Kegiatan ini merupakan kegiatan pembuka dari seluruh rangkaian materi belajar di Program Pendidikan Guru Penggerak. Pada kegiatan ini, Anda akan melakukan sebuah refleksi diri sejauh mana Anda mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Sejauh ini Anda sudah sering mendengar kata kata seperti budi pekerti, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani yang menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, Anda akan berdialog dengan diri Anda sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran Anda sebagai pendidik’.
Sebagai pemantik proses refleksi tersebut, mari kita ingat-ingat kembali pengalaman ketika kita bersekolah. Jawaban pertanyaan berikut tidak perlu ditulis namun tetap perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman apa yang membuat Anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman apa yang membuat Anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)
Peristiwa apa yang membuat Anda merasa berkembang dan belajar sebagai seorang pembelajar?
Siapa sosok guru yang menginspirasi Anda?
Apa pengalaman yang berkesan bersama guru tersebut?
Pernahkah Anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan oleh guru tersebut di kelas yang Anda ampu?
Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di bawah terkait pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).
1. Tulisan Reflektif Kritis
Buatlah sebuah tulisan reflektif kritis dengan jumlah minimum 300 kata dan maksimum 500 kata dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan yang telah disediakan. Pertanyaan panduan tulisan reflektif kritis Anda terkait konsep pemikiran Pendidikan KHD:
Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?
Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
2. Harapan dan Ekspektasi
Ungkapkan Harapan dan Ekspektasi Anda terkait dengan pembelajaran pada modul ini.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
1. Tulisan Reflektif Kritis
Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?
Jawaban : Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran yang saya ketahui adalah sebagai berikut ini :
Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Ki Hajar Dewantara (KHD) berpendapat, bahwa pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.
Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Menurut saya sosok Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan yang progressif tentang pendidikan dan pengajaran. Menurut beliau, pendidikan harus merupakan hak setiap orang dan tidak boleh terbatas hanya untuk kelompok tertentu saja. Selain itu, beliau juga percaya bahwa pendidikan harus memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal. Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pengajaran yang berkualitas dan menghargai keberagaman siswa.
Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
Jawaban : Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini menurut saya adalah sebagai berikut:
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan pada anak didasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman , pendidik itu menuntun anak agar tidak salah arah dalam menuju kebahagiaan dan keselamatan hidup sebagai individu dan sebagai manusia bermasyarakat. Dasar pendidikan dengan kodrat alam anak, maksudnya adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan lingkungan tempat tinggal anak. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut saat ini dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis kontekstual. Sumber pembelajaran berasal dari lingkungan sekitar anak. Dengan demikian, anak akan mudah mendapatkan pengalaman belajar karena sumber belajarnya berasal dari pengalaman hidup di daerah masing-masing anak. Selain itu, anak akan merasa senang belajar bersama pendidik. Anak akan selalu merindukan pendidik untuk belajar bersama, pendidik pun akan merasa senang karena menjadi pendidik membelajarkan pengetahuan atau ilmu sesuai keinginan atau kompetensi anak. Dengan demikian,terjalin hubungan harmonis antara pendidik dan anak. Hal ini yang akan mendorong pendidik menjadi pembelajar sejati dan anak akan menjadi pemelajar sejati. Pembelajar dan pemelajar sejati ini adalah pribadi yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan sepanjang hayatnya. Pendidik yang melaksanakan tugasnya dengan berdasarkan kontekstual ini berarti mempunyai relevansi dengan filosofi Ki hajar Dewantara bahwa pembelajaran berhamba pada murid dan sekarang dikenal dengan pembelajaran berpihak pada murid. Hal ini sesuai dengan kurikulum merdeka belajar yang saat ini berlaku di Indonesia.
Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan di sekolah saya secara khusus saat ini menurut saya adalah sebagai berikut:
Saat ini sekolah kami di kelas 1 dan 4 menerapkan kurikulum merdeka. Kebetulan saya adalah guru kelas 4. Apa yang disampaikan oleh KHD bahwa sumber pembelajaran berasal dari lingkungan sekitar anak itu benar adanya. Guru bukan satu-satunya sumber pembelajaran. Saat ini sekolah kami terutama bapak dan ibu guru mulai mengubah konsep pembelajaran di kelas berbasis lingkungan dan kontekstual. Kami mengenalkan berbagai kearifan lokal khas Kota Semarang kepada peserta didik. Bagaimana cara membuat makanan dan minuman tradisonal khas Semarang lalu mengemas dan memasarkannya walaupun dalam lingkup sekolah saja pada kegiatan market day. Narasumber membuat makanan juga kami bekerja sama dengan orang tua siswa yang bisa membuat makanan tersebut. Karena lingkungan kami adalah lingkungan perkotaan dan wisata, peserta didik juga belajar mengenal sejarah tempat-tempat wisata di Kota Semarang dengan berkunjung melalui kegiatan Naik Bus Wisata Denok Kenang Kota Semarang bekerja sama dengan Dishub Kota Semarang. Peserta didik juga membuat kerajinan tangan dari telenan dijadikan walldeco yang memiliki nilai jual.
Peserta didik juga belajar menggunakan internet untuk mendesign berbagai poster, komik, dll untuk mengembangkan kemampuan mereka sesuai kodrat zaman yang disampaikan oleh KHD. Anak diharapkan mempunyai empat keterampilan, yakni, berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Profil pelajar Pancasila pada kurikulum merdekaadalah beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri,bernalar kritis dan kreatif. Hal ini sangat relevansi dengan pemikiran Ki hajar Dewantara karena sanga erat membangun karakter anak dan budi pekerti anak tetapi bukan mengubah perilaku anak. Dalam pembelajaran di sekolah , pendidik harus mendengarkan pemikiran kritis dari anak. Anak yang berpikir kritis berarti anak yang kreatif . Kreativitas semakin meningkat apabila dilaksanakan dengan kolaborasi atau berkerja sama. Sebagai wujud hasil dari kerjasama maka anak mengomunikasikan kepada pendidiknya dan sesama anak.
Pendidikan harus selaras dengan perkembangan zaman, namun tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia diharapkan sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu:
Pertama, pendidikan harus mengupayakan peserta didik memiliki budi pekerti luhur, nilai-nilai agama, norma sopan santun, adat istiadat, budaya, Pancasila, maupun nilai-nilai kemanusiaan universal.
Kedua, pendidikan harus bisa mengembangkan pikiran/kognitif peserta didik, menjadi manusia yang cerdas, memiliki pemikiran kritis dan kreatif, sehingga bisa hidup mandiri.
Ketiga, pendidikan harus mengembangkan tubuh peserta didik, memiliki fisik yang sehat dan mampu mengendalikan dirinya, mampu melakukan gerakan-gerakan kompleks, memiliki keterampilan yang bisa mendukung kemandiriannya.
Jadi, menurut saya pemikiran KHD saat ini sangat relevan dengan kurikulum merdeka dan pembelajaran di sekolah dan kelas saya secara khusus.
Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
Jawaban : Menurut saya pribadi, saya sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru walaupun belum 100% sempurna.
Dalam konteks pendidikan di sekolah, pemikiran Ki Hadjar Dewantara telah diterapkan antara lain pada penanaman disiplin, etika, sopan santun, budaya lokal, maupun penanaman nilai-nilai keagamaan. Pengembangan kecerdasan dilakukan dalam pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan melalui pendekatan saintifik, problem based learning, project based learning, inkuiri, discoveri, maupun diskusi kelompok. Pengembangan tubuh peserta didik dilakukan melalui olah raga, ekstrakurikuler, dan praktikum .
Konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang telah saya laksanakan di sekolah antara lain:
Dalam hal memiliki budi pekerti luhur, nilai-nilai agama, norma sopan santun, adat istiadat, budaya, Pancasila, maupun nilai-nilai kemanusiaan universal seperti : menanamkan sikap religius pada peserta didik misalnya memulai dan menutup pembelajaran dengan berdoa, membaca Asmaul Husna dan Alkitab setiap hari Selasa dan Kami, mengikuti sholat dhzuhu berjamaah di musholla sekolah, berbicara dan bersikap sopan kepada siapapun. Menerapkan nilai-nilai Pancasila misalnya selalu beribadah, menolong teman yang membutuhkan, menghargai pendapat teman saat bermusyawarah.
Dalam hal pendidikan harus bisa mengembangkan pikiran/kognitif peserta didik, menjadi manusia yang cerdas, memiliki pemikiran kritis dan kreatif, sehingga bisa hidup mandiri. seperti pembelajaran di kelas saya yang selalu interaktif dan menyenangkan. Peserta didik belajar sambil bermain misalnya materi bangun datar bisa bermain dengan menggunakan ular tangga yang sudah saya buat. Untuk mapel IPAS peserta didik membuat spinner kebutuhanku. Mengunjungi green house sekolah untuk mengamati tumbuhan saat pembelajaran IPAS, membuat potret budaya Indonesia, belajar mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan masih banyak lagi.
Dalam hal pendidikan harus mengembangkan tubuh peserta didik, memiliki fisik yang sehat dan mampu mengendalikan dirinya, mampu melakukan gerakan-gerakan kompleks, memiliki keterampilan yang bisa mendukung kemandiriannya seperti pada pelajaran olah raga, seni budaya menari P5 belajar tari profil pelajar Pancasila, tari rampak, dan tari semarangan. Peserta didik di kelas saya juga ada permainan-permainan misalnya gobag sodor yang ada hubungannya dengan materi Gotong Royong pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila.
Tentu apa yang saya lakukan ini mungkin masih jauh dari sempurna. Namun, saya akan terus berusaha untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran saya di kelas sebagai pembelajar
2. Harapan dan Ekspektasi
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul I, saya berharap sebagai seorang pendidik bisa menerapkan pemikiran-pemikiran KHD secara menyeluruh dalam pembelajaran. Dengan penerapan pemikiran KHD, saya yakin bisa menjadi guru yang merdeka dalam mengajar. Dengan merdeka mengajar, saya akan lebih menikmati proses pembelajaran dan tugas mengajar menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tentunya bukan suatu beban.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Harapan yang ingin saya lihat pada murid-murid saya setelah mempelajari modul ini adalah murid bisa mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya. Mereka bisa belajar tanpa adanya tekanan. Mereka bisa mendapatkan pembelajaran bermakna, yakni pembelajaran yang bisa dirasakan manfaatnya oleh para siswa. Mereka menjadi siswa yang selalu merindukan saya dalam pembelajaran. Saya juga berharap siswa saya berkembang sesuai kodrat alat dan zamannya
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Kegiatan yang saya harapkan dalam modul ini adalah kegiatan kolaborasi yang ke depannya memberi pengalaman berharga bagi saya. Kegiatan sharing pengalaman pembelajaran di kelas bapak ibu guru yang lain sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara. Materi yang saya harapkan dalam modul ini adalah materi-materi yang memudahkan saya untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, memahami secara menyeluruh filosofi Ki Hajar Dewantara. Sementara itu, manfaat yang saya harapkan setelah mempelajari modul ini adalah saya bisa memahami pemikiran-pemikiran KHD dan bisa menerapkannya dalam pembelajaran secara nyata. Bisa memandang siswa sebagai manusia seutuhnya dan memberikan kebahagiaan dalam pembelajaran.
Bapak/Ibu CGP, mengawali refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, Anda diminta untuk menyimak video "Pendidikan Zaman Kolonial" di bawah ini. Bapak/Ibu CGP dapat melihat perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922.
Selanjutnya, silahkan jawablah pertanyaan panduan berikut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda.
Apa bagian yang paling menarik bagi saya? Mengapa?
Bagian menarik pada video ini adalah perubahan paradigma dan perkembangan pendidikan dari zaman kolonial ke paradigma dan perkembangan pendidikan sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa. Mengapa ini menarik buat saya karena pendidikan itu selalu berkembang. Pada zaman kolonial, pendidikan sudah mulai ada walaupun pendiriannya hanya untuk para calon pegawai. Lalu berkembang lagi dengan adanya sekolah Bumiputera yang hanya terdiri dari 3 kelas dan hanya belajar calistung namun mulai pendidikan bisa dinikmati oleh rakyat. Lalu munculah Organisasi Budi Utomo yang salah satu tujuan organisasi ini "Memajukan bidang pendidikan dengan melakukan pengajaran supaya dapat meraih kemajuan bangsa Indonesia".RA Kartini adalah sosok perempuan pertama yang memajukan pendidikan perempuan dengan mendirikan sekolah kecil yang mengajarkan baca-tulis, kerajinan tangan. Sampai pada akhirnya KHD hadir mengubah arah pendidikan
Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
Tujuan pendidikan pada zaman kolonial adalah pendidikan hanya bertujuan untuk para pegawai dan para pembantu yang hanya belajar berhitung ,menulis dan membaca yang tujuannya untuk membantu perdagangan saja. Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
Apa persamaan dan perbedaan antara proses pembelajaran pada zaman Kolonial dengan proses pembelajaran saat ini?
