Daftar Isi
Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu mendokumentasikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pusat pengembangan karakter.
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata memberikan ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Aksi Nyata dimaksudkan sebagai proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan, di mana ia dilihat sebagai kesatuan antara proses pembelajaran dan implementasi. Dengan demikian, aksi nyata perlu dijalankan secara terus menerus, bahkan hingga Program Pendidikan Guru Penggerak telah Kita selesaikan. Dalam modul ini, Aksi Nyata Kita merupakan perwujudan dari perubahan konkret dalam proses pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD dan konteks sosial dan budaya di daerah Kita .
Untuk mendukung pengembangan berkelanjutan, sepanjang proses penerapan ini Kita dapat melakukan refleksi, salah satunya dengan menulis jurnal refleksi. Jurnal refleksi yang ditulis secara rutin merupakan media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah dilakukan sehingga memberikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pusat pengembangan karakter. Dengan memiliki rekam jejak yang berkelanjutan seperti ini, Kita akan terdorong untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang Kita latih dan uji cobakan.
Apa saja yang dapat Kita sertakan dalam jurnal refleksi ini?
Perasaan selama melakukan perubahan di kelas
Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik
‘Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi Kita.
Kita juga dapat memasukkan ‘testimoni’ dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam proses perubahan yang Kita lakukan.
Selain menjadi catatan pengembangan profesi, jurnal refleksi ini nantinya juga dapat digunakan sebagai referensi pembuatan Portofolio Aksi Nyata pada akhir Paket Modul-1.
Kita juga dapat menggunakan jurnal ini sebagai panduan ketika berefleksi Bersama pengajar praktik dalam pendampingan individu
“Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia”
Ki Hajar Dewantara
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata merupakan ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan apa yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Bagian ini diharapkan dapat menjadi awalan proses implementasi dari konsep-konsep yang sudah didapatkan.
Tugas Aksi Nyata
Di modul ini, saya diajak untuk melaksanakan rencana yang telah dituliskan pada refleksi 4P di bagian Koneksi Antar Materi mengenai “pengembangan DIRI yang sederhana, konkret dan rutin serta dapat dilakukan sendiri dari sekarang”. Kumpulkan dalam bentuk dokumentasi dengan format video singkat atau kumpulan foto yang bercerita saat diri saya menjalankan rencana. Tak lupa refleksi sepanjang proses menjalankannya, seperti apa perasaan saya, apa ide atau gagasan yang timbul, pembelajaran apa saja yang dapat diambil, dan apa dampak (perubahan positif) yang paling saya rasakan.
Tujuan Pembelajaran: CGP mampu mengimplementasikan rencana manajemen perubahan yang telah dibuat.
Ki Hadjar Dewantara dalam majalah “Keloearga” tahun 1937 menyatakan sebuah frasa “peralatan pendidikan”. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan, peralatan pendidikan merupakan cara-cara mendidik yang beragam bentuknya. Namun, Ki Hadjar Dewantara membaginya menjadi 6 cara utama sebagai berikut:
memberi contoh
pembiasaan
pengajaran
perintah, paksaan dan hukuman
laku
pengalaman lahir dan batin
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa alat-alat itu tidak perlu dipergunakan semua. Ki Hadjar Dewantara menyampaikan bahwa ada yang tidak sepakat terutama dengan penggunaan cara nomor 4. Ki Hadjar Dewantara juga menyatakan penggunaan cara-cara tersebut harus dihubungkan dengan jenjang usia dan perkembangan murid yang merupakan kodrat mereka.
Dari pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa prakarsa yang Kami telah buat dalam bentuk rencana manajemen perubahan berdasarkan pendekatan IA, dimaksudkan untuk menumbuhkan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Kemudian, tindakan untuk mewujudkan pertumbuhan murid ini perlu diejawantahkan dalam cara mendidik yang beragam dan disesuaikan dengan kondisi murid maupun situasi di sekolah Kami.
