Search this site
Embedded Files
Mading Kesumba I SMPN 1 MEMPAWAH TIMUR
  • Beranda
  • Kirim Karyamu
  • Rubrik Kesumba
    • Editorial
    • Ruang Pulih
    • Ulasan Film dan Buku
  • EDISI BULANAN
    • JULI 2025
      • RITME
      • LANGIT DI UJUNG JALAN
      • PUISI & PANTUN
    • AGUSTUS 2025
    • SEPTEMBER 2025
    • OKTOBER 2025
    • NOVEMBER 2025
    • DESEMBER 2025
  • Galeri Kesumba
  • Lomba dan Pengumuman
  • Tentang Kami
Mading Kesumba I SMPN 1 MEMPAWAH TIMUR
  • Beranda
  • Kirim Karyamu
  • Rubrik Kesumba
    • Editorial
    • Ruang Pulih
    • Ulasan Film dan Buku
  • EDISI BULANAN
    • JULI 2025
      • RITME
      • LANGIT DI UJUNG JALAN
      • PUISI & PANTUN
    • AGUSTUS 2025
    • SEPTEMBER 2025
    • OKTOBER 2025
    • NOVEMBER 2025
    • DESEMBER 2025
  • Galeri Kesumba
  • Lomba dan Pengumuman
  • Tentang Kami
  • More
    • Beranda
    • Kirim Karyamu
    • Rubrik Kesumba
      • Editorial
      • Ruang Pulih
      • Ulasan Film dan Buku
    • EDISI BULANAN
      • JULI 2025
        • RITME
        • LANGIT DI UJUNG JALAN
        • PUISI & PANTUN
      • AGUSTUS 2025
      • SEPTEMBER 2025
      • OKTOBER 2025
      • NOVEMBER 2025
      • DESEMBER 2025
    • Galeri Kesumba
    • Lomba dan Pengumuman
    • Tentang Kami
Aneka Jenis Puisi
EDITORIAL-Mengapa Edisi Juli 2025 mengusung tema harapan dan semangat?
Rana Wulansari-8a
Uray Zahira Zulhijah (9A) - Sebuah narasi ringan
Rini Nova Liza - 8a
Pohon Apel - Lilis Suryani (9B)
Aqila Azzahra - 8a
Si Kancil yang Bijak - Karya Saffa (9A)
Raffi untuk Ahmad - Karya Isnia Sahara (9B)
"Ritme"
Langit di Ujung Jalan
Fotokata

KEMBALI

Aneka Jenis Puisi

Jalan-jalan ke Singkawang,

singgah dulu ke Pantai Gratis.

Saya hampir mati kelaparan

karena menunggu makanan gratis.


Baca selengkapnya

EDITORIAL-Mengapa Edisi Juli 2025 mengusung tema harapan dan semangat?

Baca ulasan redaksi selengkapnya

Rana Wulansari-8a

Uray Zahira Zulhijah (9A) - Sebuah narasi ringan


Suatu hari ada seekor induk ayam yang sedang mencari makan untuk anak-anaknya. Induk ayam itu selali membawa anaknya ke mana pun ia pergi, dikarenakan ada seekor rakun yang selalu mengintai tempat tinggal mereka. Rakun itu setiap malam selalu berada di semak-semak yang ada di sebelah tempat tinggal induk dan anak ayam.


Pada suatu malam induk itu terbangun dan melihat bahwa salah satu anaknya telah hilang. Ia bergegas keluar untuk mendatangi tempat tinggal si Rakun. Sesampainya ia di tempat tinggal si Rakun, ia hanya melihat Rakun yang sedang tertidur pulas. Ia membangunkan Rakun dan menuduh bahwa si Rakun penyebab hilangnya salah satu anak ayamnya. Namun, si Rakun tidak mengaku dan bersikeras membantah tuduhan itu. 


Akibat keributan meraka, semua hewan yang tinggal di situ terbangun dan bergegas keluar untuk melihat keributan itu. Semua heean itu membela induk ayam dan minta si Rakun untuk meninggalkan tempat tersebut. 


Dengan perasaan sedih, ia harus meninggalkan tempat yang ia tinggali sejak dulu. Sejak itu induk ayam selalu berjaya setiap malam. Suatu malam induk ayam sedang berjaga, ia melihat seekor biawak membawa pergi anaknya. Ia mengejar biawak itu dan kemudian membawa ke hadapan hewan sekitar. Biawak itu jujur bahwa ia juga menculik anak ayam beberapa minggu lalu.


Setelah mengetahui itu, induk ayam sangat menyesal karena memfitnah dan menuduh rakun. Padahal ia berniat baik.

Rini Nova Liza - 8a

Pohon Apel - Lilis Suryani (9B)


Pada suatu hari ada seorang anak sekolah yang ingin pergi ke sekolah. Ia melewati pohon apel yang sangat besar. Ia kagum melihat pohon apel itu.  Sampailah ti ba ia di sekolah dan menuju ruang kelas ia bercerita kepada temannya bahwa ia telah melihat pohon apel yang sangat besar. Temannya gak percaya bahwa ia telah melihat pohon apel itu. Setelah diyakini anak sekolah itu teman-temannya pun penasaran dan ingin melihat. 


