3.1.a.8. Koneksi Antar Materi

Boleh diklik tulisan yang warna MERAH terkait link materi tersebut😊

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yang telah dipelajari pada Modul 1.1 memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang   pemimpin, sebagaimana yang tengah kami pelajari pada modul 3.1 ini. Ing Ngarsa sung tuladha yang artinya di depan memberi contoh. Sebagai pemimpin pembelajaran, Guru harus dapat memberi contoh terhadap murid- muridnya, terhadap rekan kerja dan lingkungan masyarakat, sehingga keputusan yang diambil harus mencerminkan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat menjadi contoh yang baik atau teladan bagi murid, rekan Guru dan lingkungan masyarakat. Ing Madya mangun karsa yang artinya di tengah memberikan inspirasi bagi murid, rekan Guru dan lingkungan masyarakat. Dalam pengambilan keputusan pasti akan ada pertimbangan bahwa apakah keputusan yang diambil bisa menjadi inspirasi bagi murid, rekan Guru dan masyarakat? lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberikan dorongan. Sebagai pemimpin pembelajaran Guru dalam mengambil keputusan harus bisa mendorong murid, rekan kerja dan masyarakat kepada hal yang baik, yang bermanfaat buat kemajuan Pendidikan di Indonesia. 

Nilai-nilai  kebaikan yang tertanam dalam diri kita dan kita pegah teguh akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Misalnya nilai kebaikan universal yang saya pegang adalah nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, inspiratif dan selalu berbagi. Sehingga semua keputusan yang saya ambil harus sesuai dengan nilai kebaikan yang saya pegang, hal ini membuat keputusan yang saya ambil akan sesuai dengan kepribadian dan prinsip hidup saya. Jika keputusan yang kita ambil sesuai dengan prinsip hidup kita, maka keputusan itu akan kita laksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan penyelesaian. Karena pengambilan keputusan berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, terutama dalam pengambilan keputusan strategis, maka pengambilan keputusan memerlukan langkah-langkah yang berkaitan dengan prinsip-prinsip tertentu.  Salah satu faktor yang bisa sangat membantu dalam mengambil keputusan adalah keterampilan coaching.  Sebagai pendidik, guru harus mempunyai keterampilan coaching.  Selama proses pembelajaran, saya merasa dukungan fasilitator dalam  pengambilan keputusan ujian melalui kegiatan coaching sangat efektif untuk menambah pemahaman saya.  Beberapa contoh praktik coaching memberikan gambaran yang  dapat diterapkan di sekolah.  Keputusan yang diambil dengan teknik coaching didasarkan pada etika dan nilai-nilai yang sehat serta sejalan dengan visi dan misi sekolah untuk mendukung siswa dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah.  Pendekatan coaching didasarkan pada prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan merendahkan dan justru menenteramkan hati, memungkinkan. Coach mengidentifikasi permasalahan dan mengajukan pertanyaan yang mendalam kepada pihak yang dibina.  Demikian pula seorang Coachee yang merasa nyaman akan mampu mengomunikasikan hambatan-hambatan dan mencari solusi yang tepat.  Coach adalah pendengar yang baik dan dapat menjelaskan masalah melalui pertanyaan yang mendalam.  Coaching membantu  guru  mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa selama proses pembelajarannya. Sebagai pelatih yang baik, guru mengandalkan siswanya untuk berhasil menyelesaikan semua tugas dan tugas yang diberikan kepada mereka di sekolah.

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan mengenali aspek sosial emosional sangat mempengaruhi  pengambilan keputusan.  Segala keputusan harus didasarkan pada nilai-nilai yang sesuai dan peraturan yang ada, serta didasarkan pada sembilan langkah pengambilan keputusan.  Dengan menggunakan kedua landasan ini, kita dapat menganalisis  dilema etika dan keyakinan moral untuk membedakan keduanya.  Sensitivitas sosial dan emosional seseorang meningkatkan empati dan kasih sayang serta memungkinkan mereka untuk  mengenal orang lain. Rasa welas asih dan empati memungkinkan Anda merasakan apa yang dialami siswa Anda, memungkinkan Anda mengidentifikasi masalah dengan cerdas ketika keputusan perlu diambil. Dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran, guru bertindak berdasarkan kebutuhan siswanya. Dalam mengambil keputusan apapun, mahasiswa mempertimbangkan banyak hal yang mengarah pada nilai-nilai etika dan  kebajikan berdasarkan empat paradigma: individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Sehingga diperlukan, tiga prinsip: prinsip berbasis keuntungan, prinsip berbasis aturan, dan prinsip berbasis empati. serta 9 langkah, yang meliputi: .·       

