Kromium adalah unsur kimia dengan lambang Cr dan nomor atom 24. Ia adalah unsur pertama dalam golongan 6. Ia adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, berkilau, keras dan rapuh yang memerlukan pemolesan tinggi, tahan pengusaman, dan memiliki titik lebur tinggi. Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah pada batuan, hewan, tanah, debu, juga gas. Logam Cr murni tidak pernah ditemukan di alam, logam ini seiring ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur yang lain.
Nomor Atom : 24
Nomor Massa : 52
Konfigurasi Elektron : [Ar] 4s13d5
Golongan : VIB
Periode : 4
Kelimpahan : Kromium (Cr) adalah unsur paling melimpah ke-22 di kerak bumi 0,014% dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa kromium ditemukan di lingkungan dari erosi batuan yang mengandung kromium, dan dapat disebarluaskan oleh letusan gunung berapi.
SEJARAH UNSUR KROMIUM (Cr)
Penemuan dan Identifikasi
1797: Louis Nicolas Vauquelin menerima sampel bijih crocoite (PbCrO₄) dan menemukan unsur baru, yang dinamakan kromium dari kata Yunani "kroma" yang berarti warna.
1798: Vauquelin berhasil mengisolasi kromium dengan memanaskan oksidanya dalam oven arang. Ia juga mendeteksi jejak kromium dalam permata seperti ruby dan emerald.
Pengembangan dan Sumber
Awal Abad ke-19: Kromium mulai digunakan sebagai pigmen cat, terutama dari crocoite yang menghasilkan warna kuning cerah.
1827: Tyson Ishak menemukan cadangan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland, menjadikannya sumber utama kromium di Amerika Serikat.
1848: Deposit kromit ditemukan di Bursa, Turki, menjadi sumber utama setelah cadangan Maryland menipis sekitar tahun 1860.
Aplikasi Industri
1820: Kalium dikromat diperkenalkan sebagai mordan dalam industri pencelupan.
1884: Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara komersial.
1865: Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja diberikan, tetapi produksi besar-besaran baru dimulai pada awal 1900-an dengan pengembangan ferrokromium.
Inovasi dan Kegunaan Modern
Awal 1900-an: Penemuan baja stainless steel memanfaatkan sifat kromium untuk meningkatkan ketahanan korosi.
Kelimpahan di Alam
Mineral Utama :
Kromit (FeCr₂O₄) : Mineral utama dan sumber utama kromium, merupakan oksida besi-kromium yang banyak ditemukan di deposit bijih.
Crocoite (PbCrO₄) : Senyawa kromium yang digunakan sebagai pigmen, dikenal karena warna cerahnya.
Bulan Kromit : Terdapat dalam bentuk gumpalan atau butiran, sering digunakan untuk aplikasi tahan api dan dalam produksi ferrokrom.
Lokasi Utama :
Afrika Selatan: Memproduksi sekitar 48% dari total bijih kromit global, dengan cadangan signifikan di daerah timur laut.
Kazakhstan: Menyumbang sekitar 13% dari produksi dunia, dengan deposit yang melimpah.
Turki: Memproduksi sekitar 11% dari total, dikenal karena cadangan kromit yang besar.
India: Menyediakan sekitar 10% dari produksi global, dengan beberapa tambang aktif.
Rusia: Juga merupakan produsen substansial, meskipun tidak sebesar negara-negara di atas.
Dalam Air :
Konsentrasi di Air Sumur : Di Dusun Banyakan, Yogyakarta, kadar kromium dalam air sumur tercatat sekitar 0,0007 mg/L, yang masih dalam batas aman untuk konsumsi (maksimum 0,05 mg/L).
Sungai Opak : Penelitian menunjukkan kadar kromium bervariasi antara 0,08 mg/L hingga 0,55 mg/L di beberapa titik sampling, dengan beberapa lokasi melebihi baku mutu.
Limbah Cair : Pada industri elektroplating, kadar kromium dalam limbah cair dapat mencapai 3,5 mg/L, sedangkan kadar di air sungai sekitar lokasi industri berkisar antara 0,157 mg/L hingga 0,219 mg/L, semua angka ini melebihi batas maksimum yang ditetapkan 4.
Pengaruh Pencemaran : Kromium sering kali terakumulasi akibat limbah industri, terutama dari industri penyamakan kulit, yang menyebabkan peningkatan kadar kromium di perairan.
Dalam Organisme Hidup :
Kromium Trivalen (Cr(III)): Dikenal sebagai mikronutrien penting, diperlukan dalam jumlah kecil untuk metabolisme karbohidrat dan lemak. Kekurangan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan metabolisme gula.
Kromium Heksavalen (Cr(VI)): Merupakan bentuk yang sangat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan genetik serta kanker. Paparan jangka panjang dapat mengganggu fungsi sistem imun dan menyebabkan berbagai penyakit.
