Tujuan Pembelajaran Khusus:
Peserta mampu mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang menggambarkan peran mereka sebagai pendidik dalam berbagai situasi dan mengidentifikasi keterampilan berkomunikasi coaching di dunia pendidikan.
Sebagai seorang guru tentunya kita sering menjumpai banyak kasus atau tantangan yang terkait dengan potensi para murid. Kasus dan tantangan tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan seutuhnya di sekolah. Oleh karena itu, respon cepat dari kit sebagai pendidik sangat diperlukan.
Berikut tanggapan dari kasus-kasus atau situasi yang mungkin terjadi di sekolah yang akan disampaikan pada forum diskusi ini.
Lama Mengajar? 12 tahun
Anda menemui seorang murid berprestasi yang mengeluhkan tentang susah konsentrasi dan penurunan motivasi belajar yang mengakibatkan ketidakpuasan orangtuanya. Apa yang menjadi respon Anda terhadap situasi yang disampaikan? saya akan mengajak ia ngobrol dan memberi kesempatannya untuk mencurahkan apa yang terjadi sebanarnya di dalam dirinya, kemudian mengindentifikasi masalah yang sebenarnya dan memberikan masukan agar menjadi solusi.
Seorang murid bertemu dengan Anda di taman sekolah dan menceritakan bahwa ia diminta oleh teman-temannya untuk menjadi ketua panitia acara pertandingan olahraga di SMP Penggerak. Terlihat murid tersebut ragu dan tidak berminat. Bagaimana Anda memberikan respon sebagai seorang guru yang mengetahui bahwa murid tersebut memiliki potensi sebagai seorang pemimpin? Saya akan memotivasinya untuk menggali kekuatannya, mengajarkan cara agar ia bisa percaya diri untuk melakukannya, tetapi say ajuga akan memberikan ia waktu untuk berfikir mengambil keputusannya sendiri
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini? Saya berharap bisa melakukan coaching pada peserta didik agar bisa menggali kekuatannya dan mengasah potensinya.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini? saya ingin murid dapat tumbh dan berkembang sesuai potensinya
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini? saya ingin mempelajari bagaimana cara praktek coaching
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan
CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan
Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:
sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)
kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003).
Pertanyaan :
Tuliskan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan! Prinsip-prinsip coacing : Berfokus pada solus, berorientasi pada hasi; dan sistemaris dalam hal performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi, tidak memaksa tetapi memberi alternatif jalan
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya! Pernah, saya pernah melakukan coaching pada siswa yang ingin mengembangkan potensinya dalam akademik khsususnya IPA
Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching sebagai coach.
Materi :
Coaching dalam konteks sekolah, penjelasana silahkan bisa dillihat di materi Coaching dalam konteks sekolah
3. Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai? Saya sudah bisa melakukan mendengar yang baik
Keterampilan manakah yang perlu Anda asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik? Saya ingin menguasai teknik bertanya yang baik
Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai? Burung hantu meminta kancil melakukan refleksi kemudian bertanya apa kemampuan sang kancil, dan akhirnya kanci melakukan meyebrangi sungai dengan kecerdasan yang ia miliki
Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak mampuannya? ia meyakinkan sang kancil mampu melakukan dengan cara yang bisa ia lakukan
Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil? Apa yang kamu lihat dari cermin air? Apa kemampuanmu?
Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian? Akan senang
Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup sabar? Mengapa? Iya, saya cukup bersabar untuk terus membantu murid menemukan caranya sendiri sesuai kemampuannya untuk berhasil
Paradigma pendampingan coaching sistem among, silahkan bisa dilihat di materi Paradigma pendampingan coaching sistem among
Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil? Menggali masalah yang dihadapi
Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil? memberikan tips-tips cara berkendara yang baik
Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil? Bertanya mengenai kendala dan kemampuan apa saja yang sudah dimiliki dan mendorong untuk menyelesaikan masalah
Perbedaan Mentoring, Coaching dan Konseling, dapat dilihat dalam materi Perbedaan Mentoring, Coaching dan Konseling
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar melakukan coaching
CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam melakukan pendekatan coaching pada murid
A. Komunikasi Asertif
Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.
Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian? Komunikasi Pasif. karena selama ini saya cenderung lebih suka mendengarkan orang lain dan mengikuti gagasan orang lain.
Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif. 1. Menjadi pendengar yang baik 2. Bertanya dengan baik 3. Memberi umpan balik yang baik
Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif? Sepertinya saya akan tertantang dalam hal bertanya dan memberi umpan balik yang baik
Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.
Ketika melakukan kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.
Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:
1. Menyamakan kata kunci
Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Percakapan 1
Murid : “Bu, aku tuh kalau uda masuk kelas Pak Mato, pikiran tuh langsung ambyar..byar byar Bu.”
Guru : “Oh demikian? Bisa kamu ceritakan ambyar yang bagaimana sehingga kamu sulit konsentrasi belajar di kelas?”
Percakapan 2
Murid : “Pak, Timun selalu gitu deh. Lebay banget kalau uda ngomong. Saya makin lama uda gak nyaman mau main sama dia.”
Guru : “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan barusan?
2. Menyamakan bahasa tubuh
Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.
Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.
3. Menyelaraskan emosi
Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.
Contoh:
Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”
Guru : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”
Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.
Setelah mempelajari bagian ini apa pemahaman Anda mengenai makna dari membangun sebuah komunikasi asertif dengan murid? Kita harus menyamakan posisi diri kita dengan posisi murid
Apa dampak yang bisa Anda rasakan? saya akan dapat lebih bijaksana menanggapi apa yang murid katakan
B. Pendengar aktif
Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda
I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant
~ Alan Greenspan
(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan)
Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri. Dalam komunikasi yang baik harus bisa mendengarkan dengan baik
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Setelah menonton video Mendengarkan aktif, apa yang Anda tangkap mengenai arti kata Mendengarkan (listening)? Menerjemahkan suara yang berbicara
Apa hambatan dari diri yang dapat membuat Anda tidak mendengarkan secara aktif? tidak fokus dengan apa yang kita dengar
Apa yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan hambatan ini? harus fokus mendengarkan dan menjadi pendengar aktif
Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:
Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
Emosi dan perasaannya
Pikirannya
Bahasa tubuh dan mimik wajah
Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
Usaha dan hasil yang dicapai
Materi lainnya yang disampaikan
Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.
5 Teknik mendengarkan aktif
1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan.
Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi untuk hadir sepenuhnya selama coaching berlangsung.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.
Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:
Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
Raut wajah positif – senyum
Kontak mata – jaga kontak mata
Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki
3. Menanggapi perasaan dengan tepat
Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.
Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”
4. Parafrase
Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.
Contoh:
Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”
Anda: “Jadi kamu merasa kecewa sama Bapak Ibumu karena mereka tidak acuh dan tidak mengurusi sekolah mu ya?”
5. Bertanya
Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.
C. Bertanya Efektif
Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?
Dalam melaksanakan coaching ketrampilan kunci yang diperlukan adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang yang coach tidak sekedar berupa respon pendek atau respon ya dan tidak. Pertanyaan seorang coach diharapkan ‘ dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.
Selanjutnya, buatlah 2 contoh Pertanyaan terbuka 1. Apa sebenarnya yang anda inginkan atau harapkan? 2. bisa dijelaskan apa yang menjadi kendala anda dalam melakukan itu?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan yang berfokus pada tujuan 1. apakah bisa dijelaskan apa yang menjadi tantangan buat anda? 2. Kemampuan apa yang anda miliki untuk mengatasi kendala itu?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan refleksi Apa yang sudah anda lakukan selama ini? Kemampuan apa saja yang anda miliki saat ini?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan eksplorasi Kemampuan apa saja yang anda miliki selama ini? KIra-kira jika hal demikian terjadi apa yang akan anda lakukan?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan mengukur pemahaman Seberapa jauh pemahaman anda tentang hal ini? Bagaimana menurut anda apakah maksud saya bisa difahami?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan Aksi Jika anda mengalami hal itu apa yang akan anda lakukan? jika anda merasa demikian. aoa yang akan terjadi?
Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.
1. Pertanyaan tertutup
Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.
2. Pertanyaan yang mengarahkan
Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”
D. Umpan Balik Positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.
Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi.
Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
2. Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.
TIRTA SEBAGAI MODEL COACHING
TIRTA
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.
TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Tugas Anda adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lalui
CGP menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampunya
Tugas 5
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk melakukan refleksi:
Sebelum mempelajari modul ini,
saya pikir bahwa coaching saya berfikir sbelumnya coaching adalah sejenis mentoring, membimbing seseorang agar ia berhasil mencapai sesuatu
saya merasa bahwa coaching saya merasa caching adalah pekerjaan seorang pelatih untuk membimbing muridnya
Setelah mempelajari modul ini,
saya pikir bahwa coaching Coaching adalah sebuah proses membantu seseorang mencapai kinerja lebih baik. coaching lebih ke proses membantu seseorang menggali potensinya
saya merasa bahwa coaching, Saya merasa coaching berbeda dengan mentoring dan konseling, coaching lebih mengarah pada membantu seseorang untuk merefleksikan atau menggali potensinya sehingga seseorang itu dapat mencapai hal lebih baik dari sebelumhya
Dari teknik keterampilan coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah 1. teknik bertanya yang baik 2. mendengarkan yang baik. karena tekbik bertanya dalam coaching bagi saya tidak mudah, perlu berlatih menyampaikan pertanyaan terbuka yang dapat membantu coachee menggali potnsinya dan bertanggung jawab terhadap rencana aksi nyatanya
Kendala yang saya hadapi ketika melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching dalam Komunitas Praktisi adalah kendala yang dihadapai yaitu belum tentu coache mau bercerita tentang permaslaahan yang sedang dihadapi, kemudian sikap terbuka dari coachee yang tidak mudah di dapatkan
Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah membangun kepercayaan dengan coachee, bersikap terbuka dan ramah dengan coache, tidak ada kesan mengintrogasi. kemudian menghindari sikap menggurui tetapi memposisikan rekan aray teman yang dpaat membantu coachee menggali kekuatannya sendiri dan mampu berkomitmen.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membentuk komunitas praktisi di sekolah asal dengan melibatkan murid atau rekan guru sebagai coachee.
CGP dapat melakukan praktek coaching dengan model TIRTA di sekolah asal.
Instruksi penugasan
Sediakan media perekam video Anda. Media dapat menggunakan telepon seluler (handphone) Anda ataupun media lainnya.
Pastikan Anda dan Coachee menyediakan waktu secara khusus selama 20-30 menit untuk praktek coaching ini. Coachee perlu diberi tahu bahwa sesi coaching ini akan direkam untuk keperluan program dan hanya akan didengar oleh fasilitator.
Setelah selesai melakukan praktek coaching, periksa rekaman Anda dan berikan nama file seperti berikut: Nama Lengkap-CGP Angkatan - Sekolah Asal
Contoh: Shirley Puspitawati-CGP Angkatan 1-SMA Asih
Unggah file rekaman video yang sudah diberi nama ke google drive akun Anda. Jangan lupa untuk memastikan bahwa tautan google drive Anda sudah diset Shared/Dibagikan.
Kirimkan tautan video yang telah diunggah di google drive Anda sesuai petunjuk bawah ini.
Praktek Coaching bersama murid Tugas Demonstrasi Kontekstual
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat mengelaborasi pemahamannya tentang coaching melalui proses tanya jawab dan diskusi.
Dokumentasi Kegiatan Elaborasi Pemahaman - coaching bersama instruktur
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan selama pembelajaran modul coaching
Ajaklah satu rekan sejawat di sekolah Anda (boleh rekan guru yang menjadi coachee pada tahap Demonstrasi Kontekstual atau rekan lain).
Pada saat kunjungan Pendampingan Individu ke-4, Calon Guru Penggerak bersama rekan sejawat yang sudah diminta untuk latihan coaching akan mempraktikkan keterampilan coaching di depan Pengajar Praktik (rekan sejawat menjadi coachee).
Setelah Calon Guru Penggerak bersama rekan sejawat mempraktikkan keterampilan coaching, Calon Guru Penggerak dan rekan sejawatnya akan melakukan refleksi bersama, baik secara tertulis ataupun lisan.
Video Aksi Nyata Praktek Coaching Rekan Sejawat