CATATAN LITERASI
Agus Rahmat Yuniar, S.Kom., M.Pd.
Agus Rahmat Yuniar, S.Kom., M.Pd.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) atau Keterampilan Sosial Emosional (KSE) mencakup pengembangan kemampuan yang esensial untuk kesejahteraan pribadi dan interaksi sosial yang positif. Konsep ini melibatkan pemahaman dan pengelolaan emosi, pembentukan hubungan sosial yang sehat, serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Berikut adalah koneksi antar materi yang berhubungan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional:
Definisi: Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, memahami kekuatan dan kelemahan, serta memiliki kesadaran tentang pengaruh emosi terhadap pikiran dan tindakan.
Koneksi:
Pengelolaan Diri: Memahami emosi diri adalah langkah awal untuk mengelola dan mengatur emosi tersebut.
Kesadaran Sosial: Menyadari emosi diri membantu dalam memahami dan mengenali emosi orang lain.
Pengambilan Keputusan: Kesadaran diri memberikan landasan untuk membuat keputusan yang lebih baik dengan memahami bagaimana emosi dapat memengaruhi penilaian.
Definisi: Kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku dalam berbagai situasi; termasuk mengatur stres, mengendalikan impuls, dan menetapkan serta mencapai tujuan pribadi dan akademis.
Koneksi:
Kesadaran Diri: Pemahaman yang baik tentang emosi diri sendiri memungkinkan pengelolaan diri yang lebih efektif.
Keterampilan Hubungan: Pengelolaan diri yang baik membantu dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjaga hubungan yang sehat.
Pengambilan Keputusan: Pengelolaan diri yang efektif memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih rasional dan bertanggung jawab.
Definisi: Kemampuan untuk memahami dan berempati dengan orang lain dari latar belakang yang berbeda, serta menghargai perspektif dan perasaan mereka.
Koneksi:
Kesadaran Diri: Pemahaman diri yang baik meningkatkan kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain.
Keterampilan Hubungan: Kesadaran sosial yang tinggi memperkuat kemampuan untuk membina hubungan yang saling mendukung dan menghormati.
Pengambilan Keputusan: Kesadaran sosial yang kuat membantu dalam mempertimbangkan dampak keputusan pada orang lain.
Definisi: Kemampuan untuk membina dan memelihara hubungan yang sehat dan saling mendukung, serta berkomunikasi secara efektif, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.
Koneksi:
Kesadaran Sosial: Pemahaman yang mendalam tentang emosi dan perspektif orang lain memudahkan dalam membina hubungan yang positif.
Pengelolaan Diri: Kemampuan untuk mengelola emosi membantu dalam menjaga hubungan yang stabil dan positif.
Pengambilan Keputusan: Keterampilan hubungan yang baik mendukung pengambilan keputusan yang memperhitungkan kepentingan semua pihak yang terlibat.
Definisi: Kemampuan untuk membuat pilihan yang etis dan membangun dengan mempertimbangkan dampak tindakan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Koneksi:
Kesadaran Diri: Kesadaran akan nilai-nilai pribadi dan emosi diri memengaruhi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Kesadaran Sosial: Pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan perasaan orang lain membantu dalam membuat keputusan yang adil dan bertanggung jawab.
Pengelolaan Diri: Pengelolaan emosi dan impuls yang efektif mendukung pengambilan keputusan yang lebih bijaksana.
Interkoneksi Konseptual:
Setiap komponen dari PSE saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Kesadaran diri adalah dasar dari pengelolaan diri, yang kemudian memengaruhi kemampuan untuk menjalin hubungan sosial dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Kesadaran sosial memperkaya keterampilan hubungan dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang orang lain, yang pada gilirannya mendukung pengambilan keputusan yang etis dan berimbang.
Implementasi dalam Pembelajaran:
Pendekatan Terpadu: Menggunakan pendekatan yang menggabungkan semua aspek PSE dalam kurikulum dan kehidupan sekolah sehari-hari. Misalnya, kegiatan kelompok yang mengajarkan kerja sama (keterampilan hubungan), refleksi diri (kesadaran diri), dan pengambilan keputusan bersama (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Pengalaman Autentik: Menyediakan situasi pembelajaran yang mencerminkan pengalaman nyata, di mana peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka secara praktis.
Dampak pada Kesejahteraan Individu dan Sosial:
Pengembangan Individu: KSE mendukung pengembangan pribadi yang lebih seimbang dan resilient, memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Kesejahteraan Sosial: Pengembangan keterampilan sosial emosional yang efektif berkontribusi pada lingkungan sosial yang lebih harmonis dan konstruktif, baik di sekolah maupun di masyarakat luas.
Strategi Pengembangan KSE:
Integrasi dengan Pembelajaran Akademik: Mengintegrasikan KSE dengan pembelajaran akademik untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik dan menyeluruh.
Penguatan Positif dan Umpan Balik: Menggunakan umpan balik positif dan penghargaan untuk memotivasi dan memperkuat perilaku yang mendukung pengembangan KSE.
Pelatihan dan Pendampingan: Memberikan pelatihan kepada guru dan pendidik tentang cara mengajarkan dan mendukung pengembangan KSE di kelas dan lingkungan belajar lainnya.
Dengan memahami dan mengaplikasikan koneksi antar materi KSE ini, guru dan pendidik dapat membantu peserta didik tidak hanya mencapai keberhasilan akademis, tetapi juga berkembang menjadi individu yang seimbang secara emosional dan sosial, yang mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.
Konsep Keterampilan Sosial Emosional (KSE) merupakan pendekatan yang komprehensif dalam pengembangan keterampilan yang penting untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan mengelola emosi dengan baik. KSE mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan dan penting untuk kesejahteraan individu serta keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial.
Keterampilan Sosial Emosional adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengelola emosi mereka, membina hubungan positif dengan orang lain, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan menghadapi situasi sosial dengan efektif. KSE mencakup kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosi, serta berempati dengan orang lain dan menyelesaikan konflik.
Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Pengertian: Kemampuan untuk mengenali emosi, pikiran, dan pengaruhnya terhadap perilaku.
Contoh: Menyadari perasaan cemas sebelum presentasi dan memahami bagaimana hal itu mempengaruhi kinerja.
Pengelolaan Diri (Self-Management)
Pengertian: Kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku untuk mencapai tujuan.
Contoh: Menggunakan teknik relaksasi untuk menenangkan diri saat stres atau marah.
Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Pengertian: Kemampuan untuk memahami perspektif dan emosi orang lain, serta menunjukkan empati.
Contoh: Menyadari ketika seseorang merasa sedih dan memberikan dukungan emosional.
Keterampilan Hubungan (Relationship Skills)
Pengertian: Kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan yang positif dan saling mendukung.
Contoh: Berkomunikasi dengan jelas dan efektif, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making)
Pengertian: Kemampuan untuk membuat keputusan yang etis dan berdasarkan pemahaman terhadap dampak tindakan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Contoh: Memilih untuk tidak terlibat dalam perilaku berisiko setelah mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Kesejahteraan Emosional: Meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan emosional individu.
Prestasi Akademik dan Profesional: Berkontribusi pada keberhasilan dalam pendidikan dan tempat kerja dengan memperkuat kemampuan untuk bekerja sama dan menyelesaikan masalah.
Hubungan Sosial: Meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dengan orang lain.
Pengelolaan Konflik: Membantu dalam menyelesaikan konflik secara efektif dan mencegah eskalasi.
Integrasi dalam Kurikulum
Mengintegrasikan pembelajaran KSE dalam kurikulum pendidikan, termasuk kegiatan yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional.
Pelatihan Guru dan Pelatih
Melatih guru dan pelatih untuk memahami dan mengajarkan KSE, serta memberikan dukungan kepada peserta didik dalam pengembangan keterampilan ini.
Pembelajaran Sosial dan Emosional Terstruktur
Menggunakan program atau modul khusus yang dirancang untuk mengembangkan KSE secara sistematis.
Pengalaman Pembelajaran Nyata
Memberikan kesempatan untuk mengembangkan KSE melalui pengalaman nyata, seperti proyek kelompok, kegiatan sukarela, atau situasi kehidupan nyata.
Penguatan Positif dan Umpan Balik
Memberikan umpan balik yang konstruktif dan mengakui pencapaian dalam pengembangan KSE untuk memotivasi dan memperkuat perilaku positif.
Pembelajaran Aktif
Menggunakan pendekatan pembelajaran aktif seperti permainan peran, simulasi, dan proyek kolaboratif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
Penggunaan Teknologi
Memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pembelajaran sosial emosional yang dapat membantu dalam pengembangan KSE melalui latihan interaktif dan umpan balik instan.
Lingkungan yang Mendukung
Menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan KSE, termasuk budaya sekolah yang positif dan kebijakan yang mendukung kesehatan emosional.
Pelibatan Orang Tua dan Komunitas
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam pengembangan KSE untuk memperkuat dukungan dan keberlanjutan pembelajaran di luar lingkungan formal.
Aktivitas Refleksi: Kegiatan refleksi harian untuk mengenali dan memahami emosi diri.
Latihan Mindfulness: Latihan mindfulness untuk membantu mengelola stres dan meningkatkan kesadaran diri.
Proyek Kelompok: Proyek kolaboratif yang memerlukan kerja sama dan keterampilan berkomunikasi.
Role-Playing: Permainan peran untuk mempraktikkan empati dan keterampilan menyelesaikan konflik.
Keterampilan Sosial Emosional (KSE) adalah komponen penting dalam pengembangan individu yang seimbang dan sukses. Dengan memfokuskan pada pengembangan KSE, individu dapat menjadi lebih cakap dalam menghadapi tantangan emosional dan sosial, serta berkontribusi positif pada masyarakat. Pengembangan KSE tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan pribadi tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan produktif.
Program Guru Penggerak adalah sebuah program yang dirancang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia untuk mengembangkan dan memberdayakan para guru agar menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah dan komunitas mereka. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan membekali guru dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif.
Meningkatkan Kompetensi Guru: Memberikan pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogis guru.
Pemimpin Pembelajaran: Membentuk guru sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran, yang mampu menginspirasi dan membimbing rekan sejawat serta siswa.
Inovasi dalam Pembelajaran: Mendorong guru untuk menciptakan dan menerapkan inovasi dalam metode pembelajaran dan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Membangun Komunitas Belajar: Mengembangkan komunitas belajar di kalangan guru dan siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Pembelajaran Berkelanjutan: Memfasilitasi pengembangan profesional berkelanjutan bagi guru agar mereka terus beradaptasi dengan perubahan dan tantangan dalam pendidikan.
Visi dari program Guru Penggerak adalah untuk mewujudkan transformasi pendidikan melalui guru yang kompeten dan berdaya sebagai agen perubahan. Guru Penggerak diharapkan dapat:
Menjadi Pemimpin Pembelajaran: Memimpin perubahan positif dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menggerakkan Komunitas: Menggerakkan komunitas pendidikan untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan.
Berinovasi: Mengembangkan dan menerapkan inovasi pendidikan yang relevan dan efektif.
Mendorong Partisipasi Aktif: Mendorong partisipasi aktif dari siswa, guru, dan masyarakat dalam proses pembelajaran.
Mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran: Mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum yang inovatif dan relevan.
Membina Rekan Sejawat: Memberikan dukungan dan bimbingan kepada rekan sejawat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran: Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan partisipatif.
Kolaborasi dengan Stakeholder: Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam komunitas untuk mendukung pembelajaran.
Program ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia dengan menjadikan guru sebagai motor penggerak utama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
1. Pengenalan Nilai dan Prinsip Guru Penggerak: Guru Penggerak merupakan program yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia untuk menciptakan guru yang mampu menjadi agen perubahan di sekolah dan masyarakat. Nilai-nilai yang ditekankan dalam program ini meliputi:
Inovasi: Mendorong kreativitas dan pembaruan dalam proses pembelajaran.
