Bagaimana Coevolution dapat mendorong terjadinya evolusi makhluk hidup?
Coevolution atau koevolusi merupakan proses perubahan evolusioner dimana terjadi timbal balik antara pasangan spesies atau antar kelompok spesies saat melakukan interaksi satu sama lain. Aktivitas setiap spesies yang berpartisipasi dalam interaksi menerapkan tekanan seleksi pada spesies yang lainnya (Thompson, 2020). Faktor yang mempengaruhi koevolusi kemungkinan terjadi ketika spesies yang berbeda memiliki interaksi ekologis yang erat satu sama lain. Hubungan ekologis ini meliputi :
Predator/mangsa dan parasit/inang, dalam interaksi predator-mangsa, misalnya, munculnya mangsa yang lebih cepat dapat menyeleksi individu dalam spesies predator yang tidak mampu mengimbangi. Dengan demikian, hanya individu yang cepat atau yang memiliki adaptasi yang memungkinkan mereka menangkap mangsa dengan cara lain yang akan mewariskan gen mereka ke generasi berikutnya. Interaksi antagonis antara dua spesies dapat berkembang bersama untuk meningkatkan antagonisme; spesies "membangun" metode pertahanan dan serangan, seperti perlombaan senjata evolusioner. Namun, dalam kondisi ekologis lainnya (seperti dalam interaksi parasit-inang tertentu), antagonisme dapat dikurangi.
Spesies kompetitif, seperti antara predator dengan predator yang memperebutkan mangsa.
Spesies mutualistik. Misalnya, tumbuhan dan penyerbuknya sangat bergantung satu sama lain dan hubungan mereka terkadang sangat eksklusif sehingga ahli biologi memiliki alasan kuat untuk berpikir bahwa "kecocokan" antara keduanya adalah hasil dari proses koevolusioner.
Koevolusi tidak selalu membutuhkan kehadiran antagonisme. Ini dapat menyebabkan hubungan yang sangat khusus antara spesies, antara pemangsa dan mangsa, dan antara parasit dan inang yang dapat mendorong evolusi spesies baru dalam kasus dimana populasi individu dari spesies yang berinteraksi memisahkan diri dari metapopulasi yang lebih besar untuk jangka waktu yang lama.
Cara-cara terjadinya koevolusi mengarah pada klasifikasi menjadi beberapa jenis:
Diffuse: Evolusi terjadi sebagai respons terhadap karakter beberapa spesies, dan bukan satu pun. Tidak ada korelasi genetik.
Ko-spesiasi: Interaksi antar spesies menghasilkan spesiasi timbal balik, di mana yang satu mengontrol pergerakan gamet yang lain.
Gen demi gen: Koevolusi didorong oleh perubahan dalam gen utama, dan untuk setiap gen yang menyebabkan resistensi, ada virulensi yang sesuai.
Proses campuran: Evolusi bersifat timbal balik, dan adaptasi menyebabkan populasi spesies lain terisolasi secara reproduktif.
Mosaik geografis: Interaksi memiliki hasil yang berbeda tergantung pada struktur demografis populasi, sehingga interaksi tersebut dapat berkembang bersamaan dalam beberapa populasi dan tidak pada populasi lainnya. Pola evolusi dapat menyebabkan suatu spesies berevolusi berdampingan dengan beberapa secara bersamaan.
Proses koevolusi terjadi ketika pasangan atau kelompok spesies berinteraksi, mereka berevolusi sebagai respon terhadap satu sama lain. Perubahan evolusioner timbal balik dalam spesies yang berinteraksi ini disebut proses evolusi bersama yaitu metode utama yang mengatur komunitas biologis. Melalui koevolusi, populasi lokal dari spesies yang berinteraksi menjadi beradaptasi satu sama lain, bahkan terkadang berevolusi menjadi spesies baru. Interaksi yang berkembang bersama antar spesies bergantung tidak hanya pada susunan genetik saat ini dari spesies yang terlibat tetapi juga pada mutasi baru yang muncul, karakteristik populasi masing-masing spesies, dan konteks komunitas di mana interaksi terjadi (Novianti, 2016).
Contoh kasus koevolusi adalah hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia. Semut menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber makanan. Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat sedemikiannya telah menyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus pada kedua organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora dan membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai gantinya, tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat digunakan oleh semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan ketika tumbuhan tersebut berbunga. Koevolusi seperti ini tidak menandakan bahwa semut dan pohon tersebut memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku ini disebabkan oleh perubahan genetika yang kecil pada populasi semut dan pohon yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapatkan memberikan kesempatan yang lebih besar agar karakteristik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi yang berkelanjutan menciptakan hubungan yang dapat kita pantau hingga sekarang.
