BAHAN AJAR
EKOLOGI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
BAHAN AJAR
EKOLOGI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Halooo murid-murid!!
Modul ini dibuat khusus untuk kalian lo...
Kalian akan belajar dengan seru melalui modul ini. Modul dengan panduan khusus yang dirancang untuk membantu dalam memahami materi dengan lebih mudah dan pastinya menyenangkan. Didalamnya kalian akan menemukan penjelasan dari setiap sub materi, terdapat pula video dan juga kumpulan gambar-gambar menarik. Tak lupa ada pula LKPD yang akan membantu kalian untuk memastikan bahwa kalian sudah paham dengan materi ini.
Jangan khawatir, modul ini akan membuat kalian terasa menyenangkan dalam belajar!!
Kalau kalian gak percaya coba deh buka modulnya sekarang😊Cepattt
Selamat belajar murid-murid.....
Nama : Adinda Fitria
Instansi : Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Asal : Jember
Modul
Pembelajaran
Gambar 1.1 Mind Mapping Ekosistem
Source : Koleksi Pribadi
Materi Dasar
Ekologi dan Keanekaragaman Hayati
Dalam lingkup kehidupan di muka bumi terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan tersebut tidak pernah terlepas dari Ilmu yang mengkaji tentang ekosistem yaitu ekologi. Ekologi melibatkan komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup) yang merupakan bagian dari Biodiversity.
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat dilihat pada proses;
a. Tumbuhan hijau dalam proses foto sintesis menghasilkan oksigen, sehingga kadar oksigen meningkat dan suhu lingkungan menjadi sejuk sehingga tumbuhan hijau yang merupakan komponen biotik mampu memengaruhi komposisi udara dan suhu lingkungan yang termasuk dalam komponen abiotik.
b. Cahaya, tanah, air, udara, dan unsur hara merupakan komponen abiotik yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Ekosistem dalam kedua komponen yakni biotik dan abiotik dalam keadaan yang seimbang. Peristiwa rantai makanan dan jaring-jaring makanan merupakan keseimbangan dalam ekosistem. (Gambar 1.2)
Rantai makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan yang dimulai dari produsen sampai ke pengurai, sehingga terjadi rangkaian perpindahan energi secara urut pada suatu ekosistem. Peristiwa makan dan dimakan ini digambarkan secara skematis dalam bentuk garis lurus dan tidak bercabang. Sedangkan jaring-jaring makanan merupakan kumpulan dari beberapa rantai makanan yang saling berhubungan. (Gambar 1.3)
Tingkatan organisasi kehidupan dimulai dari individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer. . Individu adalah makhluk hidup tunggal, contohnya sebatang pohon kelapa, satu ekor tikus dan seorang manusia. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berinteraksi pada tempat tertentu, misalnya serumpun bambu di kebun, dan sekumpulan kambing di padang rumput. Komunitas adalah kumpulan berbagai makhluk hidup yang berinteraksi dan hidup di area tertentu, misalnya seluruh organisme yang ada di sawah terdiri atas padi, tikus, belalang, burung dan ulat. Ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup di suatu wilayah dengan lingkungannya yang saling memengaruhi, misalnya ekosistem danau terdiri atas organisme dan segala benda yang ada di dalamnya. Bioma adalah ekosistem yang sangat luas dan memiliki vegetasi tumbuhan yang khas, misalnya bioma gurun, bioma tundra dan bioma hutan hujan tropis. Biosfer adalah lapisan Bumi yang di dalamnya terdapat kehidupan.
Dalam ilmu ekologi juga terdapat struktur yang dapat menggambarkan suatu ekosistem yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem.
