“ … Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. “
I Korintus 13:5b
Pada suatu hari Petrus datang dan bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali ? Dan Yesus pun menjawab atas pertanyaan Petrus tersebut: “Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh”. Jawaban dari Tuhan Yesus tersebut tentu saja mengagetkan Petrus, sebab 70 kali 7 bukanlah suatu bilangan yang kecil tetapi bilangan yang sangat besar sekali. Artinya suatu “pengampunan” bukanlah hal yang mudah untuk kita lakukan kepada orang lain yang telah melukai hati dan mengkhianati kita. Mengapa? Karena pengkhianatan biasanya justru dilakukan oleh orang yang sangat dekat dengan kita bahkan orang tersebut kita kenal dengan baik .
A. APAKAH PENGKHIANATAN ORANG TERDEKAT ITU?
Bila kita mempunyai seorang teman yang sangat dekat sekali dengan kita, bahkan kita sering menolong dia didalam berbagai kesukaran yang dia hadapi, tetapi suatu ketika ia melupakan begitu saja atas segala yang telah kita perbuat bagi dia bahkan ia meninggalkan kita, itulah gambaran arti dari pengkhianatan orang yang dekat dengan kita. Didalam Alkitab terdapat banyak contoh pengkhianatan orang-orang terdekat, yaitu : Kain membunuh adiknya sendiri yaitu Habel; Yakub yang mencuri hak kesulungan dari kakaknya, yaitu Esau; Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudaranya; Petrus yang menyangkal Tuhan Yesus; Yudas yang menjual Tuhan Yesus; Paulus yang ditinggalkan oleh saudarasaudaranya pada saat ia dipenjara. Pengkhianatan orang terdekat akan mengakibatkan luka-luka bahkan air mata yang tidak kelihatan, artinya tidak tampak oleh orang lain bahkan kita sendiri pun kadang-kadang menyangkalinya sehingga tidak kelihatan juga bagi kita sendiri.
B. MENGAPA ADA PENGKHIANATAN DARI ORANG TERDEKAT?
Pengkhianatan orang terdekat terjadi dari beberapa sumber, yaitu :
1. Kecemburuan
Daud adalah orang yang sangat dekat dengan Saul karena ia adalah pelayannya (I Sam.16:22).
Daud selalu melakukan dengan baik atas segala yang diperintahkan Saul kepadanya. Tetapi ketika Daud berhasil mengalahkan Goliat di medan pertempuran dan membawa kemenangan bagi bangsa Israel, Saul mulai merasa iri hati dan cemburu ketika ia mendengar nyanyian dari para wanita dari semua kota di Israel memenuhi jalan-jalan dan bernyanyi: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud mengalahkan berlaksa-laksa.” (I Sam 18:7), bahkan Firman Tuhan menuliskan “Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud … Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya.” (I Sam 18:9,15). Kisah ini mirip dengan kisah Kain yang membunuh adiknya, Habel karena cemburu. Dengan didorong oleh kepentingan diri sendiri, kecemburuan meniadakan akal sehat, membakar hati, benci pada kesuksesan orang lain, tidak menghendaki adanya saingan. Itulah sebabnya mengapa kadang-kadang berita terbaik yang kita dengar adalah berita buruk bagi orang lain. Kesenangan berikutnya adalah menyebarkan berita buruk itu, dan semua yang menceritakannya menambahkan sesuatu yang baru dan semua yang mendengarnya membesar-besarkannya.
2. Egois
Pada waktu Saul mengalahkan bangsa Amalek, ia tidak mentaati perintah Tuhan yang disampaikan oleh Samuel untuk menumpas habis bangsa tersebut, melainkan Saul mengikuti kehendak pribadinya, yaitu membiarkan hidup raja dan kambing domba serta lembu yang terbaik dan tambun (I Sam 15:3,9). Dan ketika Samuel menanyai Saul tentang dosanya, Saul berusaha menutupi ketidaktaatannya. Dalam peristiwa ini, kita diingatkan tentang Yudas yang menjual Tuhan Yesus. Penyebabnya adalah Yudas tersinggung ketika ia ditegur oleh Tuhan Yesus. (Yoh 2:4-8). Orang yang berperilaku seperti ini melanggar salah satu konsep dasar kehidupan Kristen : mati bagi dirinya sendiri (Luk 9:23).
