Kanker Tyroid

Definisi Kanker dan Kanker Tyroid

Kanker atau dalam terminologi lain disebut cancer, neoplasm, malignant neoplasm, dan tumor merupakan istilah yang dapat dipertukarkan oleh tim profesional kesehatan ataupun publik awam, adalah suatu penyakit pada sel dimana mekanisme normal dalam mengontrol pertumbuhan dan proliferasi mengalami perubahan. Kanker dimulai ketika sel pada bagian tubuh tumbuh tidak terkontrol menjadi sel yang abnormal. Kanker dapat dianggap sebagai penyakit yang ditimbulkan ekspansi progresive sel asal progenitor tunggal yang dapat melepaskan diri dari pengawasan regulator pembagian sel dan mekanisme homeostasis yang normal. Pada keadaan normal, pertumbuhan sel dipertahankan seimbang oleh berbagai regulator yang mengatur kecepatan sel membagi diri, diferensiasi, dan mati. Kanker juga menyebar ke organ lain yang pada sel normal tidak pernah terjadi (Sherr, 1996; Baratawidjaya, 2006; Black, & Hawks, 2009; Ignatavicius & Workman, 2010; American Cancer Society [ACS], 2012).

Kanker tyroid adalah kanker dimana pertumbuhan sel abnormal dimulai dari kelenjar tyroid, sel tumbuh dan berkembang tidak terkontrol dan membentuk massa sel (ACS, 2012; National Cancer Institute [NCI], 2010). Kanker tyroid adalah yang paling umum terjadi pada kanker endokrine, meskipun insidennya relatif rendah. Ketika terjadi malignancy pada sistem endokrin, menyebabkan kelenjar memproduksi hormon terlalu sedikit atau terlalu banyak dibandingkan dengan produksi normalnya (Yarbro, Wujcik, & Gobel, 2011; Desen, 2011).

Insiden kanker tyroid bervariasi menurut geografis negara dan kawasan yang berbeda (Yao, Chiu, Strugnell, Gill, & Wiseman, 2011; Desen, 2011). Lebih dari 70% kasus terjadi pada perempuan (perempun :laki-laki = 3,5-4;1), sering terjadi pada rentang usia 20-55 tahun dengan mayoritas kejadian pada usia diatas 45 tahun. Kanker tyroid merupakan salah satu kanker yang paling curable, angka survival dalam 5 tahun pada semua tipe adalah 97%, dengan survival dalam 10 tahun adalah 85-93% (Gardner & Shoback, 2007; Davies & Welch, 2006; Black & Hawks, 2009; Yarbro, Wujcik, & Gobel, 2011).

Kelenjar thyroid adalah organ tunggal khusus terbesar yang dimiliki tubuh yang berfungsi memproduksi hormon endokrin. Konsistensinya lembut dan terletak di leher bagian depan dibawah laring. Kelenjar tyroid mempunyai 2 tipe sel utama: (1) sel folikel (follicular cell), menggunakan iodine dari tubuh untuk memproduksi hormon thyroid, hormon yang membantu regulasi metabolisme tubuh, dan (2) sel C (juga disebut parafollicular cells), membentuk calsitonin dimana hormon yang membantu mengontrol penggunaan kalsium tubuh (ACS, 2012). Sirkulasi hormon tyroid (T­­3 dan T4) di dalam darah diikat oleh protein plasma, hanya 0,04% yang tidak diikat atau bebas, yang tersedia untuk masuk dan bekerja di jaringan target. Hormon tyroid berfungsi dan berpengaruf sangat vital termasuk: (1) pertumbuhan jaringan, (2) maturasi otak, (3) peningkatan calorigenesis dan konsumsi oksigen, dan (3) berpengaruh spesifik lainnya terhadap jantung, hepar, ginjal, muskoloskeletal, dan kulit. Sehingga secara klinis mempengaruhi metabolisme tubuh, hearth rate, tekanan darah, dan temperatur tubuh (Gardner & Shoback, 2007

Patologi Kanker tyroid

Berdasarkan patologi ada beberapa tipe kanker tyroid American cancer Society [ACS] (2012); Desen (2011) mengkategorikan yaitu:

  1. Kanker tyroid berdiferensiasi, sebagian besar kanker tyroid adalah kanker berdiferensiasi. Sel-sel mirip sekali dengan jaringan tiroid normal ketika dilihat di bawah mikroskop. Kanker ini berkembang dari sel folikel tiroid. Terdiri atas 2 type: (1) karsinoma papilar (papillary carcinoma=papillary adenocarcinomas). terjadi pada 8 dari 10 kanker tyroid, pertumbuhannya cenderung sangat lambat dan biasanya hanya berkembang dalam satu lobus kelenjar tyroid, meskipun pertumbuhan lambat namun sering menyebar ke kelenjar limfe di leher. Bersifat nodule keras, tunggal, “cold” pada scan isotope, dan padat pada USG. Terapi sering berhasil dan jarang berakibat fatal; (2) karsinoma folikular (follicular carcinoma= folicular adenocarcinoma). Terjadi sekitar 1 dar 10 kanker tyroid, lebih umum terjadi di negara yang penduduknya tidak cukup yodium dalam dietnya, biasanya tidak menyebar ke kelenjar limfe, tetapi dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh seperti paru atau tulang. Prognosis tidak sebaik papilar karsinoma, namun sangat bagus pada beberapa kasus.

