A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu jalan untuk menuju ke arah yang lebih baik dalam membangun karakter anak sejak dini, hal ini sangat diperlukan dalam rangka menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas dan dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.
Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa yang memiliki mental pemenang. Karakter juga memiliki fungsi sebagai penggerak dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Pentingnya fondasi moral serta spritual kehidupan bangsa diperlukan pada kondisi negara saat ini. Hal itu tidak datang sendirinya, namun harus dibangun dan dibentuk untuk menjadikan suatu bangsa bermartabat.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pendidikan Karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia masa yang akan datang. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat serta akan membentuk karakter yang kuat pula.
Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan pelaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relative menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti; disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlunya sebuah upaya yang dilakukan guna memecahkan masalah tersebut sehingga tidak menghambat tujuan yang hendak dicapai.
Kekhawatiran akan menghilangnya karakter generasi bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh globalisasi dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 memaksa pemerintah harus berupaya keras agar hal tersebut bukan lagi menjadi ancaman. Kekhawatiran ini juga dirasakan oleh H. Dedi Mulyadi, SH. yang merupakan bupati Purwakarta periode 2013-2018. Melihat semakin menurunnya karakter generasi bangsa Indonesia seperti banyaknya kenakalan remaja, menurunnya degradasi moral, pengetahuan wawasan dunia yang minim, menurunnya rasa cinta tanah air dan bangga akan budaya yang dimilikinya, perilaku mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Masa Esa sehingga perlunya pembinaan spiritual bagi peserta didik, dan rasa mencintai keluarga dengan membantu orangtua yang perlu dibiasakan sejak dini.
Oleh karena itu, pemerintah Purwakarta membuat sejumlah terobosan di bidang pendidikan karakter di Kabupaten Purwakarta. Dalam terobosan tersebut terdapat 7 Poe Atikan Pendidikan Purwakarta Istimewa sebagai bukti nyata secara yuridis dari bupati Purwakarta untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didik di Purwakarta. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, program 7 Poe Atikan merupakan suatu pendekatan karakter yang menggunakan konsep tematik dari program harian yang telah disusun.
B. Landasan Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 18 ayat (6) Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 32 Pasal 10 ayat (3) Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJN Tahun 2005-2025
Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 69 Tahun 2015 Bab III Pasal 5 tentang nilai dasar pendidikan berkarakter
C. Tujuan
Tujuan Pelaksanaan Program 7 Poe Atikan di UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo antara lain:
Mengembangkan karakter peserta didik melalui kegitan-kegiatan yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah setiap hari sesuai dengan program 7 poe atikan.
Membina peserta didik untuk mengembangkan potensi diri, mental, spiritual, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, melalui pembiasaan atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan setiap hari disekolah.
D. Sasaran
Sasaran Pelaksanaan Program 7 Poe Atikan di UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo adalah seluruh peserta didik di UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo.
E. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Program 7 Poe Atikan di UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo antara lain:
Peserta didik mampu mengembangkan karakternya melalui kegitan-kegiatan yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah setiap hari sesuai dengan program 7 poe atikan.
Peserta didik mampu mengembangkan potensi diri, mental, spiritual, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, melalui pembiasaan atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan setiap hari disekolah.
F. Kerangka Konsep 7 Poe Atikan
Program “7 Poe Atikan Istimewa” merupakan wujud konkret kebijakan pendidikan berkarakter. Dalam penerapannya, sekolah menerapkan unsur tematik dan menjadikannya sebuah falsafah dalam setiap pembelajaran di sekolah. “Dalam sepekan, pelajaran di sekolah memiliki tema berbeda-beda setiap harinya. Adapun tema yang diusung dalam program 7 Hari Pendidikan Istimewa ini, yakni; Senen Ajeg Nusantara. Kemudian, Salasa Mapag Buana. Lalu, Rebo Maneuh di Sunda. Lalu, dilanjutkan Kemis Nyanding Wawangi, Jumaah Nyucikeun Diri dan Sabtu-Minggu Betah di Imah,”
Senen Ajeg Nusantara, bisa diartikan sebagai awal proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. “Ajeg” sendiri, dalam bahasa Indonesia memiliki arti kata “tegak”. Ketika dijadikan satu frase dengan Nusantara, Ajeg di sini memiliki pengertian tegaknya seluruh hamparan bumi nusantara beserta segenap tradisi dan kultur masing-masing daerahnya. Jadi, untuk hari Senin, seluruh pelajaran harus disinergikan dengan nilai-nilai Patriotik, potensi dan seluruh fase sejarah yang pernah terjadi di Indonesia (Nusantara),"
Salasa Mapag Buana, dalam bahasa Indonesia “mapag” memiliki arti “menjemput”, sedangkan “buana” memiliki arti “dunia”. Dalam hal ini, pada tatanan teknis seluruh jenis peradaban dunia diperkenalkan pada hari Selasa ke seluruh siswa. Sehingga kemampuan implementasi falsafah Miindung ka waktu, Mibapa ka zaman (beradaptasi dengan segala kondisi zaman dan jenis peradaban).
