjanjikan banyak keuntungan pada korbannya.
Keuntungan ini didapat bukan dari kegiatan bisnis yang dijalankan, melainkan uang para anggota atau investor yang baru bergabung. Dengan kata lain, mereka yang bergabung di pertengahan atau paling akhir besar kemungkinan tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali karena perputaran uang yang ada telah habis.
1. Anggota yang terlebih dahulu bergabung harus merekrut anggota baru
Salah satu cara yang cukup sering digunakan dalam skema ponzi yaitu anggota terlebih dahulu bergabung diharuskan untuk merekrut anggota baru. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Keuntungan yang ada nantinya akan dibagi dengan perusahaan atau lembaga yang menerapkan skema ponzi ini. Pembagian ini tentunya sudah diinformasikan di awal saat anggota bergabung. Semakin banyak anggota baru, makin lancar pulak keuntungan yang masuk ke kantong anggota lama.
2. Perusahaan merekrut langsung anggotanya
Cara yang kedua ini lazim ditemui pada investasi bodong atau tabungan online di sosial media. Para anggota tidak perlu bersusah payah untuk merekrut anggota baru. Sebab, perusahaan lah yang akan melakukan tugas tersebut. Sekilas, kedua cara di atas mungkin nampak berbeda padahal keduanya sama-sama merugikan anggota terutama mereka yang baru sempat ikut tergabung ke dalamnya.
1. Adanya Penerapan Uang Keanggotaan atau Pendaftaran Saat Bergabung
2. Menjanjikan Keuntungan Fantastis dengan Resiko Minim (High Return)
3. Kegiatan Bisnis yang Dijalankan Tidak Jelas atau Abu-Abu (Tanpa Legalitas Maupun Kredibilitas)
4. Tidak Memiliki Produk Pasti Untuk Dijual Sebagai Sumber Keuntungan
5. Diiming-Imingi Profit yang Lebih Tinggi Pada Saat Ingin Berhenti
6. Mengundang Calon Investor dengan Menggunakan Tokoh Masyarakat, Public Figure, dan Orang Berpengaruh Lainnya
7. Terjadinya Pencairan Macet di Tengah-Tengah
1. Lakukan Riset Mendalam.
Sebelum berinvestasi, lakukanlah riset mendalam tentang jenis investasi, perusahaan yang menjalankan, serta potensi risikonya. Di samping itu, periksa juga dokumentasi dengan seksama untuk memastikan keabsahan investasi tersebut.
2. Waspadai Keuntungan Tidak Wajar
Selalu waspada dengan iming-iming perolehan keuntungan yang banyak. Terlebih, jika ditawari keuntungan di atas batas wajar dengan waktu yang sangat singkat.
3. Memastikan Kredibilitas dan Legalitas Perusahaan
Anda bisa mengecek apakah perusahaan tersebut telah memperoleh izin dari lembaga berwenang, salah satunya yaitu dari OJK. Pastikan juga mereka memiliki alamat perusahaan yang jelas.
4. Memiliki Kegiatan Usaha yang Jelas
Anda perlu tahu dari mana sumber keuntungan yang diperoleh dengan cara mengetahui kegiatan usaha apa yang perusahaan tersebut jalankan.
Klik tombol dibawah ini untuk memperjelas tampilan poster
Klik tombol dibawah ini untuk mengakses Modul