MENANGKAP PETIR

Tulisan ini saya buat untuk menaggapi beberapa pertanyaan yang diajukan pada karya saya yang berjudul Cahaya Petir (30 Oktober 2003), silakan lihat di http://www.fotografer.net/isi/galeri/lihat.php?id=50689. Foto tersebut saya buat tahun 90-an ketika saya masih SMA, terinspirasi sebuah tulisan di sebuah majalah waktu itu (saya lupa majalahnya apa). Dan suatu kebetulan juga saya sedang rekreasi bersama teman-teman SMA, waktu itu, ke tempat yang cukup sering muncul petir (kebetulan yang langka). Sayangnya, waktu itu di kamera hanya ada sisa film hitam putih dan nggak banyak, sehingga saya hanya dapat mencoba beberapa frame saja dan hampir semuanya under exposure.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Carilah daerah atau tempat di mana petir sering muncul. Pada kasus foto saya, pengambilan gambar terjadi di Pantai Pasir Putih Probolinggo, Jatim). Pada saat itu cuaca mendung dan di arah laut petir muncul cukup sering (tiap 2 atau 3 menit). Menurut saya, cari tempat seperti ini yang susah. Soalnya sampai saat ini belum pernah ketemu lagi tempat yang seperti ini.

2. Pastikan kamera anda ada fasilitas B (bulb) dan dilengkapi dengan tripod. Akan lebih baik jika anda melepas shutter dengan cable realese button atau dengan remote controller untuk mengurangi guncangan saat shutter di tekan. Pada saat pengambilan foto Cahaya Petir, saya menggunakan kamera manual Yashica FX3 super dengan lensa 50 mm. Penggunaan kamera digital boleh juga dicoba karena pada prisipnya sama saja, yang penting ada B (bulb)-nya.

3. Berapa bukan diafragma? Ini yang agak sulit ditentukan. Pertama, karena kita belum tahu akan seberapa kuat intensitas cahaya petir yang kita tunggu. Kedua, berapa lama shutter kitra terbuka untuk menunggu datangnya petir. Saat itu saya membuka shutter selama kurang lebih 5 menit, dengan diafragma antara 5.6 sampai 8. Namun dari beberapa shot hanya satu yang bisa dicetak karena semuanya under. Maklum saat itu di pantai kondisinya gelap sekali (saya memotret malam hari). Mungkin akan berbeda sekali jika anda melakukannya siang hari, sore hari, atau di perkotaan dengan lampu-lampu kota dan gedung-gedung. Untuk yang ini saya tidak bisa memberi formula yang pas, yah.. trial and error saja atau lakukan braketing dengan variasi yang banyak. Boleh dikata, menangkap petir ini sangat untung-untungan. Jadi berdoa saja nasib anda baik, he..he..he..

4. Kalau semuanya sudah siap, atur kamera ke arah di mana petir sering muncul. Atur angle dan koposisi yang anda inginkan, kemudian tekan SRB (shutter Release Button) dan tunggu sampai petir muncul. Setelah dianggap cukup anda dapat melepas SRB kembali.

Mungkin itu saja yang bisa saya bagi, soalnya saya sendiri masih belum pengalaman motret petir. Pengalaman pertama saya masih belum sukses dan nggak tahu kapan bisa trial lagi.

Bagi teman-teman yang sudah pengalaman, mohon dikoreksi kalau ada tulisan saya yang salah atau kurang.

Dan bagi yang ingin Mengakap Petir, saya ucapkan “Selamat Mencoba” mumpung cuacanya pas karena lagi musim hujan (khususnya di Jakarta). Silakan hunting dan jangan lupa ‘sharing’-nya.