Kisah Inspiratif nyata berkembang menjadi 2 riwayat : Perempuan yang Selalu Bicara melalui Ayat Al-Qur’an
Kisah Inspiratif riwayat pertama
Abdullah bin Mubarak ra. merupakan seorang ulama besar yang terkenal dengan ahli fiqih dan hadist. Ia lahir di Marwa pada 118 H dan wafat pada 181 H saat kembali dari medan perang.
Semasa hidupnya, ia adalah ulama terkemuka pada masanya.
Banyak kisah hidup Abdullah bin Mubarak yang dapat dipetik hikmahnya.
Salah satunya ia bercerita tentang: Saya berangkat menunaikan haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah SAW.
Ketika saya berada di satu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh dengan pakaian yang terbuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak.
Saya ucapkan salam kepadanya. Kemudian terjadilah dialog antara kami.
Dalam dialog itu, setiap kali menjawab pertanyaan Abdullah bin Mubarak, wanita tua itu menjawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Abdullah: "Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh."
Wanita tua:
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
(Salam sebagai ucapan dari Tuhan Mahakasih) (QS. Yasin: 58)
Abdullah: Semoga Allah merahmatimu. Mengapa engkau berada di tempat ini?
Wanita tua:
مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَه
(Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya) (QS: Al-A’raf: 186 )
Dengan jawaban ini, Abdullah tahu bahwa wanita itu tersesat jalan.
Abdullah: Kemana engkau hendak pergi?
Wanita tua:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
(Maha suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya di waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa) (QS. Al-Isra’: 1)
Dengan jawaban ini, Abdullah mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke Masjidil Aqsa.
Abdullah: Sudah berapa lama engkau berada di sini?
Wanita tua:
ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا
(Selama tiga malam dalam keadaan sehat) (QS. Maryam: 10)
Abdullah: Apa yang engkau makan selama dalam perjalanan?
Wanita tua:
وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ
(Dialah pemberi aku makan dan minum) (QS. As-syu’ara’: 79)
Abdullah: Dengan apa engkau berwudhu?
Wanita tua:
فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
(Bila tidak ada air bertayamumlah dengan tanah yang bersih) (QS. Al-Maidah: 6)
Abdulah: Saya mempunyai sedikit makanan, apakah engkau mau menikmatinya?
Wanita tua:
ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
(Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam) (QS. Al-Baqarah: 187)
Abdullah: Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa engkau berpuasa?
Wanita tua:
وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
(Barang siapa melakukan sunah lebih baik maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui) (QS. Al-Baqarah: 158)
Abdullah: Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?
Wanita tua:
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(Dan jika kamu puasa maka itu lebih utama untukmu, jika kamu mengetahui) (QS. Al-Baqarah: 184)
Abdullah: Mengapa engkau tidak menjawab sesuai dengan pertanyaanku?
Wanita tua:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
(Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid) (QS. Qaf: 18)
Abdullah: Engkau termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?
Wanita tua:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
(Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggungjawabkan) (QS. Al-Isra’: 36)
Abdullah: Aku telah berbuat salah, maafkan aku.
Wanita tua:
لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ
(Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu) (QS.Yusuf: 92)
Abdullah: Bolehkah aku menaikkanmu naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena engkau akan menjumpai kafilah yang di depan.
Wanita tua:
وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
(Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya) (QS Al-Baqarah: 197)
Lalu wanita tua ini menghampiri untaku, sambil berkata:
Wanita tua:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
(Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka) (QS. An-Nur: 30)
Maka aku pun memejamkan mata, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.
Wanita tua:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
(Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri) (QS. Asy-Syura’: 30)
Abdullah: Sabarlah sebentar, aku akan mengikatnya terlebih dahulu."
Wanita tua:
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ
(Maka kami telah memberi pemahaman pada Nabi Sulaiman) (QS. Anbiya’: 79)
Selesai mengikat unta itu, aku pun mempersilakan wanita tua itu naik.
Abdullah: Silakan naik sekarang.
