Artikel: Fitur Meningkat, Literasi Jangan Tersikat!

Bernadeta Dheswita Puspitasari - SMAN 1 Banjarnegara

Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Populer untuk Siswa/i SMA/SMK/MA Negeri dan Swasta Sederajat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023 (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah)

 

Fitur Meningkat, Literasi Jangan Tersikat!

Oleh: Bernadeta Dheswita Puspitasari

Saat ini, peningkatan fitur digital seperti ChatGPT dan fitur yang disajikan Google sangat membantu kita dalam mencari informasi dengan cepat. Hasil yang serba instan menjadikan pengguna gawai mengabaikan literasi, padahal keakuratan dari informasi yang diterima perlu diselidiki lebih lanjut.

“Lalu bagaimana kalau data-datanya sudah bocor? Saya harusnya sejak dulu percaya WA GB (Mod) itu berbahaya.”

Begitu keluh seorang netizen di kolom komentar sebuah postingan yang membahas tentang bocornya data di WhatsApp Mod. Padahal, sebelumnya pernah beredar sebuah berita bahwa WhatsApp Mod merupakan aplikasi yang berbahaya. Apa sulitnya membaca suatu berita sampai tuntas? Difasilitasi teknologi yang canggih, langkah bijaksananya adalah kesadaran diri untuk mencapai kecerdasan berliterasi digital.

Literasi digital bukan kata asing lagi bagi kita. Pandemi Covid-19 yang melanda memaksa dunia pendidikan untuk melek digital. Literasi digital merupakan salah satu dari 6 literasi dasar yang harus dimiliki oleh remaja yang sudah berusia 13 tahun. Literasi apa saja itu? Antara lain: literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi kebudayaan dan kewargaan, literasi digital. 

Berdasarkan hasil polling di status Instagram milik salah satu pelajar SMAN 1 Banjarnegara (@bernadetaaaa_) dengan pengikut mayoritas pelajar, dari 17 orang, 3 orang (17%) sebelumnya sudah tahu 6 literasi dasar dari sekolah, 8 orang (48%) sebelumnya sudah tahu tapi bukan dari sekolah, 6 orang (35%) baru tahu ada 6 literasi dasar yang harus dimiliki remaja usia 13 tahun.

Selain itu, berdasarkan hasil polling di akun Instagram yang sama, dari 17 orang, 11 orang (65%) paham mengenai literasi digital, 6 orang (35%) pernah mendengar “literasi digital” tapi kurang atau belum paham, 0 orang belum pernah mendengar “literasi digital”. Hasil polling ini menunjukkan bahwa perlu adanya penyuluhan mengenai pengertian literasi digital dan pelaksanaannya. 

Menurut KBBI, literasi digital adalah kemampuan untuk memahami informasi berbasis komputer. Komputer sendiri mencakup alat elektronik otomatis yang dapat menghitung atau mengolah data dan memberikan hasil pengolahan. Tentunya gawai (gadget) yang menemani kita beraktivitas juga termasuk komputer.

Saat ini, semua orang dari segala kalangan tak pernah luput dari kebutuhan komunikasi melalui dunia digital. Dalam hal ini bukan hanya guru, tapi pelajar serta orang tua harus ikut membuka mata terhadap perkembangan dunia digital. Kecakapan dalam menggunakan gawai, kemampuan dalam mengakses internet, dan daya analisis terhadap informasi di internet merupakan pengertian lanjut dari literasi digital.

Gawai merupakan senjata ampuh untuk meningkatkan kualitas dan esensi diri. Benda yang sekarang selalu digenggam oleh anak muda bahkan orang dewasa ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi gawai dapat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat, di sisi lain dapat sangat berbahaya bagi penggunanya. Contoh, kelalaian menggunakan WhatsApp Mod yang mengancam bocornya informasi ke pihak ketiga. 

WhatsApp Mod adalah aplikasi WhatsApp yang telah dimodifikasi sehingga penggunanya bisa melihat status atau pesan yang dihapus. Selain mengganggu privasi orang lain, aplikasi WhatsApp Mod ini bukanlah aplikasi resmi, sehingga keamanannya perlu dipertanyakan. Meskipun beberapa kali berita tentang WhatsApp Mod naik daun, beberapa orang bersikukuh WhatsApp Mod itu aman dan tidak membahayakan. Namun demikian, apa yang kita anggap aman di gawai pun belum tentu seratus persen terjamin aman. Pihak ketiga bisa kapan saja mengakses dan mengambil data kita.

