Eksplorasi Konsep Modul 1.4

Tujuan Pembelajaran Khusus :


2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Tujuan pembelajaran:

2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 

Tujuan Pembelajaran:

2.3. Keyakinan Kelas

Tujuan Pembelajaran Khusus:

2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Tujuan Pembelajaran Khusus:   

2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol

Tujuan Pembelajaran Khusus:

2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus:   


1.4.f.1. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal.pdf
1.4.f.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi.pdf
1.4.f.3. Keyakinan Kelas.pdf
1.4.f.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.f.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas.pdf
Modul 1.4-Restitusi.pdf
Modul 1.4-5 Posisi Kontrol Restitusi.pdf
Modul 1.4-5 Kebutuhan Dasar Manusia.pdf
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi.pdf

Tugas Modul 1.4


Demontrasi Kontekstual Modul 1.4

CGP dapat mempraktikan pemahaman mereka tentang penerapan segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya 

KELOMPOK 3_DISIPLIN POSITIF.pdf

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

 

Sebagai seorang pendidik saya memiliki peran dalam menciptakan budaya positif di sekolah antara lain :

1.     Membentuk karakter dan budi pekerti murid dengan menerapkan budaya positif

2.     Merancang strategi yang efektif dalam menuntun murid, serta bijak dalam menggunakan penghargaan dan hukuman

3.     Mendorong murid untuk memunculkan motivasi intrinsik dalam dirinya agar bisa  memahami dampak tindakan mereka dan memperbaiki kesalahan, serta mendukung pembentukan hubungan yang harmonis di lingkungan sekolah

4.     Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman melalui kesepakatan keyakinan kelas

5.     Berkolaborasi dengan murid, guru dan orang tua untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki perilaku melalui segitiga restitusi

Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan utama sebuah pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak – anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kita sebagai pendidik diharapkan mampu untuk menuntun atau membimbing siswa agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing – masing. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka sebagai seorang pendidik perlu menerapkan nilai dan peran guru penggerak yang mana menekankan pada pembentukan lingkungan belajar yang positif, namun kita juga harus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut yakni melalui visi guru penggerak. Dengan visi atau tujuan yang sama ini, diharapkan semua pihak dapat bergerak bersama untuk menciptakan budaya positif agar tercipta pertumbuhan dan perkembangan murid secara holistik.

Melalui disiplin positif kita dapat membentuk karakter dan keterampilan sosial murid  dengan strategi menghargai dan mendidik yang mana berfokus pada membangun hubungan yang saling menghormati antara guru dan siswa serta mengajarkan murid bagaimana mengatasi tantangan dan mengelola perilaku mereka secara konstruktif. Teori kontrol dan teori motivasi membuka pandangan saya bahwa apa yang dilakukan seseorang harus muncul dari kesadaran dirinya (motivasi intrinsik), hukuman dan penghargaan hanya sebatas stimulus jangka pendek untuk meminta seseorang dalam melakukan suatu hal, namun apa yang mereka lakukan hanya sebatas menghindari ketidaknyamanan atau menjadi seseorang yang orang lain inginkan tanpa mengerti nilai – nilai apa yang terkandung didalamnya. Posisi kontrol guru menyadarkan saya akan pentingnya peran seorang guru yang ideal agar sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, serta bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain itu dengan melakukan kesepakatan keyakinan kelas, kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Melalui segitiga restitusi saya mendapatkan langkah yang efektif untuk membantu murid dalam menyelesaikan permasalahannya. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.

Setelah saya mempelajari modul 1.4 ini, untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah saya harus bisa memunculkan motivasi intrinsik dalam diri murid dan secara bertahap belajar untuk mempertimbangkan segala hal yang dilakukan dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia agar segala yang dilakukan sesuai dengan nilai – nilai kebajikan dan lebih bermakna. Selain itu untuk menangani permasalahan murid saya mulai menerapkan langkah segitiga restitusi dengan harapan agar mereka bisa berpikir secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahannya dan bertanggungjawab atas tindakannya.

Pengalaman budaya positif yang pernah saya lakukan adalah menerapkan langkah segitiga restitusi untuk menangani permasalahan murid, namun dalam penerapannya, yaitu pernah beberapa murid masih belum bisa jujur dalam menceritakan kejadian yang sebenarnya, belum bisa menyadari akan kesalahannya dan bingung untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan. Ketika menghadapi kondisi seperti itu saya cukup geram, namun saya juga harus cukup tenang dan mencoba berpikir positif. Untuk mengatasi kendala tersebut ada beberapa hal yang saya lakukan antara lain dengan mengkondisikan suasana yang tenang dan nyaman sehingga murid bisa bebas bercerita, meyakinkan akan pentingnya sebuah kejujuran, berempati terhadap apa yang dialami, memberikan pertanyaan yang reflektif, menawarkan beberapa solusi dan menjaga hubungan tetap baik.

Menurut saya, hal baik yang sudah di lingkungan sekolah adalah hampir seluruh guru telah menerapkan disiplin positif, nilai – nilai kebajikan, kesepakatan keyakinan kelas dan segitiga restitusi, namun masih belum semua melakukannya dengan langkah yang tepat sehingga perlu adanya bimbingan dan kontrol terhadap pelaksanaannya. Sebelum saya mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering saya gunakan adalah teman dan pemantau. Ketika saya berada pada posisi tersebut saya merasa murid masih belum bisa bertanggungjawab atas tindakannya, karena mereka masih bergantung kapada saya untuk tindakan apa yang harus dilakukan. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba memposisikan diri sebagai Manajer dan menerapkan segitiga restitusi. Saya merasa lebih bangga karena siswa menunjukkan tanggung jawab yang lebih besar saat memperbaiki kesalahan mereka. Sebelumnya secara tidak sadar saya telah melakukan segitiga restitusi, namun masih belum sampai ke tahap menanyakan keyakinan. Menurut saya, hal penting dalam menciptakan budaya positif adalah kolaborasi atau kerja sama yang baik antara semua warga sekolah dan stakeholder. Sarana prasarana yang mendukung juga sangat penting. Kerja sama ini diperlukan untuk membangun budaya positif, sementara sarana prasarana yang memadai akan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan.

 

Winda Ratna Siswaningtyas, S.Pd., Gr.

BUDAYA POSITIF WINDA.pdf

Kesepakatan keyakinan Kelas

Aksi Nyata Modul 1.4

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf