MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF
DARIYANTO, S.Pd. - SMP NEGERI 6 AMBARAWA SATU ATAP
BUDAYA POSITIF
DARIYANTO, S.Pd. - SMP NEGERI 6 AMBARAWA SATU ATAP
MULAI DARI DIRI
BUDAYA POSITIF (MODUL 1.4)
Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan Anda?
Dengan terciptanya suasana positif terutama di lingkungan sekolah, maka anak akan merasa nyaman dalam belajar. Dengan adanya rasa nyaman dalam diri murid akan menambah semangat mereka dalam belajar. Jika suasana sekolah sudah tidak nyaman atau anak merasa tertekan, maka murid akan kesulitan dalam belajar. Mereka akan merasa sekolah bagaikan penjara.
Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini?
Untuk menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah perlu adanya komunikasi yang baik kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, atau guru dengan murid. Kebiasaan seperti saling sapa antara