Contoh lain kerap ditemui di grup-grup WhatsApp. Orang dengan mudahnya  asal membagikan berita meskipun tidak ada sumber yang tercantum. Ini bukan hal sepele. Apa yang kita bagikan, akan terus mengalir ke banyak orang. Jika berita palsu dibagikan kepada dua orang, berita tersebut akan menyebar sampai ke ribuan orang bahkan jutaan orang. Di kemudian hari akan terus bertambah banyak yang menerima berita tersebut, menyerupai pola penyebaran virus. 

Berliterasi digital tidak hanya membaca keseluruhan apa yang diterima, melainkan memastikan validitas informasi yang dibaca. Salah satunya dengan memanfaatkan fitur pencarian internet untuk memeriksa sumber berita tersebut. Situs resmi Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia) secara berkala mengecek berita-berita viral dan menyampaikan kejelasan terkait berita hoax.

Saat ini, literasi digital diperlukan semua kalangan umum, termasuk generasi muda yang kerap mencari informasi di internet dibandingkan di buku. Informasi yang bersumber dari buku lebih dipercaya dibandingkan di internet karena sudah melalui beberapa kali penyaringan. Namun, bukan berarti semua yang ada di internet diragukan. Langkah yang tepat adalah memeriksa sumber asli dari informasi tersebut. 

Tentu saja kita lebih menyukai cara yang cepat alias instan memperoleh apa yang diinginkan. Apalagi sekarang banyak platform digital yang mempersilakan siapa saja untuk menjawab suatu pertanyaan dari tugas pengguna lain. Generasi muda harus membaca keseluruhan informasi dan pintar membandingkan suatu informasi dengan informasi lain yang serupa untuk menentukan mana yang lebih dapat dipercaya.

Ditambah lagi, akhir-akhir ini fitur AI (Artificial Intellegence) mulai berkembang dan digunakan oleh banyak orang, pelajar, mahasiswa, maupun mereka yang sudah bekerja. Melansir Amazon Web Service, kecerdasan buatan (AI) adalah bidang ilmu komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.

Akhir-akhir ini, istilah ChatGPT bermunculan di beranda media sosial. Ternyata ChatGPT ini merupakan salah satu fitur ajaib yang membantu kita mencari solusi atas pertanyaan. ChatGPT adalah chatbot gratis yang dirilis pada November 2022 oleh OpenAI, sebuah perusahaan riset AI. Chatbot adalah sistem AI yang terlibat dalam dialog lisan atau tertulis. Pengguna cukup mengetikkan pertanyaan melalui ChatGPT dan hasilnya akan langsung muncul. 

Lantas apa bedanya dengan pencarian biasa? Jika kita mencari sesuatu di pencarian Google, Bing, atau penelusur lainnya, maka kita akan disuguhkan daftar situs yang relevan. Namun, kita bisa mendapat hasil yang lebih cepat dan ringkas melalui ChatGPT. Cara kerja ChatGPT adalah membaca data dari situs berdasarkan kata kunci yang diberikan. Jawaban yang diberikan pun disampaikan dalam bentuk yang komunikatif (seperti sedang mengobrol dengan manusia).

Selain menjawab pertanyaan, ChatGPT dari OpenAi ini bisa membuatkan esai sesuai dengan tema atau topik yang kita inginkan. Kita bisa mencoba ChatGPT dengan perintah “Tolong buatkan esai bertema manfaat menulis puisi.” Tanpa menunggu lama, ChatGPT mengetikkan esai dengan tema yang sesuai. Cobalah perintah membuat esai tersebut dilakukan sebanyak tiga kali. Maka esai yang diberikan isinya sama, tetapi rangkaian kalimatnya berbeda. Jika dicek plagiarismenya di situs www.duplichecker.com , ketiga esainya mendekati 100% uniq alias persentase plagiatnya 0%. Inilah kecanggihan AI yang sangat luar biasa, bisa mengambil data yang sudah tersedia di internet, dan merombaknya menjadi rangkaian kalimat yang berbeda (tidak sama persis). Fitur ini bisa berdampak positif karena dapat mengakses dan membantu mencari jawaban yang kita inginkan dengan cepat. Namun, bisa pula berdampak negatif jika kita terlalu bergantung pada AI.