  2. Karsinoma medular (Medullary thyroid carcinoma [MTC]). Paling umum pada usia lebih dari 50 tahun, terjadi pada sekitar 4% kasus kanker tyroid, berkembang dari sel parafolikular (sel C), kadang-kadang kanker dapat menyebar ke kelenjar limfe, paru, atau hepar. Karsinoma medular sering mensekresi kalsitonin, adrenocotico tropic hormone (ACTH), prostaglandin, serotonin, dan protein berlebihan yang disebut carsinoembrionic antigen (CEA). Prognosis tidak sebagus kanker tyroid berdiferensiasi.

  3. Kanker tyroid tidak berdiferensiasi, disebut juga anaplastik karsinoma. Jarang terjadi atau sekitar 2% dari semua kanker tyroid. Dapat merupakan perkembangan dari karsinoma berdiferensiasi. Dikatakan tidak berdiferensiasi karena dengan mikroskop sel kanker tidak terlihat sebagaimana sel tiroid yang normal. Sering menyebar dengan cepat ke leher dan bagian tubuh lain, sulit untuk diterapi. Berdasarkan morfologi jaringan tumor dibedakan menjadi karsinoma sel kecil, karsinoma sel besar, dan karsinoma sel spindel.

  4. Kanker tyroid tipe lain: (1) limfoma tiroid. Jarang terjadi di kelenjar tyroid, berkembang dari limfosit yaitu suatu sel induk dalam sistem imun. Sebagian besar limfosit terdapat di kelenjar limfe (termasuk kelenjar tyroid); (2) sarkoma tyroid. Jarang dimulai dari sel pendukung tyroid, sering agresif dan sulit diterapi.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Tyroid

Penyebab kanker tyroid secara prinsip sama dengan penyebab kanker pada umumnya yaitu masih belum diketahui secara pasti (ACS, 2013). Namun diyakini beberapa faktor risiko terhadap terjadinya kanker tyroid, yaitu:

  1. Terpapar radiasi ion, terutama sekali pada saat bayi dan anak-anak. Penelitian menunjukkan populasi terpapar sinar x dan radiasi γ, insiden karsinoma papilar dan folikular tiroid lebih tinggi. Lebih jauh konfirmasi muncul setelah kejadian Chernobyl pada April 1986 dimana terjadi peningkatan insiden kanker tyroid pada anak-anak di daerah terkontaminasi radiasi nuklir (Dal Maso, Bosetti, La Vecchia, & Franceschi, 2009); Desen, 2011),

  2. Kerentanan genetik. Faktor genetik dilaporkan bertanggung jawab 20–25% terjadinya karsinoma medular. Timbulnya karsinoma medular tyroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET pada kromosom 10. Namun selain kanker tyroid medular prevalensinya kecil, sebuah studi di Swedia antara tahun 1958 dan 2002, RRs familial pada kanker tyroid papilar adalah 3 dan 6 pada saat yang sama didiagnosa pada orang tua atau saudara,

  3. Tumor jinak tyroid. Goiter dan tumor jinak/adenoma dapat bertransformasi ganas menjadi karsinoma. Transformasi ganas adenoma berhubungan dengan tipe patologik, adenoma folikular tipe embrional dan tipe fetal lebih mudah menjadi ganas.,

  4. Hormonal dan reproduksi. Berhubungan dengan riwayat reproduksi dan menstruasi, yaitu menarche, kehamilan, dan penggunaan kontrasepsi oral mempengaruhi pembesaran kelenjar tyroid dan peningkatan kadar T4 dan T3. Pada jaringan karsinogen tyroid papilar mengandung reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR) yang tinggi,

  5. Diet rendah iodine. Defisiensi iodine berpengaruh pada fungsi tyroid secara langsung, secara tidak langsung menurunkan kadar hormon tyroid dan menyebabkan meningkatnya sekresi TSH. Defisiensi iodine kronis merupakan faktor risiko yang kuat terjadinya goiter dan kanker tyroid folikular

Sedangkan Berdasarkan studi epidemologi selama hampir 25 tahun di Amerika Serikat menyatakan bahwa gaya hidup juga berkontribusi sebagai faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker. Gaya hidup tersebut adalah: merokok (konsumsi tembakau) berperan pada 30% dari semua kasus kanker, konsumsi alkohol terjadi pada 4% kasus, obesitas pada 15% kasus, inaktivitas fisik terjadi pada 5% kasus, virus berkontribusi pada 3% kasus, kurang nutrisi terjadi pada 10-15% kasus (Colditz, Sellers, & Trapido, 2006).