3. Perasaan tidak aman
Seperti orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12, yang berpikir bahwa hidup berarti memiliki harta dan bahwa surga dapat ditemukan dalam gudang, orang yang merasa tidak aman itu percaya bahwa hidup manusia tergantung pada kelimpahan harta yang ia miliki. Sebab itu, orang ini akan hidup didalam ketakutan dan kecemburuan - takut pada mereka yang berkekurangan (mereka mungkin akan mencuri barang miliknya) dan cemburu pada mereka yang memiliki lebih banyak harta dari dirinya. Banyak orang yang merasa kosong, tidak aman dan kesepian; mereka merasa berarti hanya jika orang lain mendengar dan memperhatikannya. Contoh lain adalah Saul yang menjadi takut kepada Daud, karena Tuhan menyertai Daud dan ketika dilihat oleh Saul, bahwa Daud sangat berhasil (I Sam 18:12,15).
4. Ambisi Pribadi
Daud tidak berambisi mendapatkan takhta, tetapi Saul mengira demikian. Dunia Saul dipenuhi oleh ambisi pribadinya; ia tidak dapat membayangkan seseorang tidak menginginkan apa yang ia inginkan, karena itu ia mencurigai Daud. Ia bertekad untuk mempertahankan posisinya dengan segala cara.
C. BAGAIMANA CARA MENGAMPUNI?
Kata “mengampuni” didalam bahasa Yunani adalah “APHIEMI”, yang artinya “menyuruh pergi”, “membiarkan pergi”, “melepaskan”, “meninggalkan”, “menghapuskan”. Kata ini di dalam Alkitab ditulis sebanyak 143 kali, artinya mengampuni adalah sesuatu yang amat sangat penting dan hal itulah yang Tuhan Yesus selalu inginkan terjadi didalam hidup kita.
Dalam Perjanjian Lama, setelah imam besar meletakkan tangannya pada kepala seekor kambing dan mengakui dosa bangsanya, berarti ia telah memindahkan dosa-dosa mereka pada kambing tersebut. Lalu ia “membiarkan kambing itu pergi”. Kambing itu dibawa ke padang gurun. Dosa bangsa itu telah disuruh pergi: “Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah tandus, dan kambing itu harus dilepaskan dipadang gurun” (Im 16:22). Hal ini menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus menanggung dosa kita dan membawanya pergi. Ketika Yesus muncul, sementara Yohanes Pembaptis sedang membaptis orang di Sungai Yordan, Yohanes berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia,” (Yoh 1:29). Ia tidak berkata, “Yang menghapus orang berdosa dari dunia”. Mengapa? karena Tuhan Yesus tidak menghancurkan orang berdosa, tetapi dosanya yang dihancurkan. Ia tidak meniadakan si pelanggar, melainkan pelanggarannya. Allah bisa saja melenyapkan manusia berdosa dengan hanya satu sambaran petir saja, tetapi untuk melenyapkan dosa Ia harus mencurahkan darah-Nya di atas kayu salib. Untuk menciptakan dunia, Ia hanya mengucapkan satu patah kata; tetapi untuk menyelamatkan dunia, Ia harus menyalibkan anak-Nya sendiri. Yohanes tahu bahwa satu hari nanti dosa dunia akan ditempatkan pada kepala Anak Domba sejati dan Ia akan menanggungnya. Dengan demikian kita berdiri dengan tangan kita pada kepala Tuhan Yesus; Ia mengambil tempat kita. Kita datang pada salib dan menyadari bahwa Ia terluka oleh pelanggaran kita dan memar oleh kesalahan kita. Bagi kita, mengampuni seseorang adalah mengusir dendam, menghilangkan keinginan kita untuk membalas dendam. Ada suatu perbedaan penting antara pengampunan kita dengan pengampunan Tuhan Yesus. Jika Tuhan Yesus mengampuni, artinya Ia menghapus segala kesalahan. Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal ini. Pengampunan kita tidak menghapus kesalahan, tetapi membuka pintu untuk pemulihan persekutuan dan menghilangkan tembok yang menghalangi pendamaian. Jadi, pengampunan adalah prasyarat pendamaian.
