๐ ๐ข๐ฌ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฉ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ๐ข๐ฏ ๐ช๐ฏ๐ช ๐จ๐ธ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ถ๐ฑ๐ฅ๐ข๐ต๐ฆ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ช ๐ฉ๐ข๐ญ-๐ฉ๐ข๐ญ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐จ๐ธ, ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐ด๐ฐ๐ด๐ช๐ข๐ญ, ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฐ๐ถ๐ณ ๐ญ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ช๐ฏ๐จ, ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ฆ ๐ฌ๐ฆ ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ณ๐ช๐ฃ๐ข๐ฅ๐ช ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ต๐ฆ๐ฌ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฌ ๐ญ๐ข๐ช๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ฆ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฏ๐จ๐จ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ช๐ฏ๐จ, ๐ด๐ฐ ๐ฃ๐ถ๐ข๐ต ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ฐ๐บ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ค๐ฆ๐ณ๐ช๐ต๐ข, ๐ญ๐ฆ๐ต'๐ด ๐ค๐ฉ๐ฆ๐ค๐ฌ ๐ช๐ต ๐ฐ๐ถ๐ต ๐บ๐ข๐ข
Walao'eh....itulah kata yang sering di ucapkan oleh Singaporean, sebenernya kalau di artikan harafiah artinya adalah my father (wa lao, eh nya cuman tambahan doank, biar berasa kriuk ada akhirannya), kalau dalam bahasa inggrisnya adalah OMG gitu deh kurang lebih, kalau Indonesianya mah 'wuaduuuhhh'. Eh kok jadi bahas bahasa singapore sih, kan kita mah bahas pandemi ya. Okeh back to topic.
Siapa sih yang nyangka pandemi ini bakal berlangsung selama ini? Gw masih inget waktu terakhir kali bawa tour di bulan Februari 2020 ke Russia, setelah itu gak berapa lama kemudian terjadi lockdown dan PSBB di Indonesia, bahkan waktu itu gw masih menganggap sepele...ah palingan cuman sampe tengah tahun paling lama...eh ternyata bablas sampe sekarang yang sudah bulan November 2020. Banyak kabar duka dari orang yang kita kasihi, tanpa mengurangi rasa respect terhadap mereka, namun kehidupan kita harus tetap terus di jalankan dan terus berusaha beraktifitas. Kalau gw sendiri sebenernya bersyukur ada pandemi ini, eit jangan salah ya, gw bukan seneng ada pandemi, tapi gw lebih memilih untuk melihat segi positifnya yang terjadi akibat pandemi ini, contohnya: gw bisa buat website gw sendiri, gw bisa belajar bahasa asing, gw bisa ikut kursus dan ambil sertifikat sana sini. Memang gw sedih sekali karena harusnya tahun ini gw sudah keliling di New Zealand, Iceland, Jepang, dan negara-negara lainnya, tapi yang sudah confirm di 3 negara tersebut yang awalnya di re-schedule dan berakhir di refund karena ketidakjelasan kapan pandemi ini berakhir, namun kalau cuman bersedih dan menunggu doank, ngga bakal bawa kita kemana-mana kan yah genks, so mari kita move on, jangan terpuruk dalam kesedihan berlarut-larut, karena ngga ada guna nya, jangan lupa tetap berdoa supaya pandemi ini cepat berlalu dan kita bisa beraktifitas seperti normal kembali dan pergi jalan-jala...sama Travelmator of course ^^.