Kami Calon Guru Penggerak, pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA kali ini akan mendapat tugas merevisi (karena mungkin visi Kami sudah menjadi makin kuat di tahap Koneksi Antara Materi) dan mengeksekusi rancangan BAGJA untuk prakarsa perubahan diri Kami yang sudah dibuat pada tahap Demonstrasi Kontekstual. Ingatlah
Disiplin: Disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, mengikuti aturan, dan menjalankan tugas serta tanggung jawab dengan konsisten. Disiplin membantu individu untuk mencapai tujuan dan menciptakan lingkungan yang teratur dan harmonis.
Nilai-nilai Kebajikan Universal: Nilai-nilai kebajikan universal adalah prinsip moral dan etika yang diakui secara umum oleh berbagai budaya dan masyarakat. Nilai-nilai ini meliputi kejujuran, keadilan, kesabaran, kepedulian, tanggung jawab, kebijaksanaan, dan integritas. Mereka menjadi panduan dalam berperilaku baik dan mendukung keharmonisan sosial.
Hukuman: Hukuman adalah tindakan yang diberikan untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan dengan memberikan pengalaman negatif. Contoh: memberi hukuman fisik atau mengurangi hak istimewa.
Konsekuensi: Konsekuensi adalah hasil alami atau logis dari suatu tindakan yang membantu individu memahami dampak dari tindakan mereka. Konsekuensi bisa positif atau negatif. Contoh: jika tidak menyelesaikan tugas, tidak diizinkan bermain sampai tugas selesai.
Restitusi: Restitusi adalah tindakan memperbaiki atau mengganti kerugian yang diakibatkan oleh perilaku yang salah. Tujuannya adalah untuk memulihkan hubungan yang rusak dan memperbaiki kesalahan. Contoh: mengganti barang yang rusak atau meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
Diskusi Awal dengan Siswa: Libatkan siswa dalam diskusi tentang pentingnya aturan kelas.
**
Brainstorming Aturan dan Keyakinan: Ajukan pertanyaan panduan untuk mengumpulkan ide dari siswa tentang aturan dan nilai yang penting.
3. Merumuskan Keyakinan Bersama: Pilih ide-ide utama dan rumuskan dalam bentuk pernyataan positif yang jelas.
Menyepakati dan Menyusun Dokumen Keyakinan Kelas: Buat dokumen yang disepakati dan ditandatangani oleh semua siswa dan guru.
Implementasi dan Konsistensi: Tampilkan dokumen di kelas dan pastikan aturan diterapkan secara konsisten.
Evaluasi dan Revisi Berkala: Lakukan refleksi berkala untuk menilai efektivitas dan relevansi keyakinan kelas, revisi jika diperlukan.
Kebutuhan dasar manusia merujuk pada kebutuhan yang mendasar untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Menurut teori Abraham Maslow, kebutuhan ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kebutuhan Fisiologis: Kebutuhan dasar untuk bertahan hidup seperti makanan, air, udara, tempat tinggal, dan pakaian.
Kebutuhan Keamanan: Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosional.
Kebutuhan Sosial: Kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan hubungan sosial yang baik, termasuk perasaan diterima dalam kelompok.
Kebutuhan Penghargaan: Kebutuhan akan rasa dihargai, pengakuan, dan pencapaian.
Kebutuhan Aktualisasi Diri: Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri dan mencapai tujuan pribadi.
Pengelola (Manager): Mengorganisir dan menciptakan lingkungan belajar yang terstruktur.
Instruktur (Instructor): Menyampaikan materi pelajaran dan memfasilitasi proses belajar.
Motivator (Motivator): Meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa.
Mediator (Mediator): Menengahi konflik dan menjaga keharmonisan di kelas.
Pemantau (Monitor): Mengawasi perkembangan siswa dan memberikan umpan balik konstruktif.
