Tiga golongan yang mampu meredam murka Allah
Terdapat tiga jenis manusia yang selalu mendapatkan pandangan rahmat dan kasih sayang dari Allah serta mampu meredamkan murka-Nya:
Orang yang senang meramaikan/ memakmurkan Baitullah rumah-rumah Allah, baik dalam rangka ibadah, mengisi dengan bermacam kegiatan yang bisa membangkitkan gairah serta bisa meningkatkan kecintaan ketaatan pada Allah dan rasulnya, termasuk di antaranya yang sering tidak kita perhitungkan yaitu; gotong royong membersihkan baitullah dengan di sertakan niat khidmat pada baitullah karena dalam hadits lain di jelaskan tentang keutamaan membersihkan Baitullah sangatlah luar biasa, dan masih banyak contoh lainya ini hanya salah satu di antaranya.
Saling menyayangi dan mencintai tulus ikhlas karena Allah bergairah serta semangat bahu membahu dalam hal urusan tali Agama Allah atau dalam istilah pepatah Jawa; semangat "Uri-uri Agamane Gusti Allah", dalam rangka menggapai ridho-nya hal yang paling utama dan harus di kedepankan adalah tulus ikhlas semata-mata hanya karena mencari ridho Allah, bukan karena motif lain beberapa contoh positive di antaranya gotong royong membangun Masjid, setelah itu memakmurkan/ meramaikan dengan mengisi kegiatan yang bersifat keagamaan dengan niat semata-mata mencari ridho Allah, termasuk menjaga warisan tradisi kegiatan syiar di luar Masjid, salah satu contoh di antaranya melestarikan budaya positif yang sudah ada sebelumnya tinggalan Ulama-ulama para pendahulu leluhur kita, yaitu meneruskan tradisi kegiatan tahlil, Istighosah keliling/ anjangsana dari rumah ke rumah, dalam rangka menjalin silaturahmi persaudaraan di antara saudara umat muslim menguatkan ukhuwah Islamiyah, menguatkan iman menjaga ketauhidan karena perkumpulan tersebut di dalamnya terdapat banyak nilai manfaat membaca Surat Yasin (jantung hati Al-Qur'an), tahlil menyebut kalimat tauhid (لا إله إلا الله) Lailahaillallah, orang yang puluhan tahun kafir mau membaca kalimat tersebut seketika berubah menjadi iman dan langsung masuk Islam
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ اْلآمِنِيْنَ
Laa ilaha illallohu muhammadurosulullohi sollalohu alaihi wa sallama. kalimatu haqqin 'alaiha nahya wa 'alaiha namut , wa biha nub'asu insya'allohu minal aaminiina.
sekaligus kalimat tersebut adalah kunci syurga (Miftahul Jannah) dan yang tidak kalah penting sertakan niat "mempererat tali silaturahmi saling mengasihi dan menyayangi di antara sesama saudara umat muslim karena Allah, tujuan untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah" dan tentunya masih banyak contoh lain kegiatan Syiar di dalam maupun luar masjid yang dapat meredam murka Allah.
Ketiga, orang yang sering beristigfar, mau mengakui dosa-dosanya, dan memohon ampunan untuk diri sendiri, orang tua, dan umat Muslim secara keseluruhan. Doa yang diiringi pengakuan dosa itu jauh lebih baik, karena pengakuan kita yang sedikit di banding permohonan kita yang banyak Allah lebih suka pengakuan kita yang sedikit tersebut, seperti doa yang di contohkan Nabi Adam AS saat pertama kali di turunkan di bumi, Doa Nabi Yunus AS saat berada dalam ikan paus dan Nabi lainya, intisari dalam doa tersebut lebih banyak pengakuan atas segala dosa, kelemahan, kekurangan dari pada permohonan, terutama doa saat sahur di bulan puasa, memiliki kekuatan untuk meredakan murka Allah atas kemaksiatan di bumi.
Kitab Mukhtarul Ahadits
295. PENYELAMAT DARI AZAB ALLAH
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُوْلُ؛ إِنِّي لَأَهِمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارٍ بُيُؤْتِي وَالْمُتَحَابِيْنَ فِيَّ، وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَذَابِي عَنْهُمْ
رواه البيهقي عن أنس
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Aku benar-benar akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi apabila Aku memandang kepada orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku (masjid-masjid) dan orang-orang yang saling menyayangi demi karena Aku, serta orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur, maka Aku kesampingkan azab-Ku dari mereka
(Riwayat Baihaqi melalui Anas r.a.)