Gambar 1.2 Ekosistem
Source : Google Photo
Gambar 1.3 Rantai Makanan
Source : Koleksi Pribadi
Gambar 1.4 Jaring-Jaring Makanan
Source : Google Photo
Pola interaksi organisme atau disebut simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang berbeda dalam hubungan yang erat. Terdapt 3 simbiosis yakni;
Simbiosis Mutualisme
Interaksi dua jenis organisme yang berbeda namun saling menguntungkan, seperti;
Kupu-kupu dengan bunga
Kerbau dan Burung jalak
Bakteri Rhizobium sp yang menempel pada akar kacang-kacangan
Simbiosis Komensalisme
Interaksi antara organisme berbeda jenis dimana salah satu organisme memperoleh keuntungan dan organisme lain tidak merasa dirugikan, seperti;
Tumbuhan anggrek dan paku, menempel pada batang pohon
Jamur saprofit, hidup pada bahan yang sudah mati
Simbiosis Parasitisme
Interaksi ini terjadi antar dua organisme berbeda yang mana salah satunya mendapatkan keuntungan sedang organisme lain dirugikan, seperti;
Tali Putri yang menempel di atas tanaman Beluntas
Benalu yang hidup pada menempel pada batang pohon inang
Selain 3 simbiosis diatas terdapat 2 pola interaksi yakni;
Kompetisi, persaingan yang terjadi antara makhluk hidup yang berada dalam suatu ekosistem karena adanya persamaan kebutuhan hidup. Contoh dari kompetisi yakni; Kupu-kupu dan lebah harus bersaing mendapatkan bunga bernektar
Predasi, interaksi yang terjadi antara mangsa dan pemangsa dalam sebuah ekosistem. Contohnya; elang memangsa hewan lain
Gambar 1.5 Mutualisme
Source : Google Photo
Gambar 1.6 Komensalisme
Source : Koleksi Pribadi
Gambar 1.7 Parasitisme
Source : Google Photo
Siklus biogeokimia merupakan proses siklus pergerakan unsur-unsur kimia seperti karbon, nitrogen, oksigen, dan fosfor diantara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (tidak hidup) di bumi. Ada beberapa jenis daur biogeokimia yakni;
Siklus Air (Hidrologi)
Air menguap dari permukaan bumi (laut, danau, sungai) ke atmosfer
Uap air berkondensasi membentuk awan dan turun sebagai hujan
Air kembali ke bumi melalui presipitasi (hujan, salju, kabut) dan mengalir ke sungai, danau, dan laut.
Siklus Karbon
Selain pada bahan organik, karbon ditemukan sebagai gas karbon dioksida dan sebagai batuan karbonat (batu kapur, koral), autotrof itulah terutama tumbuhan hijau yang menangkap karbon dioksida dan mereduksinya menjadi senyawa organik (karbohidrat, lipid, protein, dan lain-lain). Produsen darat mendapat karbon dioksida dari atmosfer dan produsen air memanfaatkan karbon dioksida yang terlarut dalam air.
Siklus karbon dapat dilihat pada jaring-jaring makanan yang mana pada setiap tingkatan tropik, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil respirasi. Tumbuhan, herbivora, dan karnivora berespirasi dan dengan demikian membebaskan karbon dioksida.
Sebagian bahan organik pada setiap tingkatan trofik tidak dikonsumsi oleh tingkatan trofik yang lebih tinggi tetapi berlaku pada tingkatan trofik akhir yakni pengurai. Hal ini terjadi ketika tumbuhan dan hewan atau bagian-bagiannya mati. Bakteri dan fungi mempunyai fungsi yang benar-benar penting sebagai pembebas karbon dari bangkai dan serasa tidak lagi berguna sebagai makanan bagi tingkatan trofik lainnya. Melalui metabolismenya, karbon dioksida dibebaskan dan daur karbon dapat dimulai lagi.
Siklus Nitrogen
Pada siklus ini, Nitrogen (N₂) di udara diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tumbuhan melalui proses fiksasi nitrogen oleh bakteri. Tumbuhan menggunakan nitrogen untuk membentuk protein. Hewan mendapatkan nitrogen dengan memakan tumbuhan. Saat makhluk hidup mati, nitrogen kembali ke tanah melalui dekomposisi dan siklus berulang.
Siklus Fosfor
Fosfor terdapat di dalam tanah, batuan, dan air. Tumbuhan menyerap fosfor melalui akar dari tanah. Hewan mendapatkan fosfor dari tumbuhan atau hewan lain. Saat organisme mati, fosfor dilepaskan kembali ke tanah melalui proses pelapukan dan dekomposisi.
Gambar 1.8 Siklus Biogeokimia
Source : Google Photo
Gambar 1.9 Siklus Hidrologi
Source : Grace Eirin (Bobo.iD)
KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA
Indonesia terletak pada garis 6° Lintang Utara (LU) dan 11° Lintang Selatan (LS), serta 95° Bujur Timur (BT) dan 141° Bujur Timur (BT). Hal inilah yang membuat Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Alfred R. Wallace dan Weber membagi wilayah persebaran hewan dan tumbuhan yang ada di Indonesia menjadi tiga kelompok berbeda. Tiga zona tersebut yaitu orientalis (Asia), peralihan, dan australis. Dengan demikian, hewan dan tumbuhan di Indonesia ada yang mirip dengan hewan dan tumbuhan di benua Asia dan benua Australia.
Keanekaragaman hayati di Indonesia dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang konservasi untuk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Perlindungan alam dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam khusus. Perlindungan alam umum berguna dalam penjagaan alam sebagai satu kesatuan flora, fauna, dan tanahnya seperti pada Taman Nasional Ujung Kulon yang tidak diperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha perlindungannya, sementara terdapat pula Taman Nasional yang dilindungi oleh para ahli.
Perlindungan alam juga terbagi berdasarkan tempat dilakukannya perlindungan yakni perlindungan alam in situ yang dilakukan di habitat aslinya seperti taman nasional, taman wasata, dan hutan lindung. Sedangkan pada perlindungan ex situ dilakukan bukan di habitat aslinya seperti pada kebun binatang.
MANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dalam kehidupan sehari-hari, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan di antaranya kebutuhan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Seperti pada kebutuhan pangan yakni sebagai bahan makanan (sayur, buah, daging). Pada kebutuhan sandang digunakan sebagai bahan pakaian atau aksesoris lainnya (kapas, bulu dan kulit hewan). Kebutuhan papan juga dibutuhkan seperti pada kayu jati, meranti, dan albasia yang digunakan sebagai furnitur atau alat konstruksi.
Karena hutan tropisnya, Indonesia dapat menghasilkan keanekaragaman hayati yang juga mampu digunakan untuk menghasilkan obat-obatan dan kosmetik seperti; Rimpang jahe yang dapat digunakan sebagai antiradang dan Pare yang dapat menjadi obat kencing manis.
Namun kebermanfaatan dari keanekaragaman hayati juga dapat menghilang bila terdapat gangguan didalamnya. Seperti aktivitas manusia yakni;
Perubahan hutan menjadi tempat pemukiman, pertambangan, pabrik, dan lain-lain
Penebangan pohon secara liar
Perburuan liar, penangkapan ikan dengan bom, dan perusakan terumbu karang
Industrialisasi
Pada materi ekologi dan keanekaragaman hayati terdapat banyak kaitan dengan isu sosial dan lingkungan yang terjadi di indonesia. Dibawah ini terdapat pemaparan bagaimana hubungan isu sosial dan lingkungan yang terjadi di Indonesia dengan materi IPA yang dipelajari.
Deforestasi merupakan proses penghilangan atau pengurangan hutan secara permanen yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Deforestasi menjadi isu lingkungan yang mendesak di dunia saat ini, dikarenakan aktivitas ini terjadi ketika hutan dibuka dan ditebang secara besar-besaran untuk kepentingan pertanian, perkebunan, dan pembangunan.
Seperti yang terjadi pada hutan kalimantan yang dialih fungsikan menjadi perkebunan monokultur seperti sawit dan ekspansi industri pertambangan yang tanpa henti dilakukan di Indonesia menjadikan faktor utama terjadinya deforestasi. Deforestasi sangat berdampak terhadap keseimbangan ekosistem dan juga mengurangi keanekaragaman hayati, mempercepat perubahan iklim, serta menyebabkan bencana alam seperti banjir.
Karena ulah manusia yang lebih mengutamakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, kelestarian hutan menjadi tidak diprioritaskan. Tentunya hal ini merugikan banyak sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia.
Selain itu pembukaan hutan yang dilakukan secara berkelanjutan akan berdampak besar pada siklus karbon. Karbon berpindah dari atmosfer ke cadangan biomassa melalui fotosintesis. Dalam proses ini, tanaman menyerap karbon dioksida dan sinar matahari untuk membuat bahan bakar yang dibutuhkan bagi perkembangan strukturnya, termasuk batang, akar, cabang, dan daun pohon. Bila proses ini terganggu maka karbon yang sebelumnya tersimpan dalam biomassa dilepaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk CO₂ yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Dan hal inilah yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kehidupan.
Gambar 1.10 Deforestasi
Source : Greenpeace Indonesia
Gambar 1.11 Penebangan Pohon
Source : Koleksi Pribadi
Penebangan pohon yang dilakukan secara ilegal juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem seperti;
Hilangnya habitat
Pada ekologi terdapat rantai makanan yang menjelaskan bagaimana komponen abiotik dan biotik saling terkait. Pohon merupakan komponen penting dari banyaknya ekosistem. Ketika pohon ditebang, maka habitat alami akan rusak dan hilang, dan hal itu menyebabkan punahnya satwa.