Google pun tak mau kalah dan sampai saat ini masih mengembangkan fiturnya. Google memperbarui dan merilis fitur-fitur lain. Sebagai contoh Google Form yang memungkinkan semua orang membuat kuis dengan langsung menampilkan nilai jawaban, kemudian ada document (menyerupai Microsoft Word), spreadsheet (menyerupai Microsoft Excel), dan slide (Microsoft Power Point) yang bisa diedit oleh beberapa orang dari perangkat yang berbeda, serta autosave sehingga tidak perlu khawatir apabila laptop mendadak mati atau ada kendala lainnya. Namun, di balik ketiga fitur populer tersebut ada fitur lain yang masih jarang digunakan dan bahkan asing didengar yaitu Google Sites.

Google Sites bukanlah hal yang baru, tetapi ternyata masih banyak yang belum pernah mencoba fitur ini. Pelajar SMA, SMP, bahkan SD pun bisa membuat situsnya sendiri. Ya, kita bisa membuat dunia digital kecil untuk memamerkan karya dan gagasan. 

Menurut Budi Harsanto dalam Panduan E-Learning Menggunakan Google Sites, Google Sites merupakan salah satu produk dari Google sebagai alat untuk membuat website. Budi Harsanto pun menyebutkan bahwa Google Sites dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar, seperti guru dan dosen untuk media pembelajaran daring. Situs dapat menjadi media untuk menyampaikan tugas, silabus, mengunggah materi, dan pengumuman tertentu.

Di Google Sites template situs telah disediakan dengan berbagai pilihan tema dan tata letak. Kita bisa dengan mudah menambahkan gambar, teks, mengunggah dokumen/presentasi/tabel, daftar isi otomatis, dan fitur lainnya. Di situs tersebut generasi muda bisa berkarya melalui tulisan, atau menuangkan hasil dari literasi baca-tulis mereka selama ini. Kita bisa membuat situs seperti dalam tautan https://sites.google.com/view/bernadetasroom/ dengan mudah dan cepat.

Generasi muda dapat berkarya membuat cerpen atau artikel dan mempublikasikan di Google Sites. Melalui kegiatan menulis, generasi muda dapat meredakan emosi negatif, menambah wawasan, meningkatkan kreativitas, serta memperbaiki sudut pandang dan pola pikir. 

Generasi muda mampu meredakan emosi negatif setelah melampiaskan uneg-unegnya berupa tulisan, sehingga lebih berkonsentrasi saat belajar. Menulis mendorong generasi muda untuk menambah wawasan, karena perlu mencari bahan informasi melalui literasi baca. Begitu pula dengan meningkatkan kreativitas yang nantinya akan bermanfaat dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.

Dalam Google Sites ini, penulisan teks dapat diedit dengan mudah seperti menggunakan Microsoft Word. Ada fitur untuk menebalkan, memiringkan, atau memberi garis bawah pada huruf. Warna, jenis, dan ukuran huruf pun dapat diganti sesuka hati. Template teks, judul, dan gambar sudah disediakan. Kita tinggal memilih tata letak yang diinginkan, kemudian tinggal mengganti judul dan subjudulnya, kemudian mengunggah gambar dan mengisi kolom teksnya. Kita bisa mengambil tulisan yang sudah ada di dokumen dengan copy-paste.

Selain memanfaatkan platform digital sebagai media memamerkan karya, kita pun dapat berperan untuk mengenalkan kebudayaan atau kearifan lokal. Seperti yang terlampir pada situs https://sites.google.com/view/bernadetasroom/kumpulan-cerpen pada bagian menu ”kumpulan cerpen” ada dua cerpen berunsur kebudayaan yang ditampilkan. Cerpen pertama menceritakan tentang seorang anak dari dukun kuda lumping, cerpen kedua menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang ingin berprestasi melalui kreasi batik Gumelem. Informasi pengenalan budaya yang dituangkan melalui cerpen lebih menarik diulik oleh kebanyakan pembaca. 

Kurikulum Merdeka sangat menekankan adanya P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Tahap akhir dari kegiatan P5 adalah membuat laporan. Laporan P5 tersebut dapat dipamerkan melalui situs di Google Sites. Pameran berupa cetakan (hardcopy) yang di pajang di perpustakaan sekolah belum cukup, sebab untuk membacanya harus datang ke perpustakaan dan baca di tempat. Sehingga, membuat situs pameran P5 merupakan alternatif terjangkau yang memungkinkan semua orang dapat melihat hasil karya P5 dari gawai masing-masing. 

Aspek kreatif merupakan salah satu poin dalam Pelajar Pancasila. Aspek tersebut sangat didorong dalam pembuatan situs. Pelajar diperkenankan untuk merangkai kata dan tata letak yang menarik. 

Sebagai contoh, kelompok B dari kelas X-1 SMAN 1 Banjarnegara dalam kegiatan P5 kedua tahun pembelajaran 2022/2023 sudah menampilkan laporan kegiatan P5 dalam tautan https://sites.google.com/view/p5-ayam-petis/halaman-muka . Respons dari guru pembimbing kelompok tersebut sangat baik, karena situs tersebut memudahkan siapa saja untuk membaca laporan kegiatan P5 tanpa harus pergi ke perpustakaan. Jika ada perbaikan yang perlu dilakukan pada situs, pengguna hanya perlu mengedit tanpa harus membuat situs atau tautan baru.

Bentuk nyata lain penerapan literasi digital sudah dilaksanakan oleh komunitas menulis di SMAN 1 Banjarnegara, yaitu “Prajurit Aksara SMANSABARA”, atau disingkat “PRAKSABARA”. 

Komunitas PRAKSABARA memanfaatkan Google Sites untuk memamerkan karya tulis berupa antologi cerpen ( https://sites.google.com/view/praksabara/beranda ). Adanya situs ini membuat anggota komunitas ini semakin terdorong untuk menciptakan cerpen yang bagus untuk ditampilkan dalam di menu “Pameran Karya Cerpen”.

Selain berkarya di dunia maya, PRAKSABARA pun menghasilkan karya nyata berupa buku cetak. Salah satunya adalah buku kumpulan cerpen berjudul “Asmaraloka” yang bertema kasih sayang. PRAKSABARA bekerja sama dengan salah satu penerbit indie, dari pembuatan sampul, sampai mengatur tata letak, semua itu dilaksanakan tanpa harus bertatap muka dengan pihak penerbit. 

Setelah ditelusuri ternyata banyak penerbit indie yang mulai naik daun di saat pandemi Covid-19. Bukan hanya naik daun, bahkan ada yang baru merintis di tahun itu juga. Pada umumnya calon penulis yang mengisi waktu luang ketika lockdown dengan menghasilkan kumpulan cerpen, puisi, bahkan novel menjadi alasan utama bermunculan penerbit-penerbit indie. 

PRAKSABARA akan terus berkarya menghasilkan buku ber-ISBN guna menghindari plagiat dan sebagai tanda resmi dari Perpustakaan Nasional. Proses penerbitan yang bisa dikatakan berliku dapat diatasi dengan mudah semenjak dunia digital makin berkembang.

Menelusuri lebih jauh, pada masa pandemi dan pasca pandemi ada banyak lembaga-lembaga yang mengadakan lomba secara daring. Situs https://sites.google.com/view/praksabara/info-lomba ini juga memberi informasi mengenai kompetisi-kompetisi daring yang berkaitan dengan literasi dan kecakapan berbahasa di menu “Info Lomba”. Lombanya pun kebanyakan gratis untuk diikuti, hanya diperkenankan mengikuti beberapa syarat. Syaratnya pun cukup mudah, yaitu mengikuti akun lembaga dan membagikan poster lomba tersebut. Berkembangnya dunia digital, memungkinkan semua pihak untuk mengadakan lomba secara daring.

Semua rentetan fitur tersebut tidak akan bisa dimanfaatkan dengan baik tanpa adanya literasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dengan adanya gawai, semua yang kita butuhkan bisa dipermudah melalui fitur-fitur dalam gawai tersebut. Namun, apa gunanya jika tanpa literasi? Dunia digital dapat membawa kita ke sebuah jurang penuh konten negatif yang bisa merusak pikiran dan karakter. Namun, dunia digital juga bisa menjadi pintu ajaib Doraemon yang menyadarkan kita bahwa banyak hal positif dan menarik yang bisa meningkatkan terealisasinya era 2045 Indonesia Emas.

Oleh karena itu, menciptakan dunia digital untuk negeri bisa terwujud. Sebagai generasi muda, kita perlu meningkatkan kreativitas dan eksplorasi ide melalui dunia digital tanpa meninggalkan literasi. Langkah awal sebelum menciptakan adalah menguasai yang sudah. Berkembangnya waktu, pengetahuan dan ilmu tak pernah berhenti di satu titik. Tidak ada alasan untuk berhenti berliterasi, justru di masa ini literasi sangat dibutuhkan karena masyarakat selalu disajikan informasi dari gawainya.


Lampiran