D. MENGAPA KITA HARUS MENG-AMPUNI?
1. Pengampunan adalah suatu keharusan
Pengampunan bukanlah suatu perleng-kapan tambahan dalam kehidupan Kristen. Kita tidak mempunyai pilihan lain selain mengampuni, apakah kita menyukainya atau tidak. Pengampunan bukanlah suatu emosi; melainkan suatu keputusan. Orang yang diampuni (oleh Yesus) harus mengampuni (sesama).
2. Pengampunan adalah anugrah
Pengampunan adalah anugrah, sebab pengampunan yang diberikan oleh Tuhan Yesus bukan membuat kita merasa lebih baik atau menolong kita untuk dapat meraih kedamaian dan ketenangan batin, tetapi karena Tuhan dalam kemurahan-Nya telah mengampuni kita terlebih dahulu.
3.Pengampunan adalah tindakan anugrah dan bukan hukum
Dengan kata lain, pengampunan tidak terbatas. Bagi Petrus “tujuh kali”, kata Yesus “tujuh puluh kali tujuh kali” 490 kali. Artinya pengampunan adalah suatu tindakan berkali-kali atau sesering mungkin. “Sesering mungkin” dalam mengampuni adalah cerminan karakter Kristus. “Sesering mungkin” akan memelihara persekutuan.
Pengampunan melebihi sebuah tindakan. Pengampunan adalah cara hidup. Tuhan member pengampunan, dan masih tetap melakukannya, sehingga ada komunikasi antara Tuhan dan manusia, antara manusia dan manusia, dan dengan segenap ciptaan Harga suatu pengampunan tidaklah murah, juga tidak mudah. Di Taman Getsemani, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Mat 26:38). Lalu Ia berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat 26:39). Saat Yesus melihat ke dalam cawan itu, Ia terpukul, karena cawan itu berisi segala sesuatu yang buruk dari umat manusia, baik dari masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Tentu saja Ia segan minum dari cawan tersebut. Bila kita mengingat segala pengkhianatan yang pernah dilakukan oleh sahabat dekat kita dahulu artinya kita sedang melihat cawan yang ada dihadapan kita. Betapa pahitnya cawan ini !! Tuhan Yesus yang tidak mengenal dosa menjadi dosa itu sendiri, dan Ia yang memiliki persekutuan yang indah dengan Bapa-Nya sejak kekekalan akan menjerit dalam beberapa jam, “Allah- Ku,Allah-Ku mengapa Engkau meninggal-kan Aku ?” (Mat 27:46). Tetapi puji Tuhan, Ia juga berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu !” (Mat 26:42).
Cawan yang berisi segala kepahitan, dendam dan sakit hati dalam hidup kita, harus kita “minum” artinya kita hadapi dengan segala pengampunan atas orang yang telah mengkhianati kita. Kita ingat, pada waktu Tuhan Yesus di atas kayu salib, Ia memulai suatu ucapan doa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34) dan Tuhan Yesus menutup dengan ucapan: “Sudah selesai”. (Yoh 19:30). Ketika kita mulai untuk mau mengampuni orang yang pernah mengkhianati kita, maka tangan Allah akan turut bekerja atas perkara kita dan pendamaian pun terjadi, mujizat terjadi, segala perkara Tuhan katakan “sudah selesai”. Amin. (An.)
Sumber Buletin Doa GBI Sukawarna Edisi 184