Penurunan Kesuburan Tanah
Akar pohon membantu menahan tanah agar tidak tererosi, sementara daun yang gugur menyumbangkan nutrisi penting ke tanah. Penebangan pohon menyebabkan hilangnya fungsi ini, sehingga tanah menjadi kurang subur dan rentan terhadap erosi.
Gangguan Siklus Hidrologi
Pohon berperan dalam menyerap air dari tanah dan menguapkannya ke atmosfer melalui proses transpirasi. Penebangan pohon secara luas dapat mengganggu siklus air alami, menyebabkan kekeringan di satu tempat dan banjir di tempat lain.
Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca
Pohon menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer dan menyimpannya sebagai bagian dari proses fotosintesis. Ketika pohon ditebang dan dibakar atau dibiarkan membusuk, karbon ini dilepaskan kembali ke atmosfer, yang berkontribusi pada pemanasan global.
Ketidakseimbangan Ekosistem
Pohon memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, seperti menyediakan makanan dan perlindungan bagi satwa liar. Ketika jumlah pohon berkurang drastis, rantai makanan terganggu, yang pada akhirnya memengaruhi seluruh ekosistem.
Solusi
Adanya isu lingkungan tentang deforestasi menjadikan manusia semakin sadar akan pentingnya menjaga alam, utamanya bila nantinya kerusakan lingkungan itu akan merusak sebagian atau bahkan sepenuhnya kehidupan kita. Menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan menjadi kan kita perlu memiliki upaya dalam menjaga alam semesta.
Karena masalah penggundulan hutan akan terus menjadi tantangan berkelanjutan yang memerlukan perhatian lebih. Selain dampaknya terhadap siklus karbon, dampak buruk fenomena ini terhadap keanekaragaman hayati Bumi, siklus air, tanah, dan kesehatan masyarakat juga perlu ditangani. Selain tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah dan organisasi internasional, kita semua juga dapat mengambil bagian dalam melindungi hutan
Seperti menanam tumbuhan di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh banyak sekolah di Indonesia. Hal ini akan membantu menyumbang oksigen ke atmosfer sekaligus mengurangi kadar karbon dioksida. Selain itu, penanaman tumbuhan juga memberikan dampak positif lainnya, seperti memperbaiki kualitas udara, menciptakan suasana yang lebih sejuk, dan memberikan habitat bagi berbagai spesies makhluk hidup. (Sumber belajar : Video dan Mini Album)
Gambar 1.12 Kegiatan Adiwiyata
Source : Koleksi Pribadi
Gambar 1.13 Tanaman MTsN 7 Jember
Source : Koleksi Pribadi
Plastik telah menjadi bagian dari kehidupan modern, yang mana faktanya plastik dapat membawa ancaman serius terhadap lingkungan dan kehidupan di bumi. Dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh bagian di alam semesta, mulai dari daratan (kesehatan manusia dan satwa), lautan (pencemaran lautan), hingga udara (peningkatan emisi karbon). (Sumber belajar : Video TPA Pakusari dan Video sekolah Adiwiyata)
Ekosistem Lautan
Dampak yang terjadi bila sampah plastik terus menerus menajadi konflik alam maka akan berpengaruh pada ekosistem yang ada, seperti pada kehidupan di lautan;
Kerusakan Habitat: Plastik dapat merusak terumbu karang dan habitat laut lainnya, yang pada akhirnya mengurangi keanekaragaman hayati di lautan.
Gangguan Rantai Makanan: Saat ikan dan hewan laut lainnya menelan plastik, zat ini masuk ke rantai makanan dan berpotensi membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan dan produk laut.
Mikroplastik: Plastik yang terpecah menjadi partikel kecil atau mikroplastik tidak hanya mencemari air, tetapi juga mempengaruhi hewan laut seperti kerang dan plankton, yang merupakan dasar dari rantai makanan laut.
Daratan
Plastik yang tidak terurai juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat pada daratan seperti;
Pencemaran Tanah: Plastik yang terkubur di dalam tanah dapat mengganggu kualitas tanah dengan menghalangi aliran air dan udara, yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Ini dapat mengurangi kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.
Pencemaran Air Tanah: Saat plastik terurai, bahan kimia berbahaya seperti bisphenol A (BPA) bisa meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, yang sering digunakan sebagai sumber air minum oleh banyak komunitas.
Hewan Darat: Hewan darat seperti sapi atau kambing sering kali menelan plastik yang bercampur dengan makanan mereka, menyebabkan masalah kesehatan serius atau bahkan kematian
Udara
Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca (Daur Biogeokimia): Produksi plastik berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim dengan meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang mempercepat pemanasan global dan berdampak negatif pada ekosistem serta kehidupan manusia di seluruh dunia.