Nah gw bukan mau ngebahas masalah hukum...karena gw juga bukan lulusan per-hukuman, gw hanyalah lulusan orang yg sering di hukum waktu di sekolah dulu haha. Jadi begini maksud judulnya adalah dengan menyewa/mempekerjakan tour leader itu sebenernya sama seperti kita menyewa/menghire seorang pengacara? Lho kenapa begitu? Coba misalnya kalian pilih dibawah ini:
Pengacara A adalah pengacara yang tergabung dalam asosiasi pengacara PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia)
Pengacara B adalah pengacara biasa yang tidak tergabung dalam asosiasi PERADI
mana yang kalian pilih? Tentunya Pengacara A bukan? simple alasannya rasa aman karena mengetahui bahwa Pengacara tersebut merupakan anggota di dalam asosiasi/perhimpunan Advokat sedangkan yang pengacara B tidak. Begitu juga dengan Tour Leader, sangatlah penting untuk tergabung ke dalam Asosiasi Tour Leader (ITLA) supaya dapat memberikan rasa aman tersebut ke peserta kalian.
Analogi lain adalah ketika kalian mau meng-hire suster atau asisten rumah tangga alias mbak, pasti kalian akan mencari melalui yayasan kan ketimbang orang yang ditemui di jalan? Alasannya sama, rasa aman karena kalau sampai terjadi apa2, maka ada sebuah lembaga yang bisa diajak untuk berdiskusi/mediasi.
Ini masalah classic banget nih, banyak yg masih bingung apa bedanya Tour Leader dengan Tour guide. Kalau dilihat dari Job desc, Tour Guide adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan suatu lokasi/situs/tempat wisata, sedangkan job desc dari seorang tour leader adalah lebih ke arah managing peserta tour dan time keeper. Tapi bukan berarti tour leader tidak perlu tau sejarah atau lokasi suatu tempat ya, walaupun ini bukan menjadi job desc utama kalian, tapi kalau kalian bisa tau, maka akan menjadi nilai tambah untuk kalian dan peserta pasti akan seneng kepada kalian, 'n bisa ada kemungkinan untuk pergi bareng lagi lho, makanya Tour Leader juga harus belajar mengenai sejarah ato informasi suatu tempat, jangan cuman bermodalkan wikipedia atau lonely planet saja, peserta jaman sekarang sudah banyak yg pintar2 dan mereka bisa buka sendiri info dari wikipedia tersebut, atau bahkan ada yang dulunya pernah sekolah atau tinggal di negara tersebut lebih lama daripada kalian bawa tour.
Secara hierarki, pangkatan tour leader lebih tinggi dibandingkan dengan tour guide, namun gw lebih suka untuk berkolaborasi ketimbang dengan jadi bossy menyuruh sana sini. Karena kita sama2 suatu team dalam membawa tour dengan tujuan/goal yang sama, sehingga kita harus bersynergy bersama2.
Jadi gw agak lupa kejadiannya di tahun berapa, sepertinya sih sekitar tahun 1996-1999, disitu gw pergi keluar negeri bersama dengan keluarga gw, kemudian singkat cerita, Tour Leadernya pendiem banget, ngobrol juga ngga, ditanya ini itu cuman senyum aja, untung ada local tour guidenya yang bawel. Skip-skip, sampai di akhir perjalanan setibanya di bandara kedatangan di tanah air Indonesia tercinta, gw lagi nunggu mobil jemputan dan ternyata si tour leader itu juga lagi nunggu jemputan, karena agak lama, jadi gw ajak ngobrol aja, gw kaget...ternyata dia bisa ngomong wkwk, abisnya selama ini diem aja, lalu setelah ngobrol agak panjang dan suasana menjadi sedikit akrab, namun tidak baper (krn dia lelaki), gw bertanya, "udah berapa lama jadi tour leader mas?" dan jawabannya bikin gw terkejood (pake D), dia bilang dia baru pertama kali bawa tour, ya sebenernya sih kalau sekarang, dipikir-pikir masuk akal dan nga ada salahnya juga sih kalo tour leader baru pertama kali bawa tour, kan ada istilah "there's always first time for everything" , nah kemudian gw menanyakan kembali pertanyaan yg lazim ditanya..."emangnya sebelumnya kerja apa?" setelah itu jawabannya dia bikin gw bukan terkejood lagi tetapi ter-heran-heran, karena dia menjawab "Saya OB"...sebenernya ketika dia jawab itu perasaan gw campur aduk antara amazing kagum dengan bengong...amazing kagumnya karena hebat kali ini orang...dari OB bisa jadi tour leader...bengong karena dia menjawab sekarang pun masih jadi OB, saya disuruh kantor untuk jadi tour leader dadakan katanya. Aseli, gw diem dan kayanya mulut gw nganga terbuka sekitar 1-2 detik-an...untungnya ngga ada lalet yang masuk pada waktu itu.