Manifestasi Klinis Kanker Tyroid

Manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh kanker adalah tergantung pada jaringan atau organ tempat hidup kanker dan area penyebarannya. Kanker merusak jaringan normal, menurunkan fungsi dari jaringan atau organ yang diserangnya (Otto, 2005; Ignatavicius & Workman, 2010). Klinis kanker tiroid sangat dipengaruhi oleh tanda tanda dan gejala local, regional dan adanya metastasis jauh. Tidak ada gejala yang khas untuk kanker tiroid, penderita pada umumnya datang dengan keluhan benjolan yang tidak nyeri pada leher atau ditempat lain tergantung apakah yang didapat pertama kali tumor primer atau Metastasis. Manifestasi klinis juga tergantung apakah fungsi kelenjar tyroid mengalami gangguan, seperti hipertyroid, atau sebaliknya terjadi hipotyroid

Gambaran klinis kanker tyroid sering ditemukan berbeda-beda sesuai dengan tipe patologi dan terapi modalitas yang diberikan: (1) secara umum ditemukan adanya nodul tunggal (70-75%), terjadi desakan terhadap trakhea akan timbul gangguan nafas, dispnea atau hemaptoe; pendesakan esophagus timbul disfagia; bila menginfiltrasi nervue laringeus akan terjadi perubahan suara (Pasaribu, 2006; Desen 2011); (2) pada karsinoma medular biasanya mensekresi kalsitonin (CT), adrenocoticotropic hormone (ACTH), prostaglandin (PG), serotonin (5-HT), peptida vasoaktif intestinal (VIP) sehingga dapat menyebbkan diare refrakter, muka merah, dan banyak berkeringat yang disebut sindroma karsinoid.; (3) karsinoma tidak berdiferensiasi ciri klinis utamanya adalah progresi penyakit yang cepat, suara serak, batuk, disfagia, dan nyeri leher.; (4) gejala pasca terapi: (a) pembedahan, biasanya terjadi distres pernafasan, perdarahan, hipotyroid, dan atau hipoparatyroid.; (b) pasca pemberian terapi supresi Levothyroxin dapat terjadi supresi kadar TSH sehingga dapat menyebabkan hipotyroid.

Manajemen Kanker Tyroid

Penyakit kanker apabila tidak dilakukan terapi modalitas kanker menyebabkan angka harapan hidupnya rendah. Terapi modalitas yang dilakukan adalah dengan:

  1. Menghilangkan keganasan (pengobatan),

  2. Memperpanjang kelangsungan hidup dan menahan pertumbuhan sel kanker (control),

  3. Mengurangi dan atau menghilangkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakit (paliatif), dan

  4. Meningkatkan kualitas hidup (Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawks, 2009; Yarbro et al, 2011).

Perawat memandang pasien dari perspektif holistic, fokus keperawatan tidak hanya pada bagaimana memperpanjang umur tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup. Sehingga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pasien diberi kebebasan memilih jenis modalitas yang diinginkan setelah menerima edukasi tentang tujuan, efek terapi dan efek samping yang mungkin muncul (Jansen, Otten, Velde, Nortier, & Stigelbout, 2004; Yarbro et al, 2011).

Sebagian besar terapi pada kanker tiroid berhasil disembuhkan, namun pada stadium lanjut tingkat keberhasilannya menurun, khususnya jika kanker tyroid tidak respon terhadap radioaktif iodine (RAI). Terapi modalitas yang diberikan kepada pasien dengan kanker tyroid adalah:

  1. Pembedahan, merupakan terapi pilihan untuk kanker papilar, folikular, dan medular.;

  2. Terapi Radiasi dengan radioaktif iodine (RAI), merupakan terapi pilihan untuk karsinoma anaplastik.;

  3. Kemoterapi, diberikan kanker tyroid tidak respon terhadap RAI. beberapa studi menggunakan obat pilihan paclitaxel (Taxol®), diberikan pada karsinoma medular dan karsinoma anaplastik.,

  4. Targeted therapy (Ignatavicius & Workman, 2010; Desen, 2011; ACS, 2012; National Cancer Institute [NCI], 2012)

Modalitas utama kanker tyroid adalah pembedahan, kecuali karsinoma anaplastik. Model pembedahan tergantung pada ukuran tumor primer, jenis patologi, lingkup infiltrasi ke jaringan sekitar, dan metastase. Model pembedahan yang dilakukan adalah: (1) lobektomi unilateral plus ismektomi, bila tumor terbatas pada satu sisi tyroid dan tidak lebih dari T2, (2) tyroidektomi total atau subtotal, bila tumor mengenai 2 lobus, atau kanker sudah metastase jauh. (Desen, 2011; Gardner & shoback, 2007; Cooper et al., 2006)

Intervensi keperawatan diberikan kepada pasien sesuai masalah keperawatan. klien. Intervensi diberikan dengan tindakan mandiri perawat maupun tindakan kolaboratif profesi kesehatan lain (Akcley & Ladwig, 2011). Intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien kanker tyroid berfokus pada edukasi tentang hipotyroid dan manajemennya serta mengoptimallkan support system yang ada. Intervensi komprehensif yang meliputi dimensi fisik, psikolois, sosial dan spiritual diperlukan.