Segitiga restitusi adalah model yang digunakan untuk membantu siswa memperbaiki kesalahan mereka dan memulihkan hubungan yang terganggu. Langkah-langkah penerapannya adalah:
Stabilisasi Emosi:
Tenangkan emosi siswa agar mereka bisa berpikir jernih.
Gunakan teknik seperti mendengarkan aktif atau memberikan waktu tenang.
Validasi Perasaan:
Akui dan pahami perasaan siswa tanpa menghakimi.
Contoh: "Saya mengerti kamu merasa marah karena..."
Pemecahan Masalah:
Ajak siswa untuk memikirkan cara memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.
Diskusikan tindakan konkret yang dapat diambil untuk memulihkan situasi.
Contoh: "Apa yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki ini?"
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, guru dapat membantu siswa belajar dari kesalahan mereka dan mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang efektif.
Merumuskan keyakinan kelas adalah proses kolaboratif yang melibatkan guru dan siswa untuk menciptakan aturan dan nilai yang akan mengarahkan perilaku dan interaksi di dalam kelas. Berikut adalah langkah-langkah untuk merumuskan keyakinan kelas:
Diskusi Awal dengan Siswa
Libatkan Siswa: Mulailah dengan diskusi terbuka tentang pentingnya memiliki aturan dan keyakinan di dalam kelas. Jelaskan tujuan dari keyakinan kelas untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif.
Identifikasi Nilai-nilai Penting: Ajak siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai penting yang ingin mereka terapkan dalam interaksi sehari-hari di kelas, seperti rasa hormat, kerjasama, tanggung jawab, dan kejujuran.
Brainstorming Aturan dan Keyakinan
Ajukan Pertanyaan Panduan: Berikan pertanyaan panduan kepada siswa, seperti "Apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif?" atau "Bagaimana kita bisa saling menghormati di kelas?"
Catat Ide-ide Siswa: Tuliskan semua ide yang muncul selama sesi brainstorming tanpa menghakimi atau mengevaluasi. Pastikan semua siswa merasa didengarkan dan dihargai.
Merumuskan Keyakinan Bersama
Pilih Ide-ide Utama: Bersama-sama dengan siswa, pilih ide-ide yang paling penting dan relevan. Gabungkan ide-ide yang serupa untuk menyederhanakan dan
merumuskan keyakinan yang jelas dan mudah dipahami.
Rumusan Positif dan Spesifik: Pastikan keyakinan dirumuskan dalam bentuk pernyataan positif yang spesifik, misalnya, "Kita mendengarkan saat orang lain berbicara" atau "Kita menjaga kebersihan kelas."
Menyepakati dan Menyusun Dokumen Keyakinan Kelas
Kesepakatan Bersama: Tanyakan kepada siswa apakah mereka setuju dengan rumusan yang dibuat dan apakah ada tambahan atau revisi yang perlu dilakukan.
Tandatangani Dokumen: Setelah disepakati, buatlah dokumen keyakinan kelas yang ditandatangani oleh semua siswa dan guru. Ini menunjukkan komitmen bersama untuk mematuhi keyakinan tersebut.
Implementasi dan Konsistensi
Tampilkan di Kelas: Pasang dokumen keyakinan kelas di tempat yang terlihat jelas di kelas sebagai pengingat bagi semua orang.
Penegakan yang Konsisten: Pastikan untuk menegakkan keyakinan kelas dengan konsisten. Jika ada pelanggaran, gunakan kesempatan tersebut sebagai momen pembelajaran untuk mengingatkan dan memperkuat keyakinan yang telah disepakati.
Evaluasi dan Revisi Berkala
Refleksi Bersama: Lakukan refleksi bersama siswa secara berkala untuk mengevaluasi apakah keyakinan kelas masih relevan dan efektif. Diskusikan apakah ada perubahan atau penambahan yang diperlukan.
