Terdampar laraku dalam ruang kosong yang dingin.

Menggeliat pasrah bergelimang gelisah.

Entah sudah berapa mendung terlampaui tanpa hujan yang mendatangkan pelangi.

Tapi harap masih terdiam di dekat jendela, seolah sedang menanti.

Dinding polos ini terus rapuh terkikis rindu tak bertutur sapa.

Angin semilir melengos pergi tanpa kata.

Entah sudah berapa malam berlalu tanpa purnama,

tapi sabit bersinar disana melengkungkan senyuman tulus serupa denganmu, ibu...

Sedang apakah kau disana diantara ribuan bintang itu?

Ibu, aku mengejamu melalu sela-sela jemari yang tak tergenggam.

Tak kudapati kedalaman matamu selain sendu.

Sekilas membacamu diantara jeda yang tak ada ujungnya.

Melelahkan,

Dunia semerawut ini  begitu melelahkan tanpa kehadiranmu.

Hanya potret manismu yang mampu menguatkan, 

meski tak mampu menghamburkan sebuah pelukan.