SEJARAH PERKEMBANGAN SENI RUPA INDONESIA MODERN
MATERI 3.2.2
SEJARAH PERKEMBANGAN SENI RUPA INDONESIA MODERN
MATERI 3.2.2
Seni rupa modern adalah karya seni rupa yang ditandai dengan munculnya kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan belum ada sebelumnya. Seni rupa modern yang berkembang di Eropa sejak awal abad ke-19 pengaruhnya masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 salah satunya melalui tokoh seniman Indonesia yang belajar di Eropa lalu membawa ilmunya ke Indonesia.
Di Indonesia, perkembangan seni rupa modern melalui beberapa periodisasi:
Periode Perintisan
Periode Indonesia Jelita atau Indonesia Molek (Mooi Indie)
Periode PERSAGI atau Cita Nasional
Periode Kependudukan Jepang
Periode Sesudah Kemerdekaan
Periode Pendidikan Formal
Video di samping berisikan informasi tentang tokoh seniman yang berpengaruh dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia.
A. Periode Perintisan
Bermula dari prestasi Raden Shaleh Syarif Bustaman (1811-1880) yang menyebarkan hasil pendidikannya setelah belajar ke Eropa. Beliau dinobatkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern. Raden Saleh banyak mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Dia sering berkeliling dunia dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Ciri-ciri Lukisan pada Periode Perintisan dengan Raden Saleh sebagai Pelopornya
Bergaya natural dan romantisme: Lukisan-lukisan Raden Saleh cenderung menampilkan kombinasi antara gaya naturalisme, digambarkan dengan detail yang akurat, dan romantisme, di mana ada penekanan pada ekspresi emosional dan suasana yang dramatis.
Kuat dalam melukis potret dan binatang: Salah satu keunggulan utama Raden Saleh adalah dalam melukis potret dan binatang. Dia memiliki keahlian yang kuat dalam menangkap ekspresi wajah manusia dan karakteristik binatang, dan sering kali menghadirkan subjek-subjek ini dengan penuh kehidupan di atas kanvas.
Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix: Raden Saleh terpengaruh oleh gaya Romantis Eropa, khususnya oleh Eugène Delacroix, seorang pelukis Romantis Prancis yang terkenal. Ini tercermin dalam penggunaan warna-warna dramatis, komposisi yang dinamis, dan tema-tema yang menggambarkan kebebasan, keberanian, dan eksotisme.
Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang: Raden Saleh dikenal karena kemampuannya dalam mengamati alam dan binatang. Dia sering melakukan pengamatan langsung di alam terbuka dan menggambarkan detail-detail alam dengan akurat, serta menggambarkan gerakan dan ekspresi binatang dengan sangat baik.
Contoh Karya Raden Saleh
Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)
Antara Hidup dan Mati (1870)
Berburu Banteng di Jawa (1851)
Memburu Singa (1840)
B. Periode Indonesia Jelita atau Indonesia Molek (Mooi Indie)
Mooi Indie adalah aliran seni lukis yang berkembang pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Istilah "Mooi Indie" sendiri berarti "Hindia Elok", "Hindia Jelita", atau "Hindia Molek" dalam bahasa Indonesia. Aliran seni ini menggambarkan keindahan alam yang ada di Hindia Belanda, seperti pemandangan gunung, sawah, dan laut, serta kegiatan masyarakat sehari-hari. Lukisan Mooi Indie pada masa itu juga digunakan sebagai media propaganda dan promosi paling mutakhir, karena aliran ini mengusung naturalisme dengan gaya realistik yang memudahkan pesan eksotis kepada masyarakat Eropa.
Tokoh Seniman Periode Indonesia Jelita
Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
Pringadi (1875-1936)
Wakidi
Basuki Abdullah
Henk Ngantung
Lee Man Fong
Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.
Ciri-Ciri Karya Lukis Periode Indonesia Jelita
Pengambilan obyek alam yang indah
Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil
Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia
Realisme dan detail
Penekanan pada cahaya dan warna
Sentimen kolonial: mencerminkan pandangan romantik tentang keindahan dan kemakmuran Hindia Belanda.
Inspirasi dari seni Barat: Gaya lukisan Mooi Indie juga dipengaruhi oleh seni Barat, terutama dalam hal teknik melukis, komposisi, dan penggunaan perspektif
Contoh Karya Periode Indonesia Jelita
Senja Di Dataran Mahat (1930-1970) karya Wakidi
Empat Bidadari Mandi Di Sungai (1935-1993) karya Basuki Abdullah
Pemandangan Gunung (1900-1930) karya Abdullah Suriosubroto
Tanah Lot (1935-1973) karya Henk Ngantung
C. Periode Cita Nasional
Masa Cita Nasional yaitu Bangkitnya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Tahun 1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya
Ciri-Ciri Karya Lukis Periode Cita Nasional
Mementingkan nilai-nilai psikologis.
Tema perjuangan rakyat .
Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata.
Memiliki kepribadian Indonesia.
Didasari oleh semangat dan keberanian.
Contoh Karya Periode Cita Nasional
Kawan-Kawan Revolusi (1947) karya S. Sudjojono
Kuda Kepang (1965) karya Agus Djajasuminta
D. Periode Kependudukan Jepang
Berlangsung pada 1942-1945 para seniman disediakan wadah di balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang. Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa Cita Nasional .
Tokoh Seniman Periode Kependudukan Jepang
S. Sudjojono
Basuki Abdullah
Emiria Surnasa
Agus Djajasumita
Barli
Hendra Gunawan
Ciri-Ciri Karya Lukis Periode Kependudukan Jepang
Melanjutkan cerminan dari periode Cita Nasional
Contoh Karya Periode Kependudukan Jepang
Mengungsi (1950) karya S. Sudjojono
Mentjari Kutu Rambut (1953) karya Hendra Gunawan
Wayang (1952) karya Affandi
E. Periode Sesudah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman, yaitu antara lain:
Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
Pada tahun 1947 berdiri Perkumpulan Pelukis Rakyat yang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa. Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
Contoh Karya Lukis Periode Sesudah Kemerdekaan
Balinese Beauty karya Basuki Abdullah
Tiga Wanita (2005) karya Barli Sasmitawinata
Relaxing and Picking Flowers by The Beach (1981) karya Hendra Gunawan
F. Periode Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal Berdirinya ASRI ( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams. Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung. Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang terbesar di Indonesia.
Dari Masa Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademis seperti: Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)
Contoh Karya Lukis Periode Pendidikan Formal
Garuda (1969) karya Abas A.
Hutan (1973) karya Widayat.
Beratapkan Langit dan Bumi Amparan (1990) karya AD Pirous
Jelaskan perbedaan antara 6 periode tersebut !
Sebutkan tokoh tokohnya dalam periodesasi tersebut !
Sebutkan keunikan dan ciri khas gaya lukisan pada periodesasi tersebut !