Menurut gagasan Ki Hajar Dewantara adalah Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar, maka guru dapat menuntun untuk segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dan mampu mewujudkan tujuan pendidikan dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Tujuan Pendidikan adalah memerdekakan manusia yaitu selamat raganya dan selamat jiwanya. Pendidikan menjadi tuntunan agar manusia bisa selamat dan bahagia
Pengajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Segala bentuk aktivitas pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.
Peran seorang guru dapat diibaratkan sebagai petani yang sedang merawat tanaman yang berbeda-beda di kebun. Tanaman-tanaman tersebut tentu akan membutuhkan perlakuan dan perawatan yang berbeda agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Seorang guru harus mampu melayani beragam bentuk kebutuhan gaya belajar anak dengan memberikan beragam metode dan strategi dalam pembelajaran sebagai wujud pendidikan yang berpusat pada anak (Student Center)
Seorang guru dapat memberikan kebebasan bagi anak untuk mengembangkan gagasan, ide, potensi atau minat dan dapat berpikir kritis, agar anak dapat membangun sendiri pengetahuannya.
Kebebasan yang diberikan kepada anak bukanlah kebebasan mutlak tanpa adanya arahan dari guru. Seorang guru juga harus memberikan tuntunan dan arahan supaya anak tidak tersesat dan tidak membahayakan dirinya sendiri
Seorang guru harus memiliki sikap terbuka dan senantiasa mengikuti perkembangan zaman yang positif/baik. Guru harus memiliki kecakapan dan keterampilan tekhnologi yang baik agar tidak tertinggal dan tergerus oleh zaman karena pada generasi Z ini sebagian besar yang ada disekitar kita menggunakan pemanfaatan tekhnologi.
Selain guru harus memiliki kecakapan tekhnologi yang sesuai dengan perkembangan generasi saat ini, seorang guru juga harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar anak berada. Mengamati dan mempelajari budaya dan nilai-nilai luhur lingkungan sekitar anak berada untuk kita sesuaikan dan kita terapkan dengan proses pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam menurut pandangan filosofi Ki Hajar Dewantara
Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini adalah sangat relevan untuk mengatasi problematika pendidikan Indonesia. Sistem dan kurikulum yang disusun sedemikian rupa agar dapat menciptakan pembelajaran yang merdeka atau merdeka belajar diharapkan dapat mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencetak generasi-generasi yang cerdas, tangguh, kreatif dan bernalar kritis dan memiliki budipekerti yang baik.
Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konteks pendidikan di sekolah saya secara khusus adalah permulaan penerapan kurikulum merdeka untuk kelas 1, 2, 4 dan 6 yang sedang berjalan dengan pendekatan-pendekatan proses pembelajaran yang merdeka sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru melakukan pelatihan secara mandiri dan kolektif bersama bapak/ibu narasumber yang luarbiasa dari Guru Penggerak. Harapannya dengan penerapan kurikulum merdeka guru dan siswa dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan
Saya merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru yaitu dengan menciptakan rasa aman, membuat kesepakatan kelas, mengajak anak komunikasi apa yang aku mau, memberikan pengajaran dengan mengaitkan permainan lokal daerah tinggal anak dan lain sebagainya
Setelah mempelajari modul 1.1 harapan saya adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang filosofi Ki Hajar Dewantara serta lebih memahami gagasan-gagasan KHD secara rinci bagaimana menjadi seorang guru yang baik dan dirindukan oleh anak didiknya
Harapan yang ingin saya lihat pada murid setelah mempelajari modul ini adalah ingin melihat anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat, minat dan potensinya dan menjadi seorang manusia atau anggota manusia yang memperoleh kebahagiaan yang setinggi-tingginya secara lahir dan batin
Harapan kegiatan, materi atau manfaat pada modul ini adalah semoga ada kegiatan pembekalan materi secara luring yang di fasilitasi oleh pemerintah pada setiap modulnya dan harapannya prosentase pembekalan materi dengan menghadirkan narasumber secara luringnya lebih banyak daripada daringnya
Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini
Setelah menyimak video pada LMS, saya mencoba untuk merefleksikan bagaimana kolonialisme berfokus pada kemampuan dasar ini sebagai alat untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dalam segala bidang. Pada perjalanannya pendidikan pada masa kolonial seperti membuka gerbang utama asal mula mulai berkembang walaupun hanya dibatasi oleh orang-orang tertentu. mulai dari tahun 1854 yang diinisiasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai. kemudian pada tahun yang sama Sekolah bumi putra lahir yang hanya memiliki 3 kelas. kemudian cita-cita baru lahir untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Taman siswa lahir sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Tujuan pendidikan pada zaman kolonial menurut pemahaman saya setelah menyimak video itu adalah memfokuskan pendidikan hanya untuk mengisi kekosongan dan kebutuhan para elite pada masa itu Perbedaan dan persamaan pendidikan pada masa kolonial dengan saat ini adalah dari tujuan pendidikan ruang lingkup dan kebebasan dalam mengembangkan pembelajan.
Tujuan pada masa kolonial mereka mengadakan pengajaran/pendidikan itu bukan karena panggilan hati untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi karena ada kepentingan elit politik atau orang-orang yang dari kalangan ningrat pada masa itu untuk mengisi kekosongan dan menjadi pembantu mereka atau karena hal hal yg bisa menguntungkan bagi mereka.
Video Eksplorasi konsep :