Kelas Bunda Produktif Batch #3 Institut Ibu Profesional
Foto by CANVA
Referensi Tulisan :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_migran_Indonesia https://dataindonesia.id/tenaga-kerja/detail/pekerja-migran-indonesia-sumbang-devisa-us916-miliar-pada-2021
Wanita Pekerja Migran Indonesia dan Keluarga
Oleh: Endah
Pekerja Migran Indonesia adalah istilah yang dipakai untuk mendefinisikan setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia. Istilah ini menggantikan istilah tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW), yang saat ini sering dikonotasikan dengan pekerja kasar dan pekerja rumah tangga.
Pekerja Migran Indonesia khususnya para wanita, sangatlah berperan penting bagi keluarga mereka masing-masing. Bahkan mereka telah menyumbangkan banyak devisa bagi negara. Maka tak heranlah jika para pekerja tersebut baik laki-laki maupun perempuan mendapat predikat pahlawan devisa. Karena pekerja migran Indonesia tersebut telah menyumbang devisa sebesar US$9,16 miliar atau setara Rp133,95 triliun (kurs Rp13.623,1/US$) pada 2021.
Fenomena banyaknya orang terutama wanita yang mengadu nasib ke negeri orang, dipicu oleh banyak faktor. Lapangan kerja yang terbatas, atau lebih tepatnya lapangan kerja yang bisa menghasilkan cuan yang melimpah dalam waktu yang singkat yang tidak membutuhkan pendidikan khusus, telah menyilaukan banyak mata untuk mencobanya. Sebenarnya di negeri sendiri juga ada lowongan atau kesempatan bekerja, namun kebanyakan dengan gaji yang pas-pasan dan proses yang lama dan panjang.
Dengan harapan bisa memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, banyak wanita yang mencoba peluang menjadi pekerja migran Indonesia. Walaupun sebenarnya gaji di negara yang dituju tersebut standar, namun karena nilai tukar rupiah yang rendah membuat gaji standar tersebut, terasa sebagai gaji yang tinggi yang mungkin hanya bisa didapat oleh setara PNS golongan 3 ke atas di Indonesia perbulannya.
Banyak keluarga yang terangkat ekonominya karena para wanita pekerja migran tersebut. Mulai dari membangun rumah, membeli hewan ternak, menyekolahkan anak, hingga investasi usaha ketika para pekerja tersebut pulang kembali ke Indonesia nantinya.
Namun tidak sedikit cerita yang membuat hati trenyuh. Ada yang keluarga yang dikirimi uang di rumah tidak amanah, sehingga ketika mereka pulang uang sudah habis. Ada pula yang mendapat penyiksaan dari majikan, hingga yang pulang tinggal nama. Bahkan ada yang hubungan keluarga retak, bahkan berakhir perceraian.
Memang uang dari pekerja migran tersebut, bisa untuk menutup kebutuhan yang tampak, rumah, kendaraan, kebutuhan sekolah, gaya hidup, dan lain sebagainya. Akan tetapi ketidakhadiran seorang wanita di dalam keluarga, tidak akan bisa menutup kekurangan kasih sayang kepada sang anak juga pasangan.
Dari pandangan sekilas saya sebagai tenaga pendidik anak-anak SD, di sekitar saya, ada beberapa anak yang terlihat baik-baik saja, namun mereka cenderung rapuh secara mental, dalam menghadapi masalah sederhana saja. Dan ketika ditelusuri, mereka adalah putra/putri wanita pekerja migran, yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri dan kebanyakan diasuh oleh nenek mereka. Belum lagi maraknya perceraian para pasangan pekerja migran.
Memang mencukupi ekonomi adalah kewajiban orang tua, terutama para ayah dan para wanita sebagai ibu. Namun menjaga keutuhan keluarga dan menemani tumbuh kembang sang anak juga tidak kalah penting. Bagi wanita pekerja migran Indonesia, hendaknya mereka bekerja untuk mengumpulkan modal seperlunya saja. Dan segera kembali ke tanah air ketika modal sudah cukup. Setelah kembali ke tanah air, mereka bisa merintis usaha baru di negeri sendiri. Agar mereka segera kembali untuk memeluk anak dan suami mereka. Sehingga kehangatan keluarga tetap terjaga. Dan anak tetap tumbuh kuat secara fisik dan mental.