Polusi Udara: Pembakaran plastik melepaskan racun seperti dioksin, furan, merkuri, dan poliklorinasi bifenil (PCB), yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia, termasuk kanker, gangguan sistem imun, dan gangguan pernapasan. Selain itu pembakaran sampah juga dapat meningkatkan CO₂ yang berkontribusi pada pemanasan global serta dapat menghambat penyerapan karbon oleh tumbuhan dan tanah.
Gambar 1.14 Polusi udara karena pembakaran sampah
Source : Koleksi Pribadi
Solusi
Isu mengenai sampah plastik sudah menjadi isu sosial dan lingkungan yang umum. Berdasarkan catatan Bank Dunia bertajuk The Atlas of Sustainable Development Goals 2023, Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik di laut yang terbesar ke-5 di dunia pada 2020-2023. Hal ini menjadi urgensi untuk dapat lebih banyak melakukan upaya dalam menjaga lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti mengikuti peringatan International Plastic Bag Free Day atau Hari Tanpa Kantong Plastik Sedunia pada setiap tanggal 3 Juli. Namun, tentunya perlu dilakukan upaya lain dalam membantu mengatasi permasalahan sampah di Indonesia dan dimulai dari lingkungan sekitar.
Pengurangan Plastik Sekali Pakai:
Melarang penggunaan sedotan, kantong plastik, atau botol air plastik sekali pakai di kantin dan kegiatan sekolah.
Menggantinya dengan peralatan ramah lingkungan, seperti tas kain, kotak makan, atau botol minum isi ulang.
Sistem Pengelolaan Sampah:
Menyediakan tempat sampah terpilah di setiap sudut sekolah, seperti untuk sampah organik, plastik, dan kertas.
Menggalakkan program "Zero Waste" di lingkungan sekolah
Bank Sampah:
Membentuk bank sampah di sekolah yang dikelola oleh siswa. Sampah plastik yang terkumpul dapat dijual untuk didaur ulang, dan hasilnya bisa digunakan untuk keperluan sekolah.
Eco-Brick:
Mendorong siswa membuat eco-brick, yaitu botol plastik yang diisi dengan limbah plastik padat. Eco-brick ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat bangku, meja, atau dekorasi taman sekolah
Bank Sampah yang dibentuk oleh MTs Negeri 7 Jember
Gambar 1.15 Bank sampah MTsN 7 Jember
Source : Koleksi Pribadi
Selain Deforestasi dan permasalahan sampah plastik, terdapat pula isu-isu lain seperti gambar-gambar dibawah ini;
Gambar 1.16 Kebakaran Hutan
Source : Google Photo
Gambar 1.17 Kerusakan Terumbu Karang
Source : Google Photo
Gambar 1.18
Banjir
Source : Google Photo
Gambar 1.19
Tanah Longsor
Source : Google Photo
Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) : Variasi organisme hidup di semua tingkatan, termasuk gen, spesies, dan ekosistem.
Bioma : Komunitas ekologi besar yang mencakup berbagai ekosistem dengan karakteristik iklim dan vegetasi tertentu.
Biotik : Komponen hidup dalam ekosistem, seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme.
Abiotik : Komponen tak hidup dalam ekosistem, seperti suhu dan cahaya
Ekologi : Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya.
Deforestasi : proses pengurangan atau hilangnya tutupan hutan secara permanen
Ekosistem : Sistem interaksi antara organisme hidup (biotik) dan lingkungan fisik (abiotik) di suatu area.
Endemik : Spesies yang hanya ditemukan di lokasi tertentu dan tidak di tempat lain.
Produsen : Organisme yang menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesin
Konsumen : Organisme yang tidak dapat menghasilkan makanan nya sendiri
Dekomposer : Organisme yang menguraikan bahan organik mati menjadi senyawa yang lebih sederhana
Predasi : Interaksi di mana satu organisme (predator) memakan organisme lain (mangsa).
Tingkat trofik : Posisi organisme dalam rantai makanan berdasarkan sumber energinya.
Latuconsina Husain. Ekologi Ikan Perairan Tropis, Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman, dan Pengelolaannya. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2021.
Inabuy Victoriani.Ilmu Pengetahuan Alam.Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jakarta Pusat (Cetakan pertama, 2021).
https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/IPA-BS-KLS%20VII.pdf