Eksplorasi Konsep
Kasus 3
4 hari lagi adalah hari pembagian rapor Semester 1 di SMA Penggerak Bangsa. Sebelumnya, semua guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Penggerak Bangsa di tahun ajaran ini.
Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru. Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai rapor yang diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai rapor atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid SMA Penggerak Bangsa sampai kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. Ia juga menyatakan bahwa salah satu target kerjanya di SMA Penggerak Bangsa adalah membuat 25% murid diterima di PTN dengan jalur rapor. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai rapor mereka harus dibuat baik, dan menunjukkan grafik peningkatan.
Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan murid-murid, dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor.
Bila Anda berada di posisi Ibu Rosdiana, apakah Anda akan melakukan hal yang sama atau berbeda? Apa alasannya?
Analisis terhadap kasus 3
Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Pada kasus 3 situasinya berupa dilema etika dengan paradigma kebenaran lawan kesetiaan yang terdapat dua hal yang saling bertentangan yaitu di satu sisi nilai kebenaran saat nilai murid terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung mereka masuk PTN ditambah yang 10 poin, sedangkan disisi lain yaitu nilai kesetiaan atau loyalitas terhadap sekolah saat penambahan nilai tersebut dimaksudkan agar target 25% murid dapat diterima di PTN melalui jalur rapor tercapai dan demi nama baik sekolah serta kepercayaan masyarakat.
Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).
Dalam situasi kasus 3 tidak terdapat unsur pelanggaran hukum namun pengambilan keputusan pada kasus ini berhubungan dengan moral.
Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).
Dalam kasus 3 terdapat pelanggaran peraturan atau kode etik dimana seorang guru harus benar-benar melakukan evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi seakurat mungkin sesuai dengan kemampuan murid namun dengan menambah 10 poin langsung bagi seluruh murid telah menjadikan guru bertindak tidak jujur dalam menilai hasil belajar murid.
Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).
Berdasarkan perasaan dan institusi saya ada yang salah dalam situasi kasus 3 ini yaitu kepala sekolah bersama guru yang secara langsung menambahkan 10 poin pada nilai murid kurang tepat walaupun bertujuan untuk membantu murid masuk PTN. Masih ada cara lain yang lebih baik yang dapat dilakukan untuk dapat membantu murid agar memperoleh nilai yang dapat diterima di PTN melalui jalur rapor.
Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?
Yang saya rasakan jika keputusan penambahan nilai 10 poin pada kasus 3 dipublikasikan dan viral yaitu malu dan menjadi beban moril, selain itu akan membuat tidak nyaman bagi seluruh warga sekolah dan akan menjadi citra buruk sekolah di masyarakat dan menjadikan adanya ketidaknyamanan atau ketidakharmonisan dengan sekolah lainnya.
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Dalam situasi seperti pada kasus 3 keputusan yang akan diambil oleh panutan saya yaitu memusyawarahkan bersama seluruh guru mengenai rendahnya nilai murid sehingga akan sulit diterima di PTN melalui jalur rapor dan meminta masukan dari guru-guru untuk memperoleh tindakan yang paling tepat dilakukan agar dapat meningkatkan nilai rapor siswa tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan.
Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Ada penyelesaian yang dapat dijadikan opsi trilemma pada kasus 3 yaitu dengan meminta seluruh wali kelas untuk mendata murid-murid yang memiliki rencana melanjutkan ke PTN dan meminta guru mata pelajaran untuk mengecek nilai yang diperoleh oleh murid-murid tersebut yang masih rendah dan tidak sesuai dengan ambang batas nilai yang di terima PTN melalui jalur rapor. Nilai rendah yang diperoleh murid-murid yang akan melanjutkan ke PTN harus diperbaiki dengan cara setiap guru mata pelajaran menganalisis kompetensi mana yang masih rendah dari murid-murid tersebut dan memberikan mereka pembelajaran atau tugas tambahan yang mampu meningkatkan kompetensi tersebut sehingga nilai mereka bisa meningkat dan sesuai dengan ambang batas masuk PTN.
Apa keputusan yang Anda ambil?
Keputusan yang akan saya ambil terkait kasus 3 yaitu nilai rendah yang diperoleh murid-murid yang akan melanjutkan ke PTN harus diperbaiki dengan cara setiap guru mata pelajaran menganalisis kompetensi mana yang masih rendah dari murid-murid tersebut dan memberikan mereka pembelajaran atau tugas tambahan yang mampu meningkatkan kompetensi tersebut sehingga nilai mereka bisa meningkat dan sesuai dengan ambang batas masuk PTN.
Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa?
Prinsip yang saya gunakan untuk kasus 3 yaitu berpikir berbasis rasa peduli, prinsip itu saya gunakan karena rasa peduli saya untuk dapat meningkatkan nilai rapor siswa sehingga mampu masuk PTN melalui jalur nilai rapor dan kepedulian terhadap nama baik sekolah serta kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
Hasil Tugas Ruang Kolaborasi
Hasil Tugas Demonstrasi Kontekstual
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita tidak luput dari kasus-kasus serta situasi yang mengharuskan kita untuk dapat mengambil keputusan yang bijak dari kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Kepentingan yang saling bertentangan dapat merupakan kepentingan yang memiliki nilai-nilai kebajikan yang sama-sama benar ataupun nilai-nilai yang benar dan salah. Atas dasar filosofi pendidikan dari Ki Hajar maka kita dalam mengambil suatu keputusan di Seklah harus memprioritaskan kepentingan yang berpihak pada murid, sehingga jika terjadi dilema etika di Sekolah yang mengandung dua kepentingan yang sama-sama memiliki nilai kebajikan maka kepentingan yang berpihak pada kebahagiaan serta keselamatan murid harus lebih diprioritaskan.
Sesuai semboyan pendidikan nasional yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani, maka pengambilan suatu keputusan oleh pemimpin pembelajaran harus sejalan dengan Pratap Triloka tersebut. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan contoh yang baik dalam pengambilan keputusan karena akan menjadi teladan bagi murid saat mereka harus mengambil keputusan dalam keseharian mereka berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang mereka lihat pada pengambilan keputusan yang kita lakukan (Ing Ngarso Sung Tulodo), kemudian seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menuntun dan membimbing murid agar mampu menjadi pribadi yang berkarakter sehingga mereka dengan sendirinya akan memiliki nilai-nilai kebajikan dalam dirinya untuk dapat mereka gunakan dalam setiap pengambilan keputusan yang mereka lakukan (Ing Madya Mangun Karso) dan seorang pemimpin pembelajaran juga harus mampu mendorong serta terus memotivasi murid agar terus mengembangkan nilai-nilai kebajikan yang dimililikinya sehingga mereka diharapkan akan menjadi pribadi-pribadi yang siap menjadi pemimpin-pemimpin pada masa yang akan datang dan menjadi pribadi yang matang dalam setiap pengambilan keputusan (Tut Wuri Handayani).
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap orang memiliki nilai-nilai kebajikan yang berbeda-beda dalam dirinya, hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang yaitu terus menguatkan nilai-nilai kebajikan yang sudah ada dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan yang lain sehingga akan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berkarakter. Seseorang yang memiliki nilai-nilai kebajikan yang kuat pada dirinya akan lebih mudah dalam menentukan sikap dalam situasi yang memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan membimbing dan memberikan pilihan yang terbaik dari pengambilan keputusan yang harus kita lakukan dikarenakan kita akan memiliki prinsip-prinsip pengambilan keputusan berdasarkan kebaikan bagi orang banyak, sesuai dengan aturan yang berlaku dan akan didasarkan atas rasa peduli terhadap orang lain sehingga kita akan memposisikan diri agar mampu merasakan yang orang lain rasakan ketika kita berada pada posisi tersebut.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Keputusan yang kita ambil harus didasarkan pada prinsip-prinsip serta aturan yang berlaku, sehingga dalam suatu pengambilan keputusan kita harus dapat menguji keputusan yang telah kita ambil apakah tepat ataukah masih harus diperbaiki. Dalam menguji sebuah keputusan yang diambil kita dapat menggunakan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan, namun selain itu kita dapat mengujinya dengan melakukan coaching bersama seseorang yang kita percayai. Dalam kegiatan coaching tersebut seorang coach dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mampu memunculkan refleksi dari coachee yang telah mengambil keputusan sehingga seorang coachee akan mengevaluasi keputusan yang telah diambil serta menguji dan mereview kembali seluruh kepentingan yang ada pada kasus yang terjadi sehingga nantinya keputusan yang diambil dapat diyakini merupakan keputusan yang tepat, perlu diperbaiki atau terdapat opsi trilemma dari keputusan yang telah diambil tersebut.