Rebo maneuh di Sunda, adalah tema yang diambil untuk pembelajaran di hari Rabu. “Maneuh” sendiri, memiliki arti “menetap”. Sehingga, secara semantik “Maneuh di Sunda” menegaskan makna terkait ketetapan peserta didik yang tinggal di Sunda. Dengan begitu, sudah menjadi keniscayaan bagi mereka untuk mentransformasi dan menginternalisasi nilai-nilai kesundaan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam hal berpakaian, karena Kabupaten Purwakarta termasuk daerah Sunda. Pada praktiknya, mereka diajarkan falsafah silih asah, silih asih dan silih asuh bukan hanya kepada sesama manusia melainkan kepada sesama makhluk hidup.
Kemis Nyanding Wawangi, adalah tema pembelajaran setiap hari Kamis. Dalam praktiknya, pelajar dituntut untuk lebih kreatif lagi. Terutama, dari sisi kepekaan sosial. Mereka diajarkan untuk lebih saling menghormati dan menebar kasih sayang antar sesama. Tak hanya itu, aspek rohani pelajar pun turut terasah.
Jum’at Nyucikeun Diri, semua belajar mengasah kesucian hati, jiwa dan pikiran agar tetap terjaga dan selalu dekat dengan Tuhan (nyucikeun diri), Untuk pembelajaran hari Jumat, dimulai dengan Salat Dhuha bersama yang dilanjutkan pembacaan Al-Quran bagi pelajar muslim. Bagi yang non-muslim, menyesuaikan dengan agama masing-masing.
Sabtu-Minggu Betah di Imah, merupakan penutup dari kegiatan belajar para siswa. Para pelajar diliburkan dari kegiatan belajar mengajar (KBM), Namun demikian, meski temanya Betah di Imah (Sabtu-Minggu Betah di Rumah) bukan berarti tidak ada pelajaran bagi para siswa ini. Mereka tetap harus belajar, yakni belajar dari orang tua masing-masing. Misalnya, membantu pekerjaan rumah dan lain-lain. Setiap siswa-siswi pada hari ini diberikan tugas oleh sekolah untuk membantu orang tua meringankan pekerjaan rumah.
G. Strategi Pelaksanaan 7 Poe Atikan
Program 7 Poe Atikan merupakan suatu pendekatan karakter yang menggunakan konsep tematik dari program harian yang telah disusun. Strategi pelaksanaan penerapan program 7 Poe Atikan yang dilakukan UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo antara lain:
Senin
Tema : Ajeg Nusantara
Makna : Menumbuhkan rasa kebangsaan atau cinta tanah air kepada peserta didik.
Peserta didik memakai seragam putih biru lengkap.
Kegiatan :
Selasa
Tema : Mapag Buana
Makna : Memperluas wawasan terhadap dunia.
Peserta didik memakai seragam pramuka lengkap.
Kegiatan : Gerakan Literasi Numerasi Sekolah
Rabu
Tema : Maneuh di Sunda
Makna : Kembali pada jati diri sebagai orang sunda.
Peserta didik memakai pakaian tradisi sunda dan membiasakan kembali pada jati diri orang sunda yaitu kebaya dan kampret.
Kegiatan :
Pertunjukkan Pupuh, Sajak, dan Dongeng
Permainan Tradisional
Membawa bekal / timbel menggunakan daun pisang dan sarapan bersama.
Kamis
Tema : Nyanding wawangi
Makna : Memberikan ruang untuk kebebasan berekspresi.
Peserta didik memakai seragam batik.
Kegiatan :
Jum’at
Tema : Nyucikeun diri
Makna : Mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa.
Peserta didik diwajibkan memakai pakaian muslim/muslimah dan bagi peserta didik laki-laki wajib memakai sarung.
Kegiatan :
Sabtu-Minggu
Tema : Betah di imah
Makna : Mencintai rumah sebagai tempat bernaung keluarga.
Kegiatan :
Peserta didik melakukan pembelajaran tugas-tugas orangtuanya di rumah.
Peserta didik membantu pekerjaan orangtuanya.
Peserta didik saling berkomunikasi efektif antar sesama anggota keluarga.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan karakter yang diterapkan di UPTD SMPN Satu Atap Terpadu 1 Gununghejo Kabupaten Purwakarta berdasarkan program 7 Poe Atikan merupakan pendidikan karakter yang mengutamakan pelaksanaan jika dibandingkan dengan teori. Dalam pelaksanaannya, program 7 Poe Atikan dilakukan dengan perencanaan dan metode yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, maupun melalui berbagai program pembiasaan sekolah yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Selain itu, dalam pelaksanaanya diperlukan peran berbagai pihak agar terwujudnya karakter yang diharapkan oleh Kabupaten Purwakarta.