Akumulasi dalam Tanaman: Tanaman dapat menyerap kromium dari tanah, terutama dalam bentuk Cr(III). Namun, peningkatan konsentrasi kromium di tanah dapat menyebabkan akumulasi berbahaya di tanaman, yang berpotensi masuk ke rantai makanan.
Pengaruh pada Ikan: Kromium heksavalen dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian yang menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi Cr(VI) dapat mengurangi kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) secara signifikan.
Sifat Fisik
Fase pada STS (0 °C dan 101,325 kPa) padat
Warna perak berkilau
Kekerasan pada skala kekerasan Mohs, logam kromium memiliki nilai sekitar 8,5
Titik lebur 2180 K (1907 °C, 3465 °F)
Titik didih 2944 K (2671 °C, 4840 °F)
Kepadatan mendekati s.k. 7,15 g/cm3
Saat cair, pada t.l. 6,3 g/cm3
Kalor peleburan 21,0 kJ/mol
Kalor penguapan 347 kJ/mol
Kapasitas kalor molar 23,35 J/(mol·K)
Konduktivitas listrik kromium sekitar 6,7 × 10⁶ S/m
Sifat Kimia
Reaksi Dengan Asam
Saat kromium bereaksi dengan asam sulfat (H₂SO₄), reaksi yang terjadi menghasilkan larutan kromium(III) sulfat dan gas hidrogen. Persamaan reaksi yang dapat dituliskan adalah:
Sifat Oksidator
Saat kromium bereaksi sebagai sifat oksidator, terutama dalam bentuk kromium(VI), ia dapat mengoksidasi berbagai senyawa. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai reaksi ini:
Kromat dan Dikromat : Ion kromat (CrO₄²⁻) dan dikromat (Cr₂O₇²⁻) adalah bentuk kromium(VI) yang bertindak sebagai oksidator kuat, terutama dalam larutan asam. Mereka dapat mereduksi diri menjadi ion kromium(III) (Cr³⁺) dengan menghilangkan tiga elektron.
Reaksi Redoks :
Cara Pembuatan Kromium
1.Sumber Bijih
Bijih Kromit: Kromium umumnya diperoleh dari bijih kromit (FeCr₂O₄).
2. Oksidasi Bijih
Proses Oksidasi: Bijih kromit dioksidasi dengan udara dalam larutan alkali untuk menghasilkan natrium kromat (Na₂CrO₄).
3. Konversi ke Kromium(III)
Reaksi Asam: Natrium kromat dapat diolah dengan asam sulfat (H₂SO₄) untuk menghasilkan kromium trioksida (CrO₃)
Bijih Kromit: Kromium umumnya diperoleh dari bijih kromit (FeCr₂O₄).
2. Oksidasi Bijih
Proses Oksidasi: Bijih kromit dioksidasi dengan udara dalam larutan alkali untuk menghasilkan natrium kromat (Na₂CrO₄).
3. Konversi ke Kromium(III)
Reaksi Asam: Natrium kromat dapat diolah dengan asam sulfat (H₂SO₄) untuk menghasilkan kromium trioksida (CrO₃).
4. Reduksi Kromium(III) Oksida
Proses Goldschmidt: Kromium(III) oksida (Cr₂O₃) direduksi menggunakan aluminium (Al) dalam proses Goldschmidt:
5. Proses Elektroplating
Elektroplating: Kromium juga dapat dihasilkan melalui proses elektroplating, di mana Cr₂O₃ dilarutkan dalam asam sulfat untuk membuat elektrolit.
6. Produksi Tahunan
Skala Produksi: Sekitar 100 juta kg kromium trioksida diproduksi setiap tahun melalui metode ini.
Dampak Unsur Kromium
Dampak Kesehatan
Kromium (III): Dikenal sebagai nutrisi penting dalam jumlah kecil, tetapi kelebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan ruam kulit.
Kromium (VI): Merupakan bentuk yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan:
Iritasi: Menyebabkan iritasi hidung, kulit, dan saluran pencernaan.
Penyakit Kronis: Terkait dengan dermatitis, gangguan ginjal, kanker paru-paru, dan penurunan sistem imun.
Genotoksisitas: Dapat merusak materi genetik dan menyebabkan mutasi.
Dampak Lingkungan
Pencemaran Air: Kromium dapat mencemari sumber air, mengurangi kualitas air dan membahayakan organisme akuatik. Misalnya, dapat mengganggu metabolisme tubuh ikan.
Akumulasi dalam Tanaman: Tanaman dapat menyerap kromium dari tanah, yang berpotensi masuk ke rantai makanan manusia.
Bioakumulasi: Kromium dapat terakumulasi dalam organisme air, menyebabkan efek toksik pada hewan seperti ikan.
Sumber Paparan
Industri: Kegiatan industri seperti penyamakan kulit dan produksi tekstil merupakan sumber utama pencemaran kromium.
Makanan dan Air: Paparan dapat terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Regulasi
Standar Kualitas Air: Menurut peraturan kesehatan, kadar maksimum kromium dalam air minum adalah 0,05 mg/L.