Ketika Para Shahabat Radhiyallahu'anhu "Membangkang" dengan Indah
Ketika Para Shahabat Radhiyallahu'anhu "Membangkang" dengan Indah
1- “Pembangkangan” Malik bin Sinan Al Mubarakfuri menulis :
ﻭﺍﻣﺘﺺ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺳﻨﺎﻥ ﻭﺍﻟﺪ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭ ﻳﺎﻟﺪﻡ ﻣﻦ ﻭﺟﻨﺘﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﺘﻰ ﺃﻧﻘﺎﻩ ﻓﻘﺎﻝ ﻣُﺠَّﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺃﻣﺠﻪ ﺛﻢ ﺃﺩﺑﺮ ﻳﻘﺎﺗﻞ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺃﻥ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﻠﻴﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﻓﻘﺘﻞ ﺷﻬﻴﺪﺍً
Malik bin Sinan yakni ayah dari Abu Said al Khudri telah menyedot darah dari pipi Rasulullah ﷺ sampai menelannya. Nabi ﷺ bersabda, “Ludahkanlah itu!” Malik bin Sinan menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan meludahkannya."
Kemudian dia berbalik dan berperang. Berkatalah Nabi ﷺ "Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk surga, hendaklah ia melihat orang ini." Malik bin Sinan kemudian mati syahid.” 📚Shafiyurrahman al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, hal. 219
Kejadian tersebut adalah di saat perang Uhud. Di mana kaum muslimin mengalami kepayahan saat pertempuran. Rasulullah mengalami luka-luka di wajah mulia Beliau ﷺ, bahkan beberapa gigi beliau copot.
Darah bercucuran di wajah yang mulia, dari kening beliau dan bibir beliau mengalir darah, dan pipi beliau tertusuk rantai besi. Para shahabat menolong Rasulullah dengan mencabut rantai besi yang menusuk masuk ke pipi beliau ﷺ dan sebagian lain membersihkan darah beliau ﷺ.
Salah satu yang menolong Beliau ﷺ adalah Malik bin Sinan. Beliau membersihkan darah Rasulullah. Ketika sedang membersihkan darah Rasulullah itulah, Malik bin Sinan menyedot darah Rasulullah dan menelannya. Melihat hal tersebut, Rasulullah menyuruh Malik memuntahkan darah beliau
Akan tetapi Malik menggelengkan kepalanya, Malik menolak perintah Rasulullah, dan justru dia malah menelan darah Rasulullah tersebut. Malik begitu bahagia menelan darah Rasulullah karena saking cintanya kepada Baginda Rasulullah ﷺ
Melihat Malik bin Sinan malah menelan darah Beliau, Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk surga, hendaklah ia melihat orang ini."
Sa’id ibnu Manshur juga meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda :
ﻣﻦ ﺳﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻻﻯ ﺭﺟﻞ ﺧﺎﻟﻂ ﺩﻣﻲ ﺩﻣﻪ ﻓﺎﻟﻴﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺳﻨﺎﻥ
“Siapa yang merasa senang melihat lelaki yang mencampur darahku dengan darahnya maka hendaklah melihat Malik bin Sinan.”
