Bagi wanita yang masih begitu ayu dalam usia 54 tahun ini, jangan pernah sekali pun menutup mata hati menghadapi aspirasi rakyat. Undangan warga desa di pelosok Kabupaten Minahasa Selatan ini juga adalah bagian dari rangkaian mendengarkan aspirasi rakyat.
Maya Rumantir memang selalu dekat dengan rakyat jelata. Selama menggelar bhakti sosial pemeriksaan dan pembagian kacamata gratis pada Maret-Mei 2018 misalnya, mantan atlet bulutangkis semasa SMPM di Kota Makassar ini, tak pernah ragu menemui warga di kawasan pelosok yang mengundangnya. Bhakti sosoal yang digelarnya di Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) misalnya, diwarnai sambutan mengharukan dari warga. Sebagian besar kaum ibu yang mengenakan jilbab, merangkulnya. Selain pengobatan gratis, mereka juga mengaku rindu untuk melihat dan mendengarkan suara emas Maya Rumantir lewa lagu-lagu pop yang pernah sangat popular di masanya. Mereka juga menyampaikan keluhan kepada Maya Rumantir tentang infrastruktur desa yang perlu ditata atau dibangun lagi di desa yang sebagian besar warganya adalah nelayan itu.
Bagi seorang Maya Rumantir, derita rakyat selalu membuatnya ikut menangis. Sebagaimana salah satu lagu ciptaannya, Suara Rakyat Suara Tuhan, Maya Rumantir mengaminkan azas-azas demokrasi bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi, vox Dei).
“Kalau rakyat menderita, rakyat menangis, itu berarti Tuhan juga menangis, karena Tuhan hidup dalam diri orang-orang kecil,” kata mantan Senator Sulut yang kini didaulat oleh warga Sulut untuk kembali mencalonkan diri lagi di Senayan, kepada publikreport.com.