Persamaannya adalah sama-sama memiliki tujuan untuk mencerdaskan masyarakat, adanya jenjang Pendidikan berdasarkan kebutuhan dan dilakukannya pengembangan-pengembangan seiring perkembangan zaman. Perbedaannya siswa hanya diajarkan membaca, menulis dan berhitung seperlunya, saat ini materi pengajaran lebih kompleks dan spesifik. Pada zaman kolonial adanya pembatasan sasaran Pendidikan untuk golongan tertentu saja, sedangkan saat ini pemerintah telah mencanangkan wajib belajar bagi seluruh rakyat Indonesia. Perkembangan perjalanan Pendidikan di Indonesia pada zaman kolonial hingga saat ini dimana pada zaman itu sekolah-sekolah didirikan hanya untuk golongan tertentu saja, pengajaran hanya berupa menulis, membaca dan berhitung seperlunya. Tidak adanya pemerataan kepada seluruh rakyat untuk mengenyam Pendidikan dan pembatasan sasaran Pendidikan kepada golongan tertentu saja.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, Anda telah menyimak video dan membaca 3 (tiga) tulisan KHD. Hayati dan maknai pemikiran KHD sesuai dengan pengalaman Anda dan konteks sosial budaya di daerah Anda, lalu buatlah sebuah rekaman audio atau video berdurasi 1 hingga 2 menit yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai “pembelajar” sekaligus “pemelajar” yang dapat menginternalisasi gagasan KHD. Unggah audio atau video yang dibuat ke Google drive Anda. Jangan lupa untuk membuka akses file hasil rekaman Anda di google drive dengan cara klik Dapatkan link/Get link.
Panduan membuat rekaman Audio atau Video (Vlog)
Audio atau Video adalah penjelasan pemikiran reflektif kritis Anda dalam memaknai dan menghayati pemikiran KHD setelah menyimak video dan membaca 3 tulisan KHD (terlampir). Dalam audio/video ini, yang paling utama adalah sampaikan pemaknaan dan penghayatan Anda terhadap pemikiran KHD sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan aspek keindahan dari video tersebut. Berikan komentar dan umpan balik kepada audio/video yang diunggah oleh rekan Anda.
Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas di atas.
Apa intisari pemikiran KHD tentang pendidikan?
Bagaimana Anda memandang diri Anda sebagai pembelajar (guru) dan pemelajar (murid) jika dikaitkan dengan pemikiran KHD?
Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)Ruang Kolaborasi memberikan ruang perjumpaan bagi Anda untuk bekerja sama dalam mendiskusikan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal sosial budaya daerah asal Anda. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk bahan presentasi (Ms. Powerpoint, peta konsep, infografis, dan lain sebagainya
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Anda mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - ‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ - dalam sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, dll) dan mempublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang Anda praktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara. Karya Anda menjadi sebuah demonstrasi kontekstual bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dan diterapkan di kelas dan sekolah asal Anda.
Instruksi penugasan:
Pengantar
Metafora atau perlambang menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).
Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.
Penugasan
Buatlah satu karya (karikatur, infografis, video pendek, komik, lagu, puisi, dll) untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh.
Karya itu merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran KHD.
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Pada fase ini Anda diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi dari Pembelajaran 1 hingga Pembelajaran 6 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah Anda pelajari.
Instruksi tugas:
Tinjau kembali tugas personal kerangka pembelajaran yang telah dikembangkan pada fase Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, dan Elaborasi Pemahaman.
Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang Anda pelajari dalam modul ini.
Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam modul ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.
Ceritakan (konstruksikan kembali) proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah Anda.
Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya.
Unggah media informasi yang telah dibuat ke Google Drive/Youtube Anda, dan jangan lupa untuk mengklik Bagikan/Shared agar bisa diakses oleh fasilitator. Kemudian kirimkan tautan media yang telah diunggah tadi di kolom Online text/Teks daring yang telah disediakan.
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?