Nah intinya tidak ada percakapan lagi setelah itu, gw jg ngga contact2an sama dia sampai artikel ini dibuat, dan gw jg ngga tau apakah dia kemana dan jadi apa skrg, namun ketika gw mendalami profesi ini, memang betul bahwa profesi ini bisa di lakukan oleh siapa saja, mau part-timer atau full-timer, mau kerjaan sambilan kek ato apapun itu, tetapi yang mau gw tekankan disini adalah apabila kalian pemilik tour & travel, tolong jangan menggunakan skenario ini, memakai orang dadakan untuk menjadi tour leader, kenapa? karena tour leader adalah ujung tombak dari keberhasilan sebuah trip, ibarat berperang, apakah kalian mau menggunakan ujung tombak yang lembek kaya squishy?
Setelah berdiskusi dengan para senior Tour Leader, ternyata memang pernah ada kejadian suatu waktu dimana demand orang berpergian sangat tinggi dan supply stok tour leader terbatas sekali, jadi mau ngga mau dipakailah cara ini, menggunakan orang yang bukan profesinya di sulap dalam semalam menjadi seorang tour leader
Nah ini nih gw pernah di tanya sama orang dulu dengan pertanyaan serupa dengan judul..."Buat apa pake tour Leader?"
Lalu gw menemukan jawabannya ketika gw sedang makan nasi goreng spesial pake telor...yah sebenernya ngga ada hubungannya sih antara nasi gorengnya dengan tour leader, tapi ilham jawaban ketika gw memakan nasi goreng itu muncul secara tiba2. Jadi begini ceritanya, ketika kita makan di suatu restoran, tentunya ada yang beberapa karyawan sesuai dengan job descnya masing2, contohnya adalah:
kasir, Ini adalah orang yang ngitung-ngitung semua menu yang sudah kita pesan
waiter, job descnya adalah untuk mencatat pesanan dari pelanggan
chef, nah ini juru masaknya nih, orderan kita di proses oleh orang ini
server, yang ini tugasnya adalah menyajikan menu yang sudah sesuai dengan pesanan kita tadi
Kalau kalian lihat contoh di atas, apabila Anda seorang pemilik usaha restoran, apakah mungkin Anda melakukan semuanya sendirian? Mungkin saja jawabannya, namun Anda bukan superman yang bisa terus-terusan bekerja seperti robot menghandle semua. Contoh lainnya adalah pabrik mobil, ada orang-orang yang mempunyai tugas job descnya masing-masing, malahan lebih spesifik per parts, seperti pasang pintu, pasang ban, dan lain-lain.
Nah kira-kira begitulah analogi kenapa kita harus pakai Tour Leader seperti Travelmator.
Sesuai judulnya lah, untuk beberapa orang masih menganggap bahwa sertifikat itu hanyalah secarik kertas yang bisa di tulis kapan saja. Yah memang kalau di lihat dari fisiknya, sertifikat memanglah hanya selembar kertas atau bahkan sekarang sudah digital dikirim by email saja. Namun yang perlu diperhatikan adalah bukan fisik dari sertifikat itu, melainkan adalah ilmu yang sudah dibagikan sebelum sertifikat itu diterima. Seorang Tour Leader bisa saja bilang bahwa dirinya sudah berpengalaman berpuluh2 tahun lamanya, namun pembuktiannya apa? Experience/pengalaman itu memang penting, namun pengalaman hanyalah berupa sesuatu yang abstrak tidak ada wujudnya, wujud fisik dari pengalaman tersebut adalah Sertifikat.
