Akibat pandemi COVID-19, banyak Sekolah dan Perguruan Tinggi ditutup. Seperti dalam cuitan UNICEF Amerika Serikat tertanggal 9 Maret (sumber: @UNICEFUSA), hampir 300 juta peserta didik terkena dampak penutupan institusi pendidikan tersebut termasuk Indonesia. Secara bertahap Dinas Pendidikan masing-masing daerah pun mengambil sikap untuk menghentikan proses pembelajaran Sekolah secara tatap muka selama masa Pandemi Corona melanda negeri. Apa berikutnya? Sekolah menginstruksikan proses belajar mengajar dilakukan dari rumah atau Belajar Di Rumah (BDR). Di masa ini Guru-Guru dituntut untuk kreatif dan akrab dengan ragam teknologi sebagai penyambung hubungan mereka dengan murid dan orangtua. Di awal-awal Pandemi saya berkesempatan diundang untuk mengisi webinar sebuah Perusahaan yang secara tahunan menggelar Program Pelatihan Guru. Sejenak saya berpikir akan seperti apa alur belajar yang akan saya sampaikan melalui platform daring nanti. Sebagai Guru #MerdekaBelajar bagi saya perlu rasanya merasakan apa yang guru rasakan. Dengan berempati, saya banyak mendengar cerita-cerita teman Guru anggota Komunitas Guru Belajar yang gagap teknologi alias kemampuan literasi digital yang terbatas. Guru "terpaksa" harus belajar menggunakan ragam aplikasi live streaming online seperti Google meet, Zoom, Webex, Youtube Live, Google Classroom dan sebagainya untuk bisa menyampaikan pembelajaran kepada murid-murid. Gambar berikut adalah suara-suara Guru yang saya kumpulkan dengan menggunakan platform Mentimeter.com ketika saya mengajak peserta Webinar saya untuk berpartisipasi mengeluarkan perasaan mereka dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa Pandemi.