Pertemuan 6 Kelas IX

F. Gereja yang Bergumul di Dunia

Di atas kita sudah melihat bagaimana orang Kristen hidup dan menghadapi berbagai tantangan di dunia. Dalam 1 Petrus 2:9-12, kita sudah diingatkan bahwa “…sebagai pendatang dan perantau, [kita harus] menjauhkan diri dari keinginan- keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.” Keinginan-keinginan daging yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang membuat kita keliru menempatkan prioritas kita. Kita lebih menghargai benda-benda di dalam hidup kita, ketimbang hal-hal yang lebih berharga dan berarti seperti keluarga kita, cinta kasih, sahabat-sahabat kita yang sejati, sukacita yang sungguh-sungguh. Akibatnya hidup kita menjadi dangkal dan hampa. Sebagai gereja Tuhan di muka bumi, kita dipanggil untuk memiliki “…cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, VXSD\DDSDELODPHUHNDPHP¿WQDKNDPXVHEDJDLRUDQJGXUMDQDPHUHNDGDSDW melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka” 1Pet. 2:12. Masalahnya, seringkali gereja lupa akan tugas dan pergumulannya ini. Gereja lupa bahwa ia dipanggil untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Sebaliknya, ada gereja-gereja yang sibuk bertengkar di dalam. Terjadi saling berebut kekuasaan karena orang-orang di dalamnya ingin menjadi pemimpin dan penguasa. Gereja terpecah-belah, dan akibatnya muncullah gereja-gereja yang baru yang semata-mata hasil perpecahan. Orang lupa bahwa Tuhan Yesus sendiri tidak suka bila orang saling memperebutkan kedudukan dan berusaha menonjolkan diri. Ia pernah mengatakan, “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir” Mat. 20:16. Ada pula gereja-gereja yang tidak peduli terhadap masyarakat di lingkungannya karena mereka ternyata tidak memeluk agama yang sama, atau bahkan memusuhinya. Terhadap keadaan ini, Tuhan Yesus justru mengajarkan, 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” Mat. 5:46-48. 115 Kent M. Keith, seorang aktivis mahasiswa, pada 1968 menulis “Perintah yang Paradoks” yang isinya demikian: Orang seringkali tidak logis, tidak masuk akal, dan egois. Tetaplah kasihi mereka. Bila engkau berbuat baik, orang menuduhmu egois atau mempunyai motif tersembunyi Tetaplah berbuat baik. Bila berhasil, engkau akan mendapatkan teman-teman palsu dan musuh sejati. Tetaplah mencapai keberhasilan. Kebaikan yang kamu lakukan hari ini, akan dilupakan besok. Tetaplah lakukan kebaikan. Kejujuran dan keterbukaan membuat engkau rentan. Tetaplah bertindak jujur dan terbuka. Orang-orang paling besar dengan gagasan paling besar dapat dihancurkan oleh orang-orang paling kecil dengan pikiran yang paling kecil. Tetaplah berpikir yang besar. Orang membela para pecundang, namun hanya mengikuti para pemenang. Tetaplah bela para pecundang. Apa yang engkau bangun bertahun-tahun dapat dihancurkan dalam semalam. Tetaplah membangun. Orang membutuhkan pertolongan, namun mungkin akan menyerangmu bila kau tolong. Tetaplah menolong mereka. Berikan yang terbaik padamu kepada dunia, dan engkau akan ditendang sebagai balasannya. Tetaplah berikan yang terbaik yang engkau miliki. “Perintah yang Paradoks” ini benar-benar menunjukkan cara hidup yang asing di dunia. Mungkin dapat dikatakan bahwa “Perintah yang Paradoks” ini merupakan versi modern dari “Ucapan Berbahagia” yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Khotbahnya di Bukit. Mestinya inilah yang menjadi pergumulan gereja dan orang Kristen untuk diberlakukannya di dalam hidupnya di dunia. Setujukah kamu?