SEJARAH TEMBAGA DAN PERKEMBANGANNYA
Tembaga adalah sebuah unsur kimia dengan lambang Cu (dari bahasa Latin: cuprum) dan nomor atom 29. Ia adalah logam yang lunak, mudah ditempa, dan ulet dengan konduktivitas termal dan listrik yang sangat tinggi. Permukaan tembaga murni yang baru diekspos memiliki warna oranye merah muda. Tembaga digunakan sebagai konduktor panas dan listrik, sebagai building material, bahan bangunan, dan sebagai konstituen dari berbagai paduan logam, seperti perak sterling yang digunakan dalam perhiasan, kupronikel yang digunakan untuk membuat perangkat keras laut dan koin, serta konstantan yang digunakan dalam pengukur regangan dan termokopel untuk pengukuran suhu.
Tembaga adalah salah satu dari sedikit logam yang dapat terjadi di alam dalam bentuk logam yang dapat digunakan secara langsung (logam asli). Hal ini menyebabkan penggunaan tembaga oleh manusia sangat awal di beberapa daerah, dari ca 8000 SM. Ribuan tahun kemudian, ia adalah logam pertama yang dilebur dari bijih sulfida, ca 5000 SM; logam pertama yang dicetak menjadi sebuah bentuk dalam cetakan, ca 4000 SM; dan logam pertama yang sengaja dipadukan dengan logam lain, timah, untuk membuat perunggu, ca 500 SM.
Pada zaman Romawi, tembaga ditambang terutama di Siprus, yang menjadi asal nama logam ini, dari aes cyprium (logam Siprus), kemudian berubah menjadi cuprum (bahasa Latin). Coper (bahasa Inggris Kuno) dan copper (bahasa Inggris) berasal dari kata tersebut, dan ejaan selanjutnya pertama kali digunakan sekitar tahun 1530.
Senyawa yang biasa ditemui adalah garam tembaga(II), yang sering memberi warna biru atau hijau pada mineral seperti azurit, malasit, dan pirus, dan telah digunakan secara luas dan historis sebagai pigmen.
Tembaga yang digunakan dalam bangunan, biasanya untuk atap, teroksidasi membentuk patina hijau dari senyawa yang disebut verdigris. Tembaga kadang-kadang digunakan dalam seni dekoratif, baik dalam bentuk logam elemental maupun dalam senyawa sebagai pigmen. Senyawa tembaga digunakan sebagai agen bakteriostatik, fungisida, dan pengawet kayu.
Tembaga sangat penting untuk semua organisme hidup sebagai mineral diet karena ia merupakan konstituen kunci dari sitokrom c oksidase. Pada moluska dan krustasea, tembaga merupakan konstituen dari pigmen hemosianin darah, digantikan oleh hemoglobin kompleks besi pada ikan dan vertebrata lainnya. Pada manusia, tembaga ditemukan terutama di hati, otot, dan tulang.[7] Tubuh orang dewasa mengandung antara 1,4 dan 2,1 mg tembaga per kilogram berat badan.
Tembaga memiliki sejumlah sifat fisik yang khas, antara lain:
Warna: Tembaga berwarna merah jingga yang khas.
Kelunakan: Tembaga adalah logam yang lunak dan mudah ditempa, sehingga dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk seperti pipa dan kawat.
Konduktivitas: Tembaga merupakan konduktor listrik dan panas yang sangat baik, kedua setelah perak.
Titik Leleh dan Didih: Titik leleh tembaga adalah 1.084,62 °C dan titik didihnya 2.562 °C12.
Kepadatan: Tembaga memiliki kepadatan sekitar 8,96 g/cm³ pada suhu kamar3.
Sifat kimia tembaga mencakup:
Reaktivitas: Tembaga relatif tidak reaktif dan tahan terhadap korosi. Di udara lembab, permukaan tembaga dapat membentuk lapisan hijau dari tembaga karbonat basa (Cu(OH)₂CO₃) 12.
Reaksi dengan Oksigen: Pada suhu sekitar 300 °C, tembaga bereaksi dengan oksigen membentuk tembaga(II) oksida (CuO) yang berwarna hitam. Pada suhu lebih tinggi, terbentuk tembaga(I) oksida (Cu₂O) yang berwarna merah12.
Larutan dalam Asam: Tembaga tidak bereaksi dengan air atau asam encer tetapi dapat larut dalam asam pekat seperti HCl dan H₂SO₄12.
Reaksi dengan Amonia: Tembaga larut dalam amonia membentuk kompleks Cu(NH₃)₄⁺ yang berwarna biru12.
Reaksi dengan Belerang dan Halogen: Tembaga dapat bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida serta bereaksi dengan halogen untuk membentuk senyawa halida
Proses pembuatan tembaga umumnya melibatkan beberapa tahap:
Penambangan: Tembaga diperoleh dari bijih tembaga, seperti chalcopyrite (CuFeS₂).
Pengolahan Bijih: Bijih dihancurkan dan dihaluskan, kemudian dilakukan proses flotasi untuk memisahkan tembaga dari mineral lain.
Pelelehan: Konsentrat tembaga dilelehkan dalam furnace untuk menghilangkan sulfur dan unsur lainnya, menghasilkan matte tembaga.
Pemurnian: Matte kemudian dimurnikan melalui proses pemisahan elektrolitik untuk menghasilkan tembaga murni.
Rumus kimia untuk tembaga adalah Cu, yang menunjukkan bahwa ia adalah unsur tunggal.
Tembaga memiliki dampak positif dan negatif:
Dampak Positif:
Penting untuk kesehatan manusia dalam jumlah kecil sebagai nutrisi.
Digunakan dalam berbagai aplikasi industri yang meningkatkan efisiensi energi.
Dampak Negatif:
Pencemaran lingkungan akibat limbah industri dapat menyebabkan akumulasi tembaga di perairan, mengganggu ekosistem akuatik.
Keracunan akibat paparan tembaga dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan hewan