Ini ada sebuah analogi sederhana, ketika Anda sedang sakit, apa yang Anda pikirkan? Tentu saja ada beberapa opsi, namun mayoritas orang berpikir adalah ke dokter (tergantung penyakitnya), nah sekarang apabila Anda mau ke Dokter, mana yang Anda pilih, Dokter yang berpengalaman dan punya SERTIFIKAT (lulusan kedokteran) atau Dokter yang (NGAKU nya) sudah berpengalaman tapi tidak jelas apakah lulusan dokter dan tidak ada ijazah/sertifikat dokternya. Yah tentunya sebagai orang waras dan normal, pasti akan memilih Dokter yang berpengalaman dan BERSERTIFIKAT donk yah.
Begitulah kira-kira kenapa seorang Tour Leader apalagi yang Freelance harus punya sertifikat seperti Travelmator.
Banyak yang tanya atau bingung, sebenernya kriteria apa sih yang seharusnya dimiliki oleh seorang Tour Leader?
Nah disini gw coba kasih beberapa kriterianya ya:
Punya Passion di traveling dan services
Ini penting banget, kalau Tour Leader ngga suka travel atau lebih suka rebahan di kamar, kayanya ngga cocok deh buat jadi TL. Dan harus punya jiwa to serve (melayani), karena seorang tour leader memang kerjanya melayani para peserta, please jangan diambil mentah-mentah ya dan jangan jadi kaum garis keras, kata melayani ini definisinya banyak, kalian sudah pada dewasa jadi tau sendiri batasannya, bukan berarti disuruh ini itu mau.
Bisa bahasa asing
Well, ini juga penting, minimal bisa bahasa inggris, kalau bisa bahasa asing lainnya lebih bagus lagi, karena kita berkunjung ke negeri orang yang notabene sudah pasti mayoritas atau hampir semuanya tidak bisa berbahasa indonesia, terkecuali para pedagang/shop tertentu yang memang sudah biasa didatangi oleh turis Indonesia, karena turis dari Indo termasuk ke dalam salah satu turis dari negara yang dikenal loyal dalam spending, jadi mereka belajar bahasanya juga.
Murah senyum
Tour Leader mungkin bukan orang yang sempurna, pasti ada aja kesalahan-kesalahan yang terjadi baik di sengaja ataupun tidak disengaja, namun semuanya itu bisa di minimalisir dengan senyuman, kalau TL nya aja jutek dan tidak pernah senyum, bagaimana turis/peserta bisa nyaman ikut dalam tour nya, malah dikira camp militer.
Cekatan dan Fleksible
Seorang TL harus selalu inisiatif dalam menghandle situasi, akan ada banyak sekali un-expected problems yang terjadi selama tour yang tidak pernah di pelajari dalam teori, itulah mengapa TL yang berpengalaman sangat dicari dan dihargai baik oleh peserta maupun oleh Tour Operator dan rekan-rekan lainnya. Seorang TL harus mudah beradaptasi terhadap situasi yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya, tidak boleh lama dalam mengambil pilihan namun juga tidak boleh gegabah dalam membuat keputusan. Goalnya adalah membuat perjalanan tetap aman dan para peserta nyaman dan happy ikut bersama kalian.
Grooming
Ini ngga kalah penting nih, seorang TL baik itu pria atau wanita, harus banget memperhatikan penampilan, biar ngga ganteng ato ngga cantik, yg penting enak dilihat, ngga urakan bikin mata peserta sakit buat liatnya. Mohon banget memperhatikan pakaian, rambut, dan yg pasti adalah bau badan, jangan sampe peserta ngga mau deket Tour Leader karena BB.
Sekian beberapa kriteria standard yang harus dimiliki oleh seorang Tour Leader, apabila kalian memiliki kriteria lebih secara khusus dan spesifik, well, it's good for you.