Revisi Jika Diperlukan: Jika diperlukan, revisi keyakinan kelas berdasarkan umpan balik dari siswa untuk memastikan keyakinan tersebut tetap mendukung lingkungan belajar yang positif.
Hormati Satu Sama Lain: Kita berbicara dan bertindak dengan hormat kepada semua orang di kelas.
Dengarkan dengan Baik: Kita mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain berbicara.
Bertanggung Jawab atas Perilaku Kita: Kita mengakui dan menerima tanggung jawab atas tindakan kita sendiri.
Kerjasama: Kita bekerja sama dan membantu satu sama lain dalam kegiatan belajar.
Menjaga Kebersihan: Kita menjaga kebersihan dan kerapian ruang kelas.
Dengan merumuskan keyakinan kelas secara kolaboratif, guru dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis, yang mendukung perkembangan akademis dan sosial-emosional semua anggota kelas.
Keterampilan Sosial Emosional adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengelola emosi mereka, membina hubungan positif dengan orang lain, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan menghadapi situasi sosial dengan efektif. KSE mencakup kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosi, serta berempati dengan orang lain dan menyelesaikan konflik.
Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Pengertian: Kemampuan untuk mengenali emosi, pikiran, dan pengaruhnya terhadap perilaku.
Contoh: Menyadari perasaan cemas sebelum presentasi dan memahami bagaimana hal itu mempengaruhi kinerja.
Pengelolaan Diri (Self-Management)
Pengertian: Kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku untuk mencapai tujuan.
Contoh: Menggunakan teknik relaksasi untuk menenangkan diri saat stres atau marah.
Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Pengertian: Kemampuan untuk memahami perspektif dan emosi orang lain, serta menunjukkan empati.
Contoh: Menyadari ketika seseorang merasa sedih dan memberikan dukungan emosional.
Keterampilan Hubungan (Relationship Skills)
Pengertian: Kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan yang positif dan saling mendukung.
Contoh: Berkomunikasi dengan jelas dan efektif, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making)
Pengertian: Kemampuan untuk membuat keputusan yang etis dan berdasarkan pemahaman terhadap dampak tindakan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Contoh: Memilih untuk tidak terlibat dalam perilaku berisiko setelah mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Kesejahteraan Emosional: Meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan emosional individu.
Prestasi Akademik dan Profesional: Berkontribusi pada keberhasilan dalam pendidikan dan tempat kerja dengan memperkuat kemampuan untuk bekerja sama dan menyelesaikan masalah.
Hubungan Sosial: Meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dengan orang lain.
Pengelolaan Konflik: Membantu dalam menyelesaikan konflik secara efektif dan mencegah eskalasi.
Integrasi dalam Kurikulum
Mengintegrasikan pembelajaran KSE dalam kurikulum pendidikan, termasuk kegiatan yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional.
Pelatihan Guru dan Pelatih
Melatih guru dan pelatih untuk memahami dan mengajarkan KSE, serta memberikan dukungan kepada peserta didik dalam pengembangan keterampilan ini.
Pembelajaran Sosial dan Emosional Terstruktur
Menggunakan program atau modul khusus yang dirancang untuk mengembangkan KSE secara sistematis.
Pengalaman Pembelajaran Nyata
Memberikan kesempatan untuk mengembangkan KSE melalui pengalaman nyata, seperti proyek kelompok, kegiatan sukarela, atau situasi kehidupan nyata.
Penguatan Positif dan Umpan Balik
Memberikan umpan balik yang konstruktif dan mengakui pencapaian dalam pengembangan KSE untuk memotivasi dan memperkuat perilaku positif.
Pembelajaran Aktif
Menggunakan pendekatan pembelajaran aktif seperti permainan peran, simulasi, dan proyek kolaboratif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
Penggunaan Teknologi
Memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pembelajaran sosial emosional yang dapat membantu dalam pengembangan KSE melalui latihan interaktif dan umpan balik instan.
