Resensi Ebook Madarijus Salikin

Madarijus Salikin (Pendakian Menuju ALlah)

Karangan : Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah

Masya Allah dan segala puji Allah. Itulah komentar kita terhadap karya-karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah secara umum, yang karena taufik Allah kami berkesempatan menerjemahkan beberapa buah di antaranya, dan secara khusus terhadap kitab ini. Dengan kelempangan istiqamahnya, dengan kedalaman bashirah-nya, dengan kekuatan akidah-nya, dengan ketajaman mata penanya, dengan kelembutan bahasanya, dan dengan segala potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya, dia mam-pu menjabarkan berbagai masalah aqidiyah dansulukiyah seperti aliran air yang tiada henti-hentinya, dengan suara gemerisik, enak didengar dan indah untuk dinikmati. Tapi bagi ahli bid'ah, ahli thariqah, sufi dan orang-orang yang menyimpang, ketajaman penanya ini menorehkan luka dan membuat hati mereka berdarah. Apalagi kitab ini dimaksudkan untuk meluruskan berbagai pengertian dan kandungan yang ditulis di dalam Kitab Manazilus-Sa'irin karangan Abu Isma'il Al-Harawy, sebuah kitab yang membahas masalah thariqah ilallah (perjalanan kepada Allah), yang kemudian diklaim sebagai dunia sufi, atau di negeri kita ini lebih terkenal dengan istilah toriqot atau tarikat.Pada hakikatnya tidak ada yang perlu diributkan dengan kata thariqah itu sendiri. Apalagi jika thariqah itu ilallah. Karena memang setiaporang Muslim harus senantiasa berada dalam perjalanan kepada Allah, dan bahkan setiap manusia, Mukmin maupun kafir, akan kembali kepada Allah (ilaihin-nusyur). Setiap orang Muslim harus membekali diri dalam menempuh perjalanannya, harus melewati manzilah-manzilah yang memang seharusnya untuk dilewati. Tapi kata thariqah ini menjadi istilah tersendiri ketika ia dinisbatkan kepada golongan tertentu, dengan pakaian, amaliah, perilaku, sikap, doktrin, norma-norma dan segala ciri-cirinya tertentu, disertai dengan penggunaan istilah-istilah tertentu pula, yang sama sekali tidak ada dalam kehidupan orang-orang salafush-shalih, apalagi dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tentu saja banyak ajaran yang harus dilakoni setiap hari dan bahkan setiap saat oleh siapa pun yang bergabung ke golongan ahli thariqah. Terlebih lagi jika dia sudah mencapai tataran tertentu dari berbagai tataran yang mereka ciptakan. Yang buntut-buntutnya mengarah kepada ghuluw (pengagungan berlebihan). Memang di satu sisi mereka bisa melepaskan diri dari pesona keduniaan, dan hal ini juga merupakan keadaan atau kedudukan yang harus dipelihara oleh orang yang sedang mengadakan perjalanan kepada Allah. Tapi sekiranya syetan menyusup ke dalam hatinya, lalu berbisik, "Engkau adalah calon penghuni surga", maka apa kira-kirayang terjadi dengan dirinya? Dia pun menjamin seseorang yang menjalani kehidupan seperti dirinya atau masuk ke dalamgolongan ahli thariqah, akan menjadi penghuni surga. Atau mungkin ada pula anggapan mereka tentang ilmu ladunny, ilmu atau ma'rifat yang langsung disusupkan Allah ke dalam hati. Sehingga dengan ilmu ladunny ini mereka tidak perlu mempelajari ilmu-ilmu zhahir, seperti ilmu syariat, wajib, sunat, makruh, haram, halal dan ilmu apa pun yang harus dibaca, dihapalkan dan ditekuni dengan amal.

Hal-hal seperti inilah yang ingin dilempangkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan juga lain-lainnya, termasuk penjelasan tentang berbagai

istilah yang digunakan ahli thariqah, khususnya dalam kitab Manazilus-Sa'irin. Boleh jadi Ibnu Qayyim mempunyai pandangan tersendiri yang bernilai positif terhadap kitab tersebut, sehingga dia menyempatkan diri untuk mengupasnya kembali, menjelaskan dan meluruskan isinya yang dirasa kurang pas.

Tentang kitab (Madarijus-Salikin) ini sendiri seakan mempunyai dua visi. Satu visi berupa tulisan Ibnu Qayyim dan visi lain merupakan kritik atau pun pembenahan terhadap kandungan kitab Manazilus-Sa'irin. Pada permulaannya Ibnu Qayyim mengupas Al-Fatihah, yang merupakan induk Al-Qur'an dan yang mengintisarikan semua kandungan di dalam Al-Qur'an. Kemudianyang lebih inti lagi adalah pembahasan tentang makna iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, yang menjadi ruh dari keseluruhan kitab ini.Pada sisi inilah keta'ajuban layak disampaikan kepada Ibnu Qayyim oleh siapa pun yang membacanya. Begitu dalam pengkajiannya dan begitu luas pembahasannya.

Pembahasan berikutnya berkisar pada masalah perjalanan kepada Allah dengan manzilah, etape, tempat persinggahan, keadaan dan kedudukan-kedudukannya. Di antaranya yang dikupas dalam masalah ini, bahwa manusia memiliki dua substansi, sesuai dengan hikmah penciptaan Allah: Substansi rohani dan substansi jasadi. Yang pertama merupakan alam atas/tinggi dengan segala kelembutannya, dan yang kedua merupakan alam bawah/rendah dengan segala kekasatannya. Sementara pada diri manusia juga ada dua kekuatan yang saling menolak. Yang satu menariknya ke atas dan yang satu menariknya ke bawah. Sasaran yang dikehendaki

dalam perjalanan ini adalah berpaling dari alam bawah dan membebaskan diri dari daya tariknya, untuk berpindah ke alam atas, agar

terjadi penyatuan hati dengan Allah.

Buku ini sungguh layak untuk kita baca. Download Gratis file di sini