KOMPETENSI DASAR
1.9 Menghayati nilai-nilai positif dari perjuangan Daulah Mamluk dalam membangun peradaban Islam di Mesir
2.9 Mengamalkan sikap berani sebagaimana Daulah Mamluk
3.9 Menganalisis sejarah Daulah Mamluk dalam membangun peradaban Islam di Mesir
4.9 Mengolah informasi tentang sejarah berdiri dan peran Daulah Mamluk dalam membangun peradaban Islam di Mesir
INDIKATOR
1.9.1 Meyakini nilai positif dari perjuangan Daulah Mamluk untuk membangun peradaban Islam.
2.9.1 Meneladani sikap berani sebagaimana Daulah Mamluk
Menunjukkan keberanian sebagaimana Daulah Mamluk.
3.9.1 Menelaah Daulah Mamluk membangun peradaban Islam di Mesir.
4.9.1 Menyajikan informasi sejarah berdirinya Daulah Mamluk dan perannya membangun peradab Islam di Mesir.
Daulah Mamluk, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, merupakan daulah para budak, yang berasal dari beragam kelompok suku non-daulah membentuk sebuah pemerintahan, menggantikan Daulah Ayyubiyah yang telah berkuasa selama 79 tahun di Mesir (1171-1250 M). Para penguasa ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah Suriah-Mesir yang dikuasai oleh tentara salib.
Daulah Mamluk mampu bertahan dari serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan dan Timurlenk. Seandainya mereka gagal bertahan, tentu seluruh tatanan sejarah dan kebudayaan di Asia Barat dan Mesir akan berubah drastis. Berkat kegigihan mereka, penduduk Mesir bisa tetap menyaksikan kesinambungan budayadan institusi politik.
Daulah Mamluk berkuasa di Mesir pada tahun 1250-1517 M. Meskipun Daulah Mamluk terdiri atas berbagai ras yang berbeda-beda, mereka mampu mengapresiasi dengan baik pembangunan arsitektur dan kesenian, sehingga dalam kedua bidang itu, Mesir boleh dibandingkan dengan daulah-daulah yang lain. Bahkan Kairo hingga saat ini masih menjadi tempat yang indah bagi dunia peradaban Islam. Daulah Mamluk berfaham Islam Sunni, serupa dengan pendahulunya Daulah Ayyubiyah.
Pondasi kekuasaan Daulah Mamluk diletakkan oleh penguasa pertamanya Sultanah Shajarah Ad-Durr, ia menerbitkan keping mata uang yang menyandang namanya dan pernah memerintahkan agar namanya disebut-sebut dalam khutbah Jum’at. Selama delapan puluh hari Sultanah Shajarah Ad-Durr berkuasa di Mesir. Daulah Mamluk terbagi menjadi dua; Mamluk Bahri dan Mamluk Burji:
Penguasa Mamluk Bahri pertama adalah Sultan Izzudin Aybak yang berkuasa tahun 1250-1257 M.
Awalnya ia adalah panglima utama Daulah Mamulk (Atabeg al-Askar).
Mamluk Bahri pada awalnya adalah adalah pengawal-pengawal yang dibeli oleh khalifah Al-Shalih Al-Ayyub dari Daulah Ayyubiyah dan menjadi sultan di kemudian hari.
Pendiri sekaligus sultan Mamluk Burji (bahasa Arab: burj) pertama adalah Sultan Qallawun (1279-1290 M).
Mamluk Burji tidak mengenal konsep kekuasan yang diwariskan, dan tidak menerapkan kebijakan nepotisme.
Tahta kekuasaan menjadi milik siapa yang mampu meraihnya.
Keseluruhan penguasa Daulah Mamluk berjumah 47 orang, 24 berasal dari Mamluk Bahri, tidak termasuk Shajarah Ad-Durr, dan 23 orang dari Mamluk Burji.
Rata-rata masa pemerintahan seluruh penguasa Daulah Mamluk tidak lebih dari 6 tahun.
Sultan Mamluk yang paling terkenal adalah Sultan Az-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari (1260-1277 M).
Pada awalnya ia adalah seorang budak dari Turki, nama Al-Bunduqdari diperoleh dari tuan pemiliknya di Hamah sebelum dibeli oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub.
Baybar Al-Bunduqdari diangkat menjadi pemimpin pasukan pengawal oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub, bahkan karir militernya berjalan mulus hingga ia berhasil menjabat sebagai komondo militer tertinggi di wilayah itu.
Sultan Al-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari menjadi Sultan Daulah Mamluk yang agung, penguasa dan pendiri sejati kekuasaan Daulah Mamluk.
Kemenangan pertamanya ia peroleh dalam peperangan melawan tentara Mongol di medan perang Ain Jalut; tetapi puncak ketenarannya didapatkan berkat perjuangannya yang tanpa henti melawan tentara salib.
Kapasitas Sultan Baybar Al-Bunduqdari lebih dari sekedar pemimpin militer.
Ia tidak hanya berhasil mengorganisasi angkatan perangnya, membangun kembali angkatan laut, dan memperkuat benteng Suriah, tetapi ia juga menggali sejumlah kanal, memperbaiki pelabuhan, serta menghubungkan Kairo dan Damaskus dengan layanan burung Pos, yang hanya membutuhkan waktu empat hari.
Terminal-terminal kuda didirikan di setiap pos pemberhentian yang siap mengangkutnya kapan pun.
Daulah Mamluk juga memiliki pelayanan merpati Pos. Berkat mereka, Mesir memiliki daftar burung berkualitas baik untuk memenuhi pelayanan itu, yang asalnya dikembangkan pada periode Fathimiyah. Kualitas-kulitas burung itu didata dalam sebuah daftar khusus.
Sultan Baybar Al-Bunduqdari juga membangun banyak fasilitas umum, mempercantik Masjid, menetapkan pajak untuk negara, zakat, dan sedekah.
Di antara beberapa monumen arsitekturnya, seperti masjid agung di Kairo dan di Damaskus yang dibangun pada tahun 1269 M, serta sekolah yang menyandang namanya masih bertahan hingga kini.
Daulah Mamluk merupakan pelanjut pemerintahan Daulah Ayyubiyah di Mesir
Daulah Mamluk berkuasa di Mesir selama 267 tahun (1250-1517 M). Sesuai dengan namannya “Mamluk” yang berarti budak, pendiri Daulah Mamluk berasal dari para budak yang terdiri dari beragam ras yang berbeda-beda.
Pendiri sekaligus peletak pertama kali pondasi pemerintahan pertama Daulah Mamluk adalah Sultanah Syajarah Ad-Durr. Ia adalah istri dari penguasa terakhir Daulah Ayyubiyah Sultan Al-Shalih Al-Ayyub.
Puncak kejayaan Daulah Mamluk terjadi saat Sultan Az-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari berkuasa. Berbagai prestasi ditorehkan oleh Sultan Az-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari yang dikenal sebagai penguasa paling terkenal Daulah Mamluk.
Anggaran pendapatan negara banyak dihabiskan untuk keperluan ekspansi militer, rumah tangga istana, dan pembangunan gedung-gedung monumental.