Kolaborasi: Membangun kerja sama yang kuat antara guru, siswa, dan komunitas.
Kepemimpinan: Menjadi panutan dalam prakarsa dan perubahan positif di lingkungan pendidikan.
Komitmen pada Pembelajaran Siswa: Fokus pada pencapaian dan perkembangan siswa sebagai prioritas utama.
Integritas: Menjunjung tinggi etika dan profesionalisme dalam tugas sehari-hari.
2. Keterkaitan Nilai-Nilai dengan Peran Guru Penggerak:
Inovasi dan Pembelajaran Kreatif: Guru Penggerak diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan inovatif. Mereka memanfaatkan teknologi dan metode pengajaran yang modern untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Misalnya, penggunaan teknologi augmented reality (AR) dalam pembelajaran sains untuk membuat konsep-konsep abstrak lebih nyata dan mudah dipahami oleh siswa.
Kolaborasi dalam Pengembangan Sekolah: Nilai kolaborasi berperan penting dalam membangun komunitas belajar yang inklusif. Guru Penggerak bekerja sama dengan kolega, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Mereka mungkin mengadakan workshop bagi orang tua untuk memahami bagaimana mendukung pembelajaran anak-anak mereka di rumah.
Kepemimpinan dalam Mendorong Perubahan Positif: Guru Penggerak memimpin dengan memberikan contoh dan mendorong perubahan di sekolah. Mereka dapat memulai program-program yang bertujuan untuk mengurangi bullying atau memperkenalkan kebijakan yang mendukung keberagaman dan inklusi di sekolah.
Komitmen pada Pembelajaran Siswa melalui Evaluasi Berkelanjutan: Fokus utama pada pembelajaran siswa berarti Guru Penggerak selalu mencari cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mereka menggunakan data untuk menilai efektivitas metode pengajaran mereka dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Ini bisa termasuk penggunaan penilaian formatif untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa.
Integritas dalam Pengambilan Keputusan: Dalam perannya, Guru Penggerak harus memegang teguh prinsip-prinsip etika dan profesionalisme. Mereka memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil adalah untuk kepentingan terbaik siswa dan komunitas. Misalnya, mereka mungkin memilih untuk mengadvokasi kebijakan yang memastikan semua siswa mendapatkan akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan.
3. Dampak Peran Guru Penggerak dalam Pendidikan:
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: Dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, Guru Penggerak mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian siswa. Pembelajaran yang lebih interaktif dan relevan membuat siswa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar.
Mengembangkan Budaya Sekolah yang Positif: Nilai-nilai yang diterapkan oleh Guru Penggerak membantu membangun budaya sekolah yang lebih inklusif dan mendukung. Mereka menciptakan lingkungan di mana setiap siswa merasa dihargai dan didorong untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Memperkuat Hubungan dengan Komunitas: Dengan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Guru Penggerak membantu memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas. Ini bisa mencakup kemitraan dengan organisasi lokal untuk menyediakan sumber daya tambahan bagi siswa atau mengadakan acara yang melibatkan seluruh komunitas.
4. Implementasi dan Tantangan:
Implementasi: Implementasi peran dan nilai-nilai Guru Penggerak memerlukan pelatihan yang berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak. Program pelatihan dan pengembangan profesional untuk guru perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi Guru Penggerak yang efektif.
Tantangan: Tantangan yang dihadapi oleh Guru Penggerak termasuk resistensi terhadap perubahan, keterbatasan sumber daya, dan dukungan yang kurang dari beberapa pemangku kepentingan. Namun, dengan komitmen dan kerja sama, tantangan ini dapat diatasi.