Wanita tua:
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُون
(Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami yang sebelumnya kami tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada Tuhan kami) (QS. Az-Zukhruf: 13-14)
Aku pun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.
Wanita tua:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
(Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu) (QS. Lukman: 19)
Lalu jalannya unta itu kuperlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.
Wanita tua:
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ
(Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Quran) (QS. Al-Muzammil: 20)
Abdullah: Sungguh engkau telah diberi kebaikan yang banyak.
Wanita tua:
وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
(Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah) (QS Al-Baqarah: 269)
Dalam perjalanan itu, aku terus bertanya kepadanya.
Abdullah: Apakah engkau mempunyai suami?
Wanita tua:
لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
(Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu) (QS. Al-Maidah: 101)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, aku bertanya kepadanya.
Abdullah: Adakah kerabatmu berada dalam kafilah itu?
Wanita tua:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
(Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia) (QS. Al-Kahfi: 46)
Baru aku mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah: Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?
Wanita tua:
وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
(Dengan petunjuk bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk) (QS. An-Nahl: 16)
Dari jawaban ini dapat aku pahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua tadi, aku menuju perkemahan.
Abdullah: Adakah orang yang engkau kenal atau keluarga dalam kemah ini?
Wanita tua:
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
(Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi) (QS. An-Nisa’: 125)
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
(Dan Allah berkata-kata kepada Musa) (QS. An-Nisa’: 164)
يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ
(Wahai Yahya pelajarilah Al-Kitab itu sungguh-sungguh) (QS. Maryam: 12)
Lalu aku memanggil nama-nama: Ibrahim, Musa, dan Yahya. Maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua:
فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ
(Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu) (QS. Al-Kahfi: 19)
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata:
Wanita tua:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
(Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu) (QS. Al-Haqqah: 24)
Abdullah: Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata: Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran, hanya karena khawatir salah bicara.
Maha suci Dzat Yang Mahakuasa atas sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya aku pun berucap:
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
(Itulah karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah Pemberi karunia yang besar). (QS. Al-Hadid: 21)
[Disarikan dari buku Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, halaman 161-168]
Riwayat yang lain Kisah Inspiratif yang kedua
Sejarah mencatat bahwa Janab e Fidah, pembantu rumah tangga Fatima Az-Zahra, putri Nabi Saw. memiliki kebiasaan unik, yaitu selalu mengutip ayat-ayat al-Qur’an dalam percakapan sehari-hari
Abul Qasim Qashiri mengutip dialog antara Fidah dan Abdullah bin Mubarak.
Aku (Abdullah bin Mubarak) melihat seorang perempuan melewati padang pasir yang tak jauh dari caravan. Aku bertanya, “Siapa dan dari mana kamu berasal?”
Dia menjawab,
لِكُلِّ نَبَاٍ مُّسْتَقَرٌّ وَّسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
“Setiap berita (yang dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 67)
Aku berpikir bahwa dia ingin aku menyambutnya dan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’ sebelum bertanya. Aku pun melakukan apa yang dia inginkan, kemudian menanyakan mengapa dia ada di gurun ini.
Dia menjawab,
وَمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّضِلٍّ ۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِعَزِيْزٍ ذِى انْتِقَامٍ
“Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Mahaperkasa dan mempunyai (kekuasaan untuk) menghukum?” (QS Az-Zumar: 37)
Aku tahu dia gelisah. “Kamu manusia atau jin?”
Dia menjawab,
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A’raf: 31)
Aku yakin bahwa dia adalah manusia. Kemudian aku melanjutkan bertanya, “Dari mana Anda berasal?”
Dia berkata,
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا اَعْجَمِيًّا لَّقَالُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَ۬عْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ
“Dan sekiranya Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al-Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS Fushshilat: 44)
Dari pernyataannya, aku tahu dia datang dari tempat yang jauh. Aku pun kemudian menanyakan tujuannya.
Dia segera menjawab,
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
“Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS Ali ‘Imran: 97)
Akku menyadari bahwa dia akan berhaji ke Kakbah. Kemudian aku bertanya, berapa hari dia bepergian?