2- “Pembangkangan” Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq Radhiallahu’an
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻟَﻤَّﺎ ﺛَﻘُﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﻠَﺎﻝٌ ﻳُﻮﺫِﻧُﻪُ ﺑِﺎﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ
ﻘَﺎﻝَ ﻣُﺮُﻭﺍ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺳِﻴﻒٌ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﺘَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻘُﻢْ
ﻣَﻘَﺎﻣَﻚَ ﻟَﺎ ﻳُﺴْﻤِﻊُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﻣَﺮْﺕَ ﻋُﻤَﺮَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣُﺮُﻭﺍ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻟِﺤَﻔْﺼَﺔَ ﻗُﻮﻟِﻲ ﻟَﻪُ ﺇِﻥَّ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ
ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺳِﻴﻒٌ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﺘَﻰ ﻳَﻘُﻢْ ﻣَﻘَﺎﻣَﻚَ ﻟَﺎ ﻳُﺴْﻤِﻊُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﻣَﺮْﺕَ ﻋُﻤَﺮَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻜُﻦَّ ﻟَﺄَﻧْﺘُﻦَّ ﺻَﻮَﺍﺣِﺐُ ﻳُﻮﺳُﻒَ ﻣُﺮُﻭﺍ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺩَﺧَﻞَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﺟَﺪَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺧِﻔَّﺔً ﻓَﻘَﺎﻡَ ﻳُﻬَﺎﺩَﻯ ﺑَﻴْﻦَ ﺭَﺟُﻠَﻴْﻦِ ﻭَﺭِﺟْﻠَﺎﻩُ
ﻳَﺨُﻄَّﺎﻥِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺣَﺘَّﻰ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺳَﻤِﻊَ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﺣِﺴَّﻪُ ﺫَﻫَﺐَ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻳَﺘَﺄَﺧَّﺮُ ﻓَﺄَﻭْﻣَﺄَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢ
ﻓَﺠَﺎﺀَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺣَﺘَّﻰ ﺟَﻠَﺲَ ﻋَﻦْ ﻳَﺴَﺎﺭِ ﺃَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﻛَﺎﻥَ
ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻳَﻘْﺘَﺪِﻱ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﺑِﺼَﻠَﺎﺓِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺱُ
ﻣُﻘْﺘَﺪُﻭﻥَ ﺑِﺼَﻠَﺎﺓِ ﺃَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ
Dari 'Aisyah radhiyallahu'anha dia berkata, "Ketika sakit Rasulullah ﷺ semakin parah, Bilal datang menemui Beliau mengabarkan bahwa waktu shalat telah tiba.
Beliau lalu berkata: "Kalian suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat jama'ah bersama orang banyak” Aku lalu berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar seorang laki-laki yg lemah lembut, jika ia menggantikan Engkau, maka suaranya tidak akan bisa didengar oleh orang-orang
Alangkah lebih baik bila Engkau menyuruh 'Umar." Maka Beliau pun bersabda, "Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat bersama orang-orang."
Kemudian aku sampaikan kepada Hafshah: "Katakanlah kepada Beliau, 'Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang lemah lembut, jika ia menggantikan posisi Engkau, maka ia tidak akan dapat memperdengarkan suara bacaannya kepada orang-orang.
Alangkah lebih baik bila Engkau menyuruh 'Umar', sebab Abu Bakar mudah menangis (dalam shalat). Untuk itu, sebaiknya suruhlah 'Umar untuk memimpin shalat orang-orang."
Maka bersabdalah Rasulullah: "Sungguh kalian ini seperti isteri-isterinya Yusuf. Suruhlah Abu Bakar shalat bersama orang-orang."
Kemudian ketika Abu Bakar sudah memulai shalat, tubuh Beliau telah nampak baikan, Beliau pun keluar rumah dengan diapit oleh dua orang laki-laki. Dan seolah aku melihat Beliau berjalan dengan menyeret kakinya di atas tanah, hingga masuk ke dalam masjid.
Tatkala Abu Bakar mendengar kedatangan beliau maka ia pun berkeinginan untuk mundur. Namun Rasulullah ﷺ memberi isyarat kepadanya. Lalu tibalah Rasulullah ﷺ, hingga beliau duduk di samping kiri Abu Bakar.
Sayyidina Abu Bakar shalat dengan bediri sedangkan Rasulullah ﷺ shalat dengan duduk. Abu Bakar shalat mengikuti shalatnya Rasulullah ﷺ, dan orang-orang mengikuti shalatnya Abu Bakar." 📚HR Bukhari
Dalam hal ini, Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq telah "membangkang" perintah Rasulullah ﷺ. Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk mengimami shalat kaum muslimin.
Namun karena adabnya Abu Bakar ash Shiddiq kepada Rasulullah, maka Abu Bakar berkeinginan mundur dari posisi imam, karena merasa tidak pantas seorang Abu Bakar mengimami shalat kaum muslimin sedangkan di situ ada Rasulullah.