Kesimpulan: Nilai dan peran Guru Penggerak saling terkait dan mendukung satu sama lain dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan berkualitas. Dengan menanamkan nilai-nilai inovasi, kolaborasi, kepemimpinan, komitmen pada pembelajaran siswa, dan integritas, Guru Penggerak dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam dunia pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan nasional Indonesia yang pandangannya tentang pendidikan telah membentuk dasar sistem pendidikan di Indonesia. Refleksi filosofisnya tentang pendidikan nasional mencakup beberapa prinsip kunci yang menghubungkan berbagai aspek pendidikan menjadi satu kesatuan yang holistik. Mari kita lihat koneksi antar materi dari refleksi filosofisnya:
Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang tidak hanya berfokus pada aspek intelektual tetapi juga mencakup aspek moral, emosional, dan fisik. Pendidikan harus mempersiapkan individu secara utuh, menjadikannya bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Koneksi:
Pendidikan Karakter: Mengajarkan nilai-nilai moral dan etika.
Pendidikan Emosional: Membantu siswa mengelola emosi dan mengembangkan empati.
Pendidikan Fisik: Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh sebagai bagian dari pengembangan diri.
Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau latar belakang. Pendidikan adalah hak asasi yang harus diberikan kepada setiap individu.
Koneksi:
Inklusi Sosial: Pendidikan inklusif yang mencakup semua kelompok masyarakat.
Kesetaraan Pendidikan: Menghilangkan diskriminasi dalam sistem pendidikan.
Aksesibilitas Pendidikan: Meningkatkan akses pendidikan ke daerah terpencil dan kelompok marginal.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah sarana untuk membebaskan individu dari kebodohan dan penindasan. Pendidikan harus memberdayakan individu untuk berpikir kritis dan mandiri.
Koneksi:
Pengembangan Kritis: Mengajarkan cara berpikir kritis dan analitis.
Kemandirian Belajar: Membekali siswa dengan kemampuan belajar mandiri.
Empowerment Sosial: Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan masyarakat. Ketiga pusat ini harus bersinergi untuk mencapai tujuan pendidikan yang holistik.
Koneksi:
Sinergi Pendidikan: Kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mendidik anak.
Pendidikan Berbasis Komunitas: Melibatkan komunitas dalam proses pendidikan.
Pendidikan Non-Formal: Pengakuan atas peran pendidikan di luar sistem formal.
Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang menghargai dan mempromosikan budaya lokal. Pendidikan harus memupuk rasa cinta dan penghargaan terhadap kebudayaan sendiri.
Koneksi:
Pelestarian Budaya: Mendorong kegiatan pendidikan yang melibatkan elemen budaya lokal.
Pendidikan Multikultural: Mengajarkan pentingnya keberagaman budaya dan toleransi.
Penghargaan terhadap Warisan Budaya: Melibatkan siswa dalam kegiatan yang menghargai warisan budaya.
Prinsip "Among System" adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan, tidak dengan paksaan, sehingga siswa merasa senang dan tertarik dalam belajar. Pendekatan ini mengutamakan kasih sayang dan kebebasan dalam belajar.
Koneksi:
Pembelajaran Aktif: Metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif.
Motivasi Intrinsik: Mengembangkan minat dan motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa.
Lingkungan Belajar Positif: Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang harus dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan harus fokus pada pengembangan potensi ini agar setiap individu dapat mencapai optimalisasi diri.
Koneksi:
Pembelajaran yang Personal: Pendekatan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Pengembangan Bakat: Identifikasi dan pengembangan bakat dan minat siswa.
Pendidikan yang Berfokus pada Siswa: Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan dan perkembangan setiap siswa.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara harus relevan dengan kehidupan nyata dan mempersiapkan individu untuk hidup secara mandiri dan produktif di masyarakat.
Koneksi:
Pendidikan Vokasional: Memberikan keterampilan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja.
Relevansi Kurikulum: Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan masyarakat.
Pendidikan Kewirausahaan: Mendorong semangat kewirausahaan dan kemandirian ekonomi.
Refleksi filosofis Ki Hadjar Dewantara memberikan fondasi yang kuat bagi sistem pendidikan nasional Indonesia, dengan menghubungkan berbagai elemen penting yang saling mendukung untuk menciptakan pendidikan yang holistik, inklusif, dan berorientasi pada pengembangan individu serta masyarakat.