Eksplorasi Konsep Modul 1.4
Tujuan Pembelajaran Khusus :
2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Tujuan pembelajaran:
CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Tujuan Pembelajaran:
CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.
2.3. Keyakinan Kelas
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.
CGP dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.
CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.
2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru
CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan
CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.
2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.
CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.
CGP dapat menganalisis secara kritis, reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.
2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.
CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.
CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
Tugas Modul 1.4
Demontrasi Kontekstual Modul 1.4
CGP dapat mempraktikan pemahaman mereka tentang penerapan segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
Koneksi Antar Materi Modul 1.4
Sebagai seorang pendidik saya memiliki peran dalam menciptakan budaya positif di sekolah antara lain :
1. Membentuk karakter dan budi pekerti murid dengan menerapkan budaya positif
2. Merancang strategi yang efektif dalam menuntun murid, serta bijak dalam menggunakan penghargaan dan hukuman
3. Mendorong murid untuk memunculkan motivasi intrinsik dalam dirinya agar bisa memahami dampak tindakan mereka dan memperbaiki kesalahan, serta mendukung pembentukan hubungan yang harmonis di lingkungan sekolah
4. Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman melalui kesepakatan keyakinan kelas
5. Berkolaborasi dengan murid, guru dan orang tua untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki perilaku melalui segitiga restitusi
Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan utama sebuah pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak – anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kita sebagai pendidik diharapkan mampu untuk menuntun atau membimbing siswa agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing – masing. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka sebagai seorang pendidik perlu menerapkan nilai dan peran guru penggerak yang mana menekankan pada pembentukan lingkungan belajar yang positif, namun kita juga harus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut yakni melalui visi guru penggerak. Dengan visi atau tujuan yang sama ini, diharapkan semua pihak dapat bergerak bersama untuk menciptakan budaya positif agar tercipta pertumbuhan dan perkembangan murid secara holistik.
Melalui disiplin positif kita dapat membentuk karakter dan keterampilan sosial murid dengan strategi menghargai dan mendidik yang mana berfokus pada membangun hubungan yang saling menghormati antara guru dan siswa serta mengajarkan murid bagaimana mengatasi tantangan dan mengelola perilaku mereka secara konstruktif. Teori kontrol dan teori motivasi membuka pandangan saya bahwa apa yang dilakukan seseorang harus muncul dari kesadaran dirinya (motivasi intrinsik), hukuman dan penghargaan hanya sebatas stimulus jangka pendek untuk meminta seseorang dalam melakukan suatu hal, namun apa yang mereka lakukan hanya sebatas menghindari ketidaknyamanan atau menjadi seseorang yang orang lain inginkan tanpa mengerti nilai – nilai apa yang terkandung didalamnya. Posisi kontrol guru menyadarkan saya akan pentingnya peran seorang guru yang ideal agar sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, serta bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain itu dengan melakukan kesepakatan keyakinan kelas, kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Melalui segitiga restitusi saya mendapatkan langkah yang efektif untuk membantu murid dalam menyelesaikan permasalahannya. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Setelah saya mempelajari modul 1.4 ini, untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah saya harus bisa memunculkan motivasi intrinsik dalam diri murid dan secara bertahap belajar untuk mempertimbangkan segala hal yang dilakukan dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia agar segala yang dilakukan sesuai dengan nilai – nilai kebajikan dan lebih bermakna. Selain itu untuk menangani permasalahan murid saya mulai menerapkan langkah segitiga restitusi dengan harapan agar mereka bisa berpikir secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahannya dan bertanggungjawab atas tindakannya.
Pengalaman budaya positif yang pernah saya lakukan adalah menerapkan langkah segitiga restitusi untuk menangani permasalahan murid, namun dalam penerapannya, yaitu pernah beberapa murid masih belum bisa jujur dalam menceritakan kejadian yang sebenarnya, belum bisa menyadari akan kesalahannya dan bingung untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan. Ketika menghadapi kondisi seperti itu saya cukup geram, namun saya juga harus cukup tenang dan mencoba berpikir positif. Untuk mengatasi kendala tersebut ada beberapa hal yang saya lakukan antara lain dengan mengkondisikan suasana yang tenang dan nyaman sehingga murid bisa bebas bercerita, meyakinkan akan pentingnya sebuah kejujuran, berempati terhadap apa yang dialami, memberikan pertanyaan yang reflektif, menawarkan beberapa solusi dan menjaga hubungan tetap baik.
Menurut saya, hal baik yang sudah di lingkungan sekolah adalah hampir seluruh guru telah menerapkan disiplin positif, nilai – nilai kebajikan, kesepakatan keyakinan kelas dan segitiga restitusi, namun masih belum semua melakukannya dengan langkah yang tepat sehingga perlu adanya bimbingan dan kontrol terhadap pelaksanaannya. Sebelum saya mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering saya gunakan adalah teman dan pemantau. Ketika saya berada pada posisi tersebut saya merasa murid masih belum bisa bertanggungjawab atas tindakannya, karena mereka masih bergantung kapada saya untuk tindakan apa yang harus dilakukan. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba memposisikan diri sebagai Manajer dan menerapkan segitiga restitusi. Saya merasa lebih bangga karena siswa menunjukkan tanggung jawab yang lebih besar saat memperbaiki kesalahan mereka. Sebelumnya secara tidak sadar saya telah melakukan segitiga restitusi, namun masih belum sampai ke tahap menanyakan keyakinan. Menurut saya, hal penting dalam menciptakan budaya positif adalah kolaborasi atau kerja sama yang baik antara semua warga sekolah dan stakeholder. Sarana prasarana yang mendukung juga sangat penting. Kerja sama ini diperlukan untuk membangun budaya positif, sementara sarana prasarana yang memadai akan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan.
Winda Ratna Siswaningtyas, S.Pd., Gr.
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)
Kesepakatan keyakinan Kelas
Aksi Nyata Modul 1.4
![](https://www.google.com/images/icons/product/drive-32.png)