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan menumbuhkan kesadaran diri sebagai seorang pemimpin pembelajaran, membantunya dalam mengelola diri, memiliki kesadaran sosial dan rasa peduli, mampu berelasi dan bekerjasama serta mampu mengambil suatu keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, seorang guru yang menyadari aspek sosial dan emosionalnya akan mampu mengambil sebuah keputusan dilema etika yang tepat berdasarkan kompetensi sosial emosional yang dimilikinya, sehingga kompetensi tersebut akan membantunya dalam memilih prinsip-prinsip yang tepat dalam pengambilan keputusan dilema etika berdasarkan paradigma-paragdigma dilema etika yang terjadi.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Suatu kasus dalam dunia pendidikan yang fokus pada masalah moral atau etika harus dibahas dan diidentifikasi berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang dipercayai dan dimiliki oleh seorang pendidik. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan menjadi pertimbangan dan memandu dirinya dalam memutuskan suatu kasus moral dan etika sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya tersebut. Sehingga kualitas serta ketepatan dari keputusan yang diambil sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang dimilikinya.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebuah pengambilan keputusan yang tepat akan diterima oleh semua pihak karena didasarkan pada prinsip-prinsip yang menjadi prioritas didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang dipercayai. Dari keputusan yang tepat juga akan menghasilkan pilihan yang dihormati serta dilaksanakan oleh semua pihak dengan lapang dada sehingga akan tercipta suasana yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena tidak ada lagi kepentingan lain yang mengganggu dari hasil keputusan yang diambil.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang terjadi di lingkungan saya untuk menjalankan pengambilan keputusan kasus dilema etika yaitu sebagian warga sekolah belum memahami paradigma mana yang terjadi ketika suatu kasus dilema etika terjadi dan juga belum memahami prinsip-prinsip apa saja yang harus dipilih ketika memutuskan suatu kasus dilema etika sehingga pengambilan keputusan kadang alot dan ditakutkan tidak tepat karena tanpa melewati pengujian dari keputusan yang diambil.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran terhadap situasi di dalam kelas berhubungan dengan bagaimana menentukan proses pembelajaran yang berpihak dan memerdekakan murid yang sesuai dengan potensi, kesiapan belajar, minat belajar dan cara belajar murid akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang kompetensi serta karakter yang akan dimiliki murid. Dengan memutuskan pembelajaran yang berdiferensiasi dan tepat sesuai dengan potensi murid yang berbeda-beda maka murid akan mampu mengembangan dirinya sesuai dengan karakter masing-masing dan berdampak pada motivasi serta memaksimalkan kompetensi murid karena mereka diberi keleluasaan untuk mengeksplor setiap hal yang dipelajarinya dengan gaya dan cara belajar mereka masing-masing.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran merupakan salahsatu faktor yang mampu menuntun dan mempengaruhi nilai-nilai yang diyakini oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin pembelajaran yang salah dalam mengambil keputusan yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan dan tidak berpihak pada murid maka akan sangat berdampak pada kehidupan ataupun masa depan murid-muridnya. Sebagai contoh seorang guru yang mengambil keputusan untuk tidak meluluskan muridnya yang selalu mendapatkan nilai yang jelek atau sering tidak mengumpulkan tugas tanpa mencari opsi lain yang bisa diambil agar murid tersebut tetap dapat diluluskan, maka dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif bagi murid tersebut karena bisa saja murid tersebut menjadi rendah diri, malu dan merasa dirinya tidak berguna sehingga akan berdampak pada masa depan murid tersebut yang mungkin akan dikucilkan oleh teman-temannya, mengasingkan diri atau tidak memiliki kepercayaan diri.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan sangat terkait dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Pengambilan keputusan dari seorang pemimpin pembelajaran harus memprioritaskan kepentingan yang berpihak pada murid dan memerdekakan murid dan didasarkan pada Pratap Triloka filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Dalam pengambilan keputusan dari seorang pemimpin pembelajaran harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang dipercayai sehingga keputusan yang diambil akan mengandung nilai-nilai kebajikan. Selain itu seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki kompetensi sosial emosional yang baik sehingga akan sadar dan mengelola dirinya untuk dapat mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara untuk menguji pengambilan keputusan yang telah diambil dapat dilakukan secara coaching dimana seorang coach akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mampu membimbing coachee untuk merefleksikan hasil pengambilan keputusan yang telah dibuat sehingga coachee akan mampu melihat hasil dari keputusan yang diambil apakah tepat, perlu perbaikan atau ada opsi trilemma yang dapat digunakan untuk memaksimalkan hasil dari keputusan yang diambil.