Lingkungan yang Mendukung
Menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan KSE, termasuk budaya sekolah yang positif dan kebijakan yang mendukung kesehatan emosional.
Pelibatan Orang Tua dan Komunitas
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam pengembangan KSE untuk memperkuat dukungan dan keberlanjutan pembelajaran di luar lingkungan formal.
Aktivitas Refleksi: Kegiatan refleksi harian untuk mengenali dan memahami emosi diri.
Latihan Mindfulness: Latihan mindfulness untuk membantu mengelola stres dan meningkatkan kesadaran diri.
Proyek Kelompok: Proyek kolaboratif yang memerlukan kerja sama dan keterampilan berkomunikasi.
Role-Playing: Permainan peran untuk mempraktikkan empati dan keterampilan menyelesaikan konflik.
Keterampilan Sosial Emosional (KSE) adalah komponen penting dalam pengembangan individu yang seimbang dan sukses. Dengan memfokuskan pada pengembangan KSE, individu dapat menjadi lebih cakap dalam menghadapi tantangan emosional dan sosial, serta berkontribusi positif pada masyarakat. Pengembangan KSE tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan pribadi tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan produktif.
Durasi : 12 Menit
Moda : Mandiri
Wawancara Kepala SMP Negeri 6 Sidoarjo (Suharsono, S.Pd., M.Pd.) dengan saya Agus Rahmat Yuniar CGP Angkatan 10 Kelas 193B
Tema : Kebijakan baru untuk melarang penggunaan ponsel selama jam pelajaran.
Refleksi Wawancara 1
Wawancara saya dengan Bapak Suharsono mengenai kebijakan larangan penggunaan ponsel selama jam pelajaran di SMP Negeri 6 Sidoarjo menunjukkan beberapa hal menarik dan penting yang dapat dianalisis menggunakan berbagai konsep etika dan prinsip pengambilan keputusan.
Durasi : 12 Menit
Moda : Mandiri
Wawancara Kasus : Kebijakan terhadap siswa berprestasi yang terlibat dalam bullying.
Wawancara Kepala SD Negeri Celep Sidoarjo (Mu’arifah, S.Pd.) dengan saya Agus Rahmat Yuniar CGP Angkatan 10 Kelas 193B
Untuk mengidentifikasi dan menangani kasus di mana seorang siswa berprestasi terlibat dalam perilaku bullying, serta dalam mengatasi dilema etika.
Refleksi Wawancara 2
Wawancara saya dengan Ibu Mu’arifah, S.Pd mengenai kebijakan Pengambilan Keputusan terhadap siswa berprestasi yang terlibat dalam bullying di SD Negeri Celep Sidoarjo menunjukkan beberapa hal menarik dan penting yang dapat dianalisis menggunakan berbagai konsep etika dan prinsip pengambilan keputusan.
Sekolah sebagai ekosistem pendidikan merupakan sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga akan menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosiste sekolah faktor-faktor biotik ini akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Ibarat siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi dan membutuhkan satu sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan keharmonisan yang diharapkan. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah diantaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah.
Selain faktor-faktor biotik tersebut, faktor-faktor abiotik juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang di antaranya adalah: factor keuangan, Sarana dan prasarana. Maka dengan demikian keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat bergantung pada acara pandang sekolah pada dirinya dalam membangun dan merangsang kreativitas ekosistemnya untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah tertuang dalam visi dan misi sekolah tersebut.
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. Sedangkan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar kita untuk dioptimalkan.
Dalam mengatasi tantangan kekurangan dalam kebutuhan pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
Modal Manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
Modal Sosial
Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat. Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama. Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
Modal Fisik
Modal Fisik Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu: Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
Modal Lingkungan/alam
Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
Modal Finansial
Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal. Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
Modal Politik
Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas. Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
Modal Agama dan budaya
Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain. Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis. Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.
Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan. Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokohtokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya. - Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.