KOMPETENSI DASAR
1.5. Menghayati nilai-nilai positif dari perjuangan Walisanga dalam mensyiarkan Islam
2.5. Mengamalkan sikap tanggung jawab, percaya diri, toleran dan santun
3.5. Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam
4.5. Menilai peran Walisanga dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dalam bentuk tulisan atau media lain
INDIKATOR
1. Menjelaskan nilai-nilai positif dari perjuangan Walisanga dalam mensyiarkan Islam
2. Menjelaskan biografi Walisanga
3. Menjelaskan peran walisanga dalam mengembangkan Islam di Indonesia
4. Mengidentifikasikan peran Walisanga dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dalam bentuk tulisan atau media lain
5. Mengklasifikasikan peran Walisanga dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dalam bentuk tulisan atau media lain
6. Menjelaskan keberhasilan walisanga dalam menyebarkan Islam di Indonesia
7. Menjelaskan Ibrah dari sikap walisanga dalam menyebarkan Islam di Indonesia
Tokoh-tokoh Walisanga sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisanga juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisanga berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah Da’i di Nusantara. Adapun nama-nama Walisanga sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
A. BIOGRAFI WALISONGO
Sumber gambar: https://museumnusantara.com/
Beliau dikenal dengan panggilan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Gresik dianggap sebagai ulama atau yang menyebarkan Islam pertama ke pulau Jawa sehingga dianggap sebagai wali senior di antara para wali lainnya. Maulana Malik Ibrahim meninggal pada 12 Rabi’ul Awal 882 Hijriyah atau 8 April 1419. Jenazah beliau dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid).
Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Sesampainya di Jawa, beliau melanjutkan kegiatan dakwahnya menggunakan beberapa cara atau metode. Dalam melakukan dakwahnya, beliau tidak pernah menggunakan kekerasan atau memaksa masyarakat, akan tetapi beliau dengan sabar mengenalkan Islam secara perlahan dan dengan kelembutan. Beliau juga berdagang berbagai macam kebutuhan pokok dengan harga murah dan mulai berinteraksi dengan masyarakat setempat. Melalui perdagangan, beliau bisa mendekati masyarakat dan sedikit-demi sedikit mulai bisa mengenalkan ajaran Islam.
Selain itu, beliau juga menawarkan diri untuk mengobati masyarakat yang sedang sakit dengan tidak memungut biaya alias gratis. Saat beliau masih di Campa, dikabarkan bahwa beliau pernah diundang ke salah satu kerajaan untuk mengobati seorang istri raja. Melalui ini lah seorang Maulana Malik Ibrahim ini dapat dengan mudah mendapatkan hati dan simpati rakyat.
Ulama Islam yang juga memiliki sebutan Kakek Bantal ini tidak berhenti hanya menggunakan metode perdagangan dan pengobatan. Namun, ia juga memanfaatkan profesi masyarakat yang rata-rata adalah seorang petani dengan cara mengajarkan mereka bercocok tanam. Beliau mengenalkan terobosan dan teknik baru dalam bercocok tanam sehingga menghasilkan panen yang lebih banyak.
Dengan ketiga metode dakwah di atas, Sunan Gresik berusaha untuk merangkul segala golongan khususnya masyarakat yang ada di kasta rendah di agama Hindu. Karena kasta rendah biasanya disisihkan dan tidak mendapat perhatian dari para pemimpin. Oleh karena itu, upaya Maulana Malik Ibrahim dalam merebut hati dan simpati rakyat menuai kesuksesan dimana saat itu juga bertepatan dengan terjadinya perang saudara dan kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Makam Sunan Gresik, Foto Oleh Youtube Jelajah Nesia
Syeikh Maulana Malik Ibrahim menghadap penciptanya pada tahun 1419 M. Beliau meninggal pada hari Senin 12 Rabiul Awal 822 H dan dikebumikan di daerah Gresik. Lokasi makamnya tepat berada di wilayah Gapura Waten Gresik. Di lokasi makam, terdapat dua buah bagian makam yang berisikan Sunan Gresik sendiri dan juga ulama Gresik lainnya. Tidak perlu khawatir akan akses menuju makamnya karena ia tidak terletak di pinggiran kota maupun di jalan yang menanjak, akan tetapi makam beliau terletak dekat dengan alun-alun Kota Gresik.
Sumur Pesucinan
Air merupakan sumber kehidupan. Oleh karena itu Maulana Malik Ibrahim membuat sebuah sumur untuk dipakai bersama. Sumur itu sendiri bertempat di kawasan kompleks Masjid Pesucinan. Orang-orang yang datang berziarah ke makam beliau pun biasanya akan meminum air dari sumur tersebut karena mitos yang mereka percayai bahwa air tersebut dapat menyembuhkan suatu penyakit.
Masjid Pesucinan
Memiliki bentuk bangunan perpaduan antara vihara dan pura, masjid ini dahulu dibuat dengan tujuan masyarakat Hindu dan Budha merasa dihargai dan lebih mudah menerima Islam. Masjid ini terletak di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Bangunan yang unik dan kental akan nuansa kerajaan juga dilengkapi dengan bebatuan arsenik yang tampak mengelilingi masjid. Tak hanya menarik bagi orang Islam, masjid ini juga banyak dikunjungi masyarakat non-Islam berkat bangunannya tersebut yang unik.
Sumur Pesucinan Sunan Gresik, Foto Oleh Kumparan. com
3. Batu Arsenik Raksasa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya bangunan Masjid Pesucinan dikelilingi oleh batu arsenik. Namun, batu arsenik yang paling menarik adalah yang berada di bagian depan Masjid. Batu tersebut menarik banyak perhatian akibat ukurannya yang besar dan berbeda dari batu arsenik di sekeliling masjid.
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan Putri Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Beliau termasuk salah satu tokoh Walisanga yang berperan besar dalam pengembangan Islam di pulau Jawa khususnya dan daerah lain di nusantara. Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden Rahmat menikah dengan putri Arya Teja, yaitu Bupati Tuban yang juga cucu Arya Lembu Sura, Raja Surabaya. Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan Putri Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Beliau termasuk salah satu tokoh Walisanga yang berperan besar dalam pengembangan Islam di pulau Jawa khususnya dan daerah lain di nusantara. Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden Rahmat menikah dengan putri Arya Teja, yaitu Bupati Tuban yang juga cucu Arya Lembu Sura, Raja Surabaya. Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.
Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Beliau juga mendirikan sebuah pesantren pertama di Jawa Timur yang dikenal dengan nama Ampel Denta. Oleh karena itu, beliau disebut sebagai pengasuh pondok pesantren pertama di Indonesia. Beberapa dari santri-santri beliau nantinya juga menjadi anggota dari Wali Songo, diantaranya Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila putri Arya Teja (Bupati Tuban). Beliau lahir di Surabaya pada tahun 1465 dan wafat tahun 1525. Makam Sunan Bonang berada di Tuban. Beliau dikenal juga dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan masih termasuk saudara sepupu dari Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang merupakan putra pertama dari Sunan Ampel. Memiliki nama Asli Raden Maulana Makhdum Malik Ibrahim, beliau lahir pada tahun 1465. Bonang merupakan panggilan akrab dari Raden Maulana Makhdum Malik Ibrahim yang berasal dari kata Bong Ang dari marga sang ayah yaitu Bong Swi Hoo.
Dalam sepak terjangnya menyebarkan ajaran Islam, beliau berdakwah di daerah Tuban dengan melihat corak dan pola tingkah laku masyarakat yang pada saat itu. Masyarakat yang memiliki ketertarikan pada kesenian menjadi sebuah ide untuk Sunan Bonang memilih media dakwahnya. Oleh karena itu, beliau menciptakan syair berisi amalan-amalan agama Islam.
Beberapa karyanya yang hingga saat ini masih didengarkan adalah lagu yang dibawakan oleh almarhum Uje berjudul Tombo Ati dan Wijil. Syair yang terkandung di dalamnya merupakan informasi-informasi terkait ajaran Islam yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan karya yang sangat bermakna. Masyarakat yang mendengar pun menjadi tergugah dan ikut meresapi makna dibalik syair-syair tersebut.