Dia mengatakan,
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
“Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS Al-A’raf: 54)
Aku menyimpulkan perjalanannya selama enam hari. Aku kemudian menyarankannya untuk memiliki makanan dan air.
Dia dengan sopan menjawab,
وَمَا جَعَلْنٰهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوْا خٰلِدِيْنَ
“Dan Kami tidak menjadikan mereka (rasul-rasul) suatu tubuh yang tidak memakan makanan dan mereka tidak (pula) hidup kekal.” (QS Al-Anbiya’: 8)
Aku menyarankan dia untuk bergegas menuju karavan.
Dia mengingatkanku,
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS Al-Baqarah: 286)
Aku mengatakan kepadanya, jika tidak sanggup melakukannya, kupersilakan dia naik unta di belakangku.
Dia membaca ayat Al-Qur’an lainnya,
لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS: Al-Anbiya’: 22)
Aku turun dan memintanya untuk naik unta.
Dia duduk di kursi dan berkata,
لِتَسْتَوٗا عَلٰى ظُهُوْرِهٖ ثُمَّ تَذْكُرُوْا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ اِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُوْلُوْا سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ
“Agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, “Maha-suci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.” (QS Az-Zukhruf: 13)
Sesampainya kami sampai di karavan, aku bertanya kepadanya, “Apakah Anda kenal salah satu di antara mereka?”
Dia menjawab,
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ
“Wahai Daud, Kami telah mengangkat engkau menjadi wakil di bumi” (QS Shad: 26)
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ
“Dan Muhammad tidak lain adalah seorang Rasul“ (QS Ali ‘Imran: 144)
يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ۗ
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (QS Maryam: 12)
يٰمُوْسٰٓى اِنَّهٗٓ اَنَا اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ۙ
“Wahai Musa (Musa)! Sesungguhnya itu adalah, Akulah Allah Yang Mahakuasa.” (QS An-Naml: 9)
Aku mengerti bahwa Daud, Muhammad, Yahya dan Musa adalah nama-nama anaknya. Ketika anak-anak itu muncul, aku bertanya, siapa mereka?
Seperti biasa dia menjawab,
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ
“Kekayaan dan Anak-anak adalah perhiasan Dunia ini” (QS Al-Kahf: 46)
Aku mengenali mereka sebagai anaknya. Perempuan itu memandangi kedua anaknya dengan perasaan puas seraya berkata:
قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ
“Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26)
Dari ayat Al-Quran ini, dia memberi tahu siapa dirinya. Kemudian dia memperkenalkan anaknya kepadaku.
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”(QS Al-Baqarah: 261)
Anak-anaknya memahami isyarat ibu mereka, sehingga mereka membayarku dua kali lipat dari yang seharusnya.
Untuk memuaskan rasa penasaran, aku bertanya kepada anak-anaknya, siapakah perempuan terhormat ini yang tidak berbicara apa pun selain Al-Qur’an?
Mereka menjawab bahwa dia adalah ibu mereka, pelayan Fatimah Az-Zahra dan keturunannya.
Dia dibesarkan di bawah naungan pengetahuan tertinggi dan kesalehan putri Nabi Saw.
Selama 20 tahun ia tidak berbicara apa pun kecuali Al-Qur’an dalam percakapan sehari-harinya.
Umat Islam di masa Rasulullah dibesarkan untuk membaca, menulis, belajar, dan mengajarkan al-Qur’an sebagai wujud ibadah. Mereka pun menjadi begitu akrab dengan al-Qur’an, sehingga mereka menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam percakapan sehari-hari.
Semoga kisah inspiratif dalam dua riwayat singkat berbeda di atas dapat kita petik hikmanya sebagai bekal meningkatkan semangat belajar kita untuk memperdalam isi kandungan Al Qur'an sehingga dapat menambah rasa mahabah kita kepada Allah Swt dan Rasulnya dan mudah2an juga dapat meningkatkan kualitas serta semangat ibadah kita kepada Allah Swt. wallahu a'lam
Semoga Allah memberkati jiwanya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin