GOOGLE SPREADSHEET
1. Progress bar horizontal: =SPARKLINE(AF9,{"charttype","bar";"max",100%;"color","brown"})
2. Progress bar vertikal: =SPARKLINE(AE7,{"charttype","column";"ymin",0%;"ymax",100%;"color1","maroon"})
Contoh : klik di sini
KONSEP KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL
Pembelajaran koding dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti plugged coding yang menggunakan perangkat komputer dan perangkat lunak; unplugged coding yang mengajarkan konsep pemrograman tanpa menggunakan komputer melalui aktivitas fisik atau game; dan internet-based coding yang memungkinkan pembelajaran melalui platform daring interaktif melalui koneksi internet (Resnick dkk., 2009; Grover & Pea,2018).
Russel & Norvig (2010) mendefinisikan KA sebagai studi mengenai agen cerdas yang dapat menerima persepsi lingkungan dan melakukan tindakan. Agen dapat berpikir seperti manusia (thinking humanly), bertindak seperti manusia (acting humanly), berpikir rasional (thinking rationally), dan bertindak rasional (actingrationally).
Dalam perkembangannya, KA mencakup berbagai subbidang, seperti pembelajaran mesin (machine learning), pembelajaran mendalam (deep learning), KA generatif, dan model bahasa besar (large language models).
Konsep Koding dan Kecerdasan Artifisial
konsep kunci yang terkait, yaitu berpikir komputasional, pemrograman, koding, dan kecerdasan artifisial.
Di tingkat SD, anak mulai dikenalkan dengan pemrograman dasar menggunakan Scratch dan Python. Sementara pemanfaatan KA mulai digunakan pada tingkat SMP dan SMA.
kurikulum KA, yaitu: melakukan penelitian atau analisis kebutuhan, pengembangan sumber daya untuk guru, pelatihan guru, perekrutan staf tambahan, keterlibatan sektor swasta atau sektor ketiga, peningkatan infrastruktur di sekolah, dan pengadaan sumber daya tambahan untuk sekolah atau ruang kelas (UNESCO, 2022).