Fenomena koevolusi merupakan suatu mekanisme seleksi, adaptasi dan berakhir dengan kemampuan berkembang biak yang lestari dari organisme yang saling timbal balik (Budianto, & Basuki, 2019. Seperti pada contoh sistem yang terbentuk mungkin merupakan hasil koevolusi karena tanaman tidak akan mengembangkan duri berongga atau pori-pori nektar kecuali evolusi mereka dipengaruhi oleh semut, dan semut tidak akan mengembangkan perilaku pertahanan herbivora kecuali evolusi mereka dipengaruhi oleh tanaman. Selain itu, contoh lain dari fenomena koevolusi adalah kupu-kupu viceroy nymphalidae telah berevolusi yaitu dengan tumbuh beracun dapat menghindarkan dari pemangsa utama mereka yaitu burung. Kemampuan mimikri kupu-kupu memberikan keamanan sehingga membuat kupu-kupu viceroy dapat lebih mudah bertahan hidup
Penting untuk dicatat bahwa aktivitas manusia sering mengganggu proses koevolusi dengan mengubah sifat dan tingkat interaksi antara spesies yang berevolusi bersama. Beberapa contoh aktivitas manusia yang berbahaya termasuk fragmentasi habitat , meningkat tekanan perburuan , favoritisme satu spesies di atas yang lain, dan masuknya spesies eksotis ke dalam ekosistem yang tidak siap untuk menanganinya.
Daftar Pustaka
Budianto, B.H. and Basuki, E., 2019. Kemampuan Serkaria Fasciola gigantica Asal Beberapa Jenis Siput Dalam Membentuk Metaserkaria. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-4.
Mechanisms: the processes of evolution. Berkeley University of California. https://evolution.berkeley.edu/wp-content/uploads/2022/02/Evo101_03_Mechanisms_UE diakses pada tanggal 26 November 2022
Novianti, Titta. 2016. Modul Mata Kuliah Biologi (KES102). Program Studi Bioteknologi Universitas Esa Unggul.
Thompson, J. N. and Rafferty,. John P. (2020). Coevolution. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/coevolution diakses pada tanggal 26 November 2022
Tian, P., Louis, J.M., Baber, J.L., Aniana, A. and Best, R.B., 2018. Co‐evolutionary fitness landscapes for sequence design. Angewandte Chemie International Edition, 57(20), pp.5674-5678.
Contoh kasus koevolusi adalah hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia. Semut menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber makanan. Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat sedemikiannya telah menyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus pada kedua organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora dan membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai gantinya, tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat digunakan oleh semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan ketika tumbuhan tersebut berbunga. Koevolusi seperti ini tidak menandakan bahwa semut dan pohon tersebut memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku ini disebabkan oleh perubahan genetika yang kecil pada populasi semut dan pohon yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapatkan memberikan kesempatan yang lebih besar agar karakteristik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi yang berkelanjutan menciptakan hubungan yang dapat kita pantau hingga sekarang.
Fenomena koevolusi merupakan suatu mekanisme seleksi, adaptasi dan berakhir dengan kemampuan berkembang biak yang lestari dari organisme yang saling timbal balik (Budianto, & Basuki, 2019. Seperti pada contoh sistem yang terbentuk mungkin merupakan hasil koevolusi karena tanaman tidak akan mengembangkan duri berongga atau pori-pori nektar kecuali evolusi mereka dipengaruhi oleh semut, dan semut tidak akan mengembangkan perilaku pertahanan herbivora kecuali evolusi mereka dipengaruhi oleh tanaman. Selain itu, contoh lain dari fenomena koevolusi adalah kupu-kupu viceroy nymphalidae telah berevolusi yaitu dengan tumbuh beracun dapat menghindarkan dari pemangsa utama mereka yaitu burung. Kemampuan mimikri kupu-kupu memberikan keamanan sehingga membuat kupu-kupu viceroy dapat lebih mudah bertahan hidup
Penting untuk dicatat bahwa aktivitas manusia sering mengganggu proses koevolusi dengan mengubah sifat dan tingkat interaksi antara spesies yang berevolusi bersama. Beberapa contoh aktivitas manusia yang berbahaya termasuk fragmentasi habitat , meningkat tekanan perburuan , favoritisme satu spesies di atas yang lain, dan masuknya spesies eksotis ke dalam ekosistem yang tidak siap untuk menanganinya.
Daftar Pustaka
Budianto, B.H. and Basuki, E., 2019. Kemampuan Serkaria Fasciola gigantica Asal Beberapa Jenis Siput Dalam Membentuk Metaserkaria. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-4.
Mechanisms: the processes of evolution. Berkeley University of California. https://evolution.berkeley.edu/wp-content/uploads/2022/02/Evo101_03_Mechanisms_UE diakses pada tanggal 26 November 2022
Novianti, Titta. 2016. Modul Mata Kuliah Biologi (KES102). Program Studi Bioteknologi Universitas Esa Unggul.
Thompson, J. N. and Rafferty, . John P. (2020). Coevolution. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/coevolution diakses pada tanggal 26 November 2022
Tian, P., Louis, J.M., Baber, J.L., Aniana, A. and Best, R.B., 2018. Co‐evolutionary fitness landscapes for sequence design. Angewandte Chemie International Edition, 57(20), pp.5674-5678.