Namun "pembangkangan" ini justru menjadikan keutamaan bagi Abu Bakar, yang bersikap senantiasa menjunjung tinggi kedudukan Rasulullah ﷺ.
3- “Pembangkangan” Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’an
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺇِﺳْﺤَﻖَ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟْﺒَﺮَﺍﺀَ ﺑْﻦَ ﻋَﺎﺯِﺏٍ ﻳَﻘُﻮلُ ﻛَﺘَﺐَ ﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ ﺍﻟﺼُّﻠْﺢَ
ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺤُﺪَﻳْﺒِﻴَﺔِ ﻓَﻜَﺘَﺐَ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻛَﺎﺗَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ
ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﻜْﺘُﺐْ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻠَﻮْ ﻧَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻚَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻢْ ﻧُﻘَﺎﺗِﻠْﻚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻟِﻌَﻠِﻲٍّ ﺍﻣْﺤُﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻣْﺤَﺎﻩُ ﻓَﻤَﺤَﺎﻩُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻴَﺪِﻩِ
Dari Abu Ishaq dia berkata bahwa dirinya mendengar Al Barra bin ‘Azzib berkata: “Ali bin Abu Thalib pernah menuliskan perjanjian damai antara Nabi ﷺ dengan orang-orang Musyrik (Makkah) ketika perjanjian Hudaibiyyah. Ali menuliskan: “Ini adalah perjanjian yang ditulis oleh Muhammad Rasulullah.”
Lantas mereka berkata: “Jikalau kami tahu bahwa kamu adalah Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu.” Maka Nabi ﷺ bersabda kepada Ali bin Abi Thalib: “Hapus kata-kata itu (tulisan "Rasulullah").” Ali menjawab: “Aku tidak mau menghapusnya.”
Maka Nabi ﷺ yang menghapusnya dengan tangannya sendiri.” 📚HR Muslim Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib "membangkang" perintah Rasulullah Akan tetapi "pembangkangan" itu bukan karena ia tidak taat kepada Rasulullah ﷺ,
melainkan karena ghirahnya yang besar terhadap Islam dan pengagungan yang tinggi terhadap Baginda Rasulullah. Iman di dada Ali bin Abi Thalib sangat kuat dan yakin betul bahwa Sayyiduna Muhammad ﷺ adalah Rasulullah.
Maka ia tidak mau menghapus kata "Rasulullah" dari nama Baginda Nabi. Itulah kesempurnaan iman yang melahirkan cinta, rasa hormat, dan adab yang tinggi terhadap Rasulullah. Dan "pembangkangan" Ali bin Abi Thalib ini sama sekali tidak dicela oleh Rasulullah.
"Pembangkangan" seperti yang dilakukan oleh para shahabat yang dicintai oleh Rasulullah ﷺ adalah "pembangkangan" yang muncul karena mahabbah (cinta) dan penghormatan yang luar biasa yang berasal dari hati para shahabat yang memiliki keimanan sangat tinggi.
"Pembangkangan" seperti ini tidaklah membuat Rasulullah marah, justru pembangkangan seperti ini adalah pembangkangan yang indah, pembangkangan karena cinta, pembangkangan yang menunjukkan bahwa seseorang itu begitu sangat mencintai Rasulullah.
Maka tidaklah pantas kita mencela orang-orang yang "mabuk" cinta kepada Rasulullah. Dan mencela orang-orang yang tidak mau meninggalkan kata "Sayyidina" dalam shawalatnya karena hormat mereka kepada Rasulullah.
Dan jangan juga mencela orang-orang yang melaksanakan acara maulid di bulan Rabiul Awwal karena mereka bahagia atas lahirnya Baginda Rasulullah. Karena siapa yang tahu, jika ternyata semua yang mereka lakukan itu, ternyata menjadikan Rasulullah ridha terhadap mereka.
Sebagaimana Rasulullah ridha terhadap "pembangkangan" Malik bin Sinan, Abu Bakar ash Shiddiq, dan Ali bin Abi Thalib Semoga bermanfaat
🙏🏿🌹
اللّهمّ صلّ على سيّدنا محمّد و على آل سيّدنا محمّد