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dari pembelajaran modul 3.1 mengenai pengambilan keputusan dilema etika berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin pembelajaran saya mendapatkan banyak pengetahuan serta pengalaman baru yang belum pernah saya peroleh sebelumnya. Dari pembelajaran modul ini saya dapat memberdakan kasus dilema etika dan bujukan moral berdasarkan kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan yang bernilai benar lawan benar atau benar lawan salah, selain itu saya menjadi paham bahwa dalam suatu kasus dilema etika terdapat beberapa paradigma yang muncul seperti individu lawan kelompok, kebenaran lawan loyalitas, keadilan lawan rasa peduli dan jangka pendek lawan jangka panjang. Dengan tahapan-tahapan MERDEKA saya semakin memahami tentang bagaimana cara mengambil sebuah keputusan dilema etika berdasarkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan serta bagaimana cara untuk menguji hasil pengambilan keputusan dengan melakukan 9 langkah pengujian keputusan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dilema etika, namun pada saat itu saya dalam mengambil keputusan hanya didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang saya yakini. Setelah saya mempelajari modul ini saya menjadi paham bagaimana cara mengambil suatu keputusan dilema etika yang tepat dan mampu menguji hasil keputusan dilema etika yang diambil.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak setelah mempelajari konsep pengambilan keputusan dilema etika pada modul 3.1 yaitu saya semakin paham bagaimana cara mengambil keputusan dari situasi dilema etika berdasarkan paradigma-paradigma yang terjadi dan prinsip-prinsip mana yang harus saya ambil serta cara menguji hasil keputusan yang telah dibuat. Oleh karena itu saya dalam pengambilan keputusan dilema etika kedepannya akan mengimplementasikan pengetahuan baru yang saya peroleh dari modul 3.1 ini.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Mempelajari topik pada modul 3.1 ini sangat penting bagi saya sebagai seorang individu yang dalam kehidupan sehari-hari terkadang berada pada dilema etika dan harus mampu mengambil keputusan terbaik bagi diri saya sendiri. Selain itu bagi saya yang juga sebagai pemimpin pembelajaran topik ini juga sangat penting karena sebagai pemimpin pembelajaran yang suatu saat akan mengalami suatu situasi dilema etika dalam kelas atau lingkungan sekolah harus mampu mengambil keputusan yang bijak yang berpihak pada murid berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini.
Aksi Nyata
Pada Modul 3.1 ini saya memperoleh banyak pemahaman serta pengetahuan baru mengenai pengambilan keputusan dilema etika berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin pembelajaran. Saat mempelajari topik modul 3.1 ini saya langsung dihadapkan pada situasi dilema etika yaitu harus mengambil keputusan yang memiliki nilai kebajikan yang sama-sama benar. Paradigma yang terjadi pada kasus yang saya alami yaitu paradigma keadilan lawan rasa peduli, situasi yang terjadi yaitu saya sebagai wali kelas harus memutuskan nasib salah seorang murid yang jarang masuk sekolah apakah harus dikeluarkan atau dipertahankan dengan mempertimbangkan berbagai hal. Beberapa usaha telah saya lakukan seperti berkomunikasi dengan murid dan juga orang tuanya hingga setiap pagi saya menjemput murid tersebut ke rumahnya agar bisa masuk sekolah dan mencari solusi ketika murid tersebut tidak diberi bekal dari rumah namun tetap saja murid tersebut seakan-akan tidak memiliki motivasi untuk belajar dan datang ke sekolah. Yang saya sayangkan ketika saya menjemput murid tersebut terkadang orang tua murid tersebut memberi alasan anaknya sakit padahal masih tidur dan tidak dibangunkan untuk bersiap berangkat sekolah padahal di hari sebelumnya dan di sore harinya anak tersebut bermain bersama teman-temannya.
Berdasarkan kasus tersebut mohon rekan-rekan Bapak/Ibu guru hebat memberikan tanggapan, saran dan masukan terhadap kasus dilema etika yang sedang saya alami saat ini sehingga saya mampu mengambil keputusan yang tepat.