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada permasalahan moral atau etika akan semakin mempertajam rasa empati dan empati pendidik.  Pendidik yang  terlatih memiliki empati dan kasih sayang. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan mampu mengenali dan memetakan paradigma dilema etika sehingga keputusannya sebagai pemimpin pembelajaran menjadi lebih bijaksana. Pedoman yang dihasilkan dari pengambilan keputusan masih mengenai penyelarasan dan pengutamaan kepentingan murid, sehingga ditemukan solusi yang tepat untuk setiap permasalahan yang muncul.  Pendidik yang dapat menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dan  mampu membedakan dengan tepat apakah permasalahan yang dihadapinya merupakan dilema etika atau bujukan moral. Ketika  pendidik dihadapkan pada kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambilnya, dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Apabila nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif, maka keputusan yang diambilnya adalah tepat, benar dan dapat dimengerti, begitu pula sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianutnya  tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan sebagainya, maka keputusan yang diambilnya pun lebih cenderung mengarah pada kebenaran menurut subyektifitas pribadinya. Selain itu, mendiskusikan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan keakuratan pengambilan keputusan pemimpin, sehingga memungkinkan pemimpin membedakan dengan jelas  antara dilema etika dan bujukan moral. Keputusan yang diambil juga akan lebih akurat, memenuhi kebutuhan murid, karena didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, serta akan menciptakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua pihak. 

Keputusan yang kita ambil secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran dan mempengaruhi kondisi sekolah.  Maka setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijaksana, harus dilandasi oleh nilai-nilai kebajikan, keteladanan, kehati-hatian dan tidak melanggar norma.  Berdasarkan hal tersebut, kami akan berusaha menciptakan lingkungan yang positif, mendukung, aman dan nyaman bagi murid untuk belajar dengan baik dan  mengembangkan keterampilannya.

Kesulitan yang dialami pada saat mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah

Pengambilan keputusan yang tepat harus di dasarkan pada kepentingan murid, artinya harus berpihak pada murid. Sehingga kepentingan murid harus lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi. Semua pengambilan keputusan dikembalikan lagi pada kebutuhan murid: apakah murid menyetujui, apakah berpihak pada murid, apakah lebih mengutamakan kepentingan murid, apakah membuat semua murid nyaman? apakah dapat mengoptimalkan potemnsi yang dimiliki oleh murid? semua pertanyaan itu dapat menjawab apakah keputusan yang diambil berpihak pada murid atau tidak. Namun demikian, apabila keputusan yang diambil menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan maka dapat dipertangyngjawabkan bahwa keputusan tersebut akan berpihak pada murid.

Keputusan yang diambil pemimpin pembelajaran, dalam hal ini guru,  pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan masa depan murid. Oleh karena itu keputusan yang diambil oleh guru tersebut haruslah selalu berpihak pada murid, dengan harapan dapat mengoptimalkan potensi murid di masa depan. Dengan demikian keputusan yang berpihak pada murid menjadi sangat bermanfaat dan berpengaruh terhadap masa depan murid. Begitu pula keputusan yang dapat membuat murid dapat mengetahui bakat minatnya sehingga murid dapat mandiri dengan kehidupan masa depannya.

Kesimpulan setelah pembelajaran modul 3.1 adalah bahwa pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal merupakan hal sangat penting  yang harus dikuasai oleh setiap Guru,  karena jika dimplemantiskan dengan tepat, maka akn dirasakan dampaknya sangat bermanfaat, baik untuk Guru, rekan sejawat yang lain, peserta didik maupun lingkungan masyarakat. Pada saat kita mengalami dilema etika, kita harus memilih salah satu diantara 2 hal yang baik dan benar, maka kita harus memahami paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan dengan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Setalah kita mengambil keputusan, kita akan uji keputusan tersebut dengan praktik Coaching model TIRTA. Demikian juga kita harus dapat mempraktikkan pembelajaran Sosial dan Emosional sehingga keputusan yang diambil dapat bermanfaat untuk semua murid, rekan guru dan masyarakat. Semua proses dan langkah tersebut dapat dilakukan karena kita memegang prinsipdan nilai kebajikan, mengikuti filosofi Ki Hajar Dewantara, pembelajaran yang berpihak pada murid dengan 3 semboyan Ki Hajar Dewantara yang menjadi pedoman Guru menjadi pemimpin pembelajaran. 

Pemahaman saya tentang materi dalam Modul 3.1 ini memberikan pengetahuan dan membuka wawasan baru terkait bagaimana pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Pola pembelajaran dengan alur M-E-R-D-E-K-A juga sangat membantu dalam memahami materi ini. Hal-hal yang di luar dugaan lebih disebabkan karena keputusan dalam kasus dilemma etika merupakan masalah yang sama-sama benar. Sehingga kadang-kadang ketika terjadi polemik diantara pihak yang terlibat, lebih disebabkan karena perbedaan perspektif (sudut pandang) dan interest (kepentingan). Oleh karena itu, sesuai tahap ke-9, setelah keputusan dibuat perlu adanya monitoring, evaluasi dan selalu koordinasi sesame pihak yang terlibat.  

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema. Perbedaanya pada saat itu saya belum mengetahui kasus yang terjadi pada waktu itu termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Yang saya tahu, keputusan harus diambil demi kepentingan murid yang lebih banyak. Sehinggan belum mengetahui paradigma dan prinsip apa yang saya gunakan pada saat itu serta langkah-langkah yang benar pada saat pengambilan keputusan.

Setelah saya mempelajari modul ini, dampaknya saya mampu membedakan setiap kasus yang saya hadapi termasuk bagian dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya saya juga mengetahui paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip serta langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Brebes, 12/02/2024