Tiba waktunya pulang sekolah, ia dan teman-temannya bergegas pergi ke pohon apel itu. Sampainya ia di pohon apel itu, teman-temannya terkagum, terkaget, dan te-WOW. 

Teman-temannya bilang, "Sejuk banget pohon ini."

"Kita bisa berteduh di sini di saat cuaca panas terik dan bisa bermain di sini."


Pesan dari pohon apel:

_Beristirahatlah dan berteduhlah di saat kamu lagi kecapekan_

Aqila Azzahra - 8a

Si Kancil yang Bijak - Karya Saffa (9A)


Pada suatu hari ada seekor hewan bernama Kancil. Ia sangay bijak dan pandai dalam menyelesaikan masalah.

Pada saat waktu pagi tiba, ada segerombolan anak ayam dan induknya. Saat itu mereka sedang mencari makan. Ada seekor ular yang juga sedang mencari makan. Beberapa saat kemudian, dua anak ayam menghilang secara tiba-tiba. Induk ayam bersedih karena anak-anaknya telah hilang.


Mulai saat itu, induk ayam sangat berjaga-jaga dengan anaknya. Induk ayam tersebut mengadu kepada sang Kancil untuk menyelidiki siapa yang telah mengambil anaknya. Pada akhirnya, si Ular ketahuan juga dan Ular meminta maaf kepada induk ayam. Akhirnya mereka hidup bahagia, aman, damai, dan sentosa.

Raffi untuk Ahmad - Karya Isnia Sahara (9B)


Rafi dan Ahmad dulunya adalah sahabat. Dari kecil hingga dewasa, mereka selalu bersama. Namun, persahabatan itu tidak berjalan mulus seperti pada awalnya. Ketika sekilah, mereka menyukai seorang gadis. Sejak saat itu, persahabatan mereka menjadi renggang. Ahmad menjauhi Rafi karena keegoisannya. 


Sementara Rafi tidak ingin membuatnya sakit hati. Jadi, Rafi memilih menjauh. Tetapi gadis yang mereka cintai itu lebih memilih Rafi dan itu membuat Ahmad sangat marah hingga memukul Rafi. Rafi tidak melawan Ahmad dan malah memilij mengalah dan membuat dirinya masuk ke rumah sakit. Ahmad sedikit menyesal, tetapi dia tidak pernah meminta maaf.


Pada akhirnya mereka menjadi orang asing. Sementara Ahmad malah ditolak orang yang dia sukai. Ahmad menyesal, tapi dia tetap egois dan malah berpikir Rafi akan menertawakannya kalau ia meminta maaf. Padahal jauh di lubuk hati, dia hanya ingin sahabatanya kembali.

"Ritme"


Ruang pelatihan, jam sepuluh pagi.

Nala berusaha tetap sadar. Matanya perih. Suara pembicara terdengar seperti gumaman radio rusak.

Tiba-tiba, seseorang menarik kursi di sampingnya.

"Mbak, nitip HP sama laptop, ya. Aku mau tidur. Kalau orang itu udah selesai, bangunin. Tapi jangan keras-keras. Aku gampang kaget soalnya."

Nala menoleh.

Seorang laki-laki dengan kemeja coklat lengan digulung menatapnya santai, seperti sudah kenal lama. Padahal ini pertama kali mereka bertemu.

"Eh? Ngapain? Mas... Bang? Pak?"

Nala bingung. Suaranya setengah berbisik, setengah kaget.

Kenapa tiba-tiba dia harus jaga orang tidur? Ini ruang pelatihan, bukan ruang tunggu klinik.


Baca selengkapnya

Langit di Ujung Jalan

Oleh Irma Febrianti

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau yang subur dan pegunungan yang menjulang tinggi, hiduplah seorang gadis bernama Freeya. Sejak kecil, Freeya telah menunjukkan bakat luar biasa dalam seni lukis. Ia adalah seorang pelukis berbakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya di bawah pohon beringin besar yang rindang di tepi sungai. Di bawah naungan pohon itu, ia menemukan ketenangan dan inspirasi, tempat di mana ia bisa melukis pemandangan alam yang indah dan menakjubkan. Dengan kuas di tangan dan palet warna yang beraneka ragam, Freeya mengabadikan keindahan dunia di kanvasnya, mulai dari sinar matahari yang memantul di permukaan air sungai hingga warna-warni bunga liar yang bermekaran di sekitar.

Biodata

Oleh Irma pibrianti

Kelahiran Mempawah, 8 februari 2001, alumnus jurusan FKIP Biologi UMP tahun 2023. Memiliki hobi menulis cerpen sejak kuliah. Kini bekerja sebagai guru ipa.

Nomor handphone/wa : 0821-4909-1429

Akun media social

Instagram : @irma_febriantiii

Baca selengkapnya

Fotokata 

Karya syarifah aniisa jus tica maulani 

KEMBALI

KEMBALI KE BERANDA

💠 Mading Digital Kesumba

Google Sites
Report abuse
Page details
Page updated
Google Sites
Report abuse