Apa itu Travelmator?

Mungkin kebanyakan dari Anda bingung dengan istilah Travelmator, apa sih artinya?
Istilah Travelmator sendiri berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua suku kata, Travel dan Mator (Travel-Mate-or), yaitu orang yang punya pekerjaan untuk menjadi Travel Mate (teman perjalanan). Kenapa saya menyebut diri saya seorang Travel Mate bukan Tour Leader seperti kebanyakan orang? Karena setiap kali bepergian, saya selalu menjadi akrab dengan tamu/client saya, oleh sebab itu saya menyebutnya
mate (sahabat), dan persahabatan ini biasanya tidak hanya sampai pada trip tersebut saja, banyak sekali tamu/client saya yang pada awalnya adalah seorang yang asing, namun sekarang menjadi akrab bahkan setelah trip berakhir sekalipun. Tidak sedikit yang sudah pernah pergi kemudian pergi lagi ke destinasi lainnya bersama saya.

Sejarah Travelmator

Hobi saya adalah jalan-jalan, dari jalan ke Ind*maret, ke mall, sampai luar kota dan akhirnya luar negeri. Berawal pada tahun 2008 ketika saya bekerja sebagai professional pada suatu perusahaan di bilangan Jakarta Selatan, saya mengawali karir saya sebagai seorang IT karena saya lulusan IT, kalau sudah lulus setelah itu ngga kerja sesuai dengan jurusannya, berasa kualat sama ortu, karena waktu kuliah S1 masih di biayain sama ortu pada tahun 2003-2007. Pada 2008 ketika saya bekerja, saya merasa sangat tidak cocok berada pada suatu cubicle kecil, saya merasa sangatlah terkekang, maklum zodiac nya Aries, ngga suka di kekang, jadi saya memutuskan untuk menggunakan gaji saya yang tidak seberapa, yang untungnya pada waktu itu masih nebeng di rumah ortu, dan jomblo juga, sehingga ngga punya tanggungan atau kewajiban, jadi gajinya saya pakai untuk jalan-jalan ke luar negeri sendiri. Pada waktu itu ke negara yang katanya sangat aman dan banyak orang Indonesia yang kesana dan kembali lagi dengan selamat, yaitu Singapore, maklum, baru nyobain jalan-jalan pergi sendiri pake paspor pada waktu itu, sebelumnya sih kalau ke luar negeri pasti ikutan tur dan dibiayain sama ortu.

Long short story, yang tadinya merasa tidak cocok kerja di cubicle kecil itu, akhirnya dengan beban dan kewajiban sana sini, tiba-tiba sudah 7 tahun saya bekerja di industri tersebut. Pada tahun 2015 saya memutuskan untuk resign dan memulai menghidupi passion saya, yaitu travelling. Saya mulai mengontact teman-teman, kolega, dan keluarga, menceritakan kepada mereka bahwa saya sekarang sudah menjadi Freelancer Tour Leader, beberapa ada yang julid menertawakan saya, namun tidak sedikit juga yang memberikan saya semangat untuk terus berusaha. Di tahun 2015 tersebut saya bersyukur sekali ada teman yang mau mengunakan jasa saya untuk melakukan trip ke Hong Kong, yang sayapun juga belum pernah kesana sebelumnya pada waktu itu. Bermodalkan offline map yang di install di smartphone dengan RAM yang sangat kecil, akhirnya saya berhasil membawa grup pertama saya. Dan setelahnya mereka memperkenalkan saya kepada keluarga, kolega, juga kepada teman-temannya lagi sehingga di tahun 2015 saya berhasil survive dengan penghasilan non-kantoran dengan berkeliling dunia, walaupun hanya bawa tour 5 kali di tahun tersebut.

Di tahun 2016 baru mulailah saya mengembangkan karir dengan menjadi freelance di sebuah tour & travel open trip, pada waktu itu ownernya masih perorangan belum jadi PT, saya membawa trip dengan lebih professional ke Jepang pada waktu tersebut, kenapa Jepang? karena saya bilang kepada ownernya bahwa saya bisa bahasa Jepang (sedikit-sedikit) walaupun cuman belajar otodidak dan dari film saja (film anime maksudnya :p)

Berlanjut di tahun 2016-2019 saya cukup banyak membawa tur dari Group Series, Private tour yang hanya 5 orang, sampai ke Incentive tour 30 orang, sungguh sangat bersyukur sekali dan suatu pengalaman yang tidak bisa dinilai dengan uang, karena saya bekerja sesuai dengan passion saya.

Sampailah pada tahun 2020, sebelum negara api coronce menyerang, saya sempat membawa tur ke Russia di bulan Februari 2020 untuk melihat Aurora, untungnya dapet, soalnya setelah itu Russia lockdown dan grup saya semua sudah pulang dengan selamat tanpa karantina. Semua jadwal dan rencana yang sudah saya rencanakan di tahun 2020 ini ambyaar sama seperti suasana hati ini juga, eh kok malah curcol. Jadwal perjalanan saya ke New Zealand dan Iceland pun di-reschedule sampai dengan batas waktu yang tidak jelas dan pada akhirnya semua pada memutuskan untuk refund. Namun saya tetap bersikap positive dan mulai mengambil kursus dan pelatihan untuk meningkatkan skill saya selama masa pandemi ini.

Saya sangat optimis bahwa kita semua bisa survive dan pandemi ini segera berakhir, banyak sekali teman-teman dan kolega saya yang kehilangan pekerjaannya karena COVID-19 ini, banyak teman-teman di industri pariwisata pada umumnya, terkena pukulan paling telak, terutama perhotelan dan tour&travel, namun kita harus tetap positive thinking dan optimis, dengan begitu, immune tubuh kita akan terjaga dan tetaplah mengikuti anjuran peraturan pemerintah untuk selalu physical distancing dan menggunakan masker dimanapun kita semua berada, supaya nanti secepatnya ketika vaksin sudah dibagikan, kita bisa dengan bebas beraktifitas normal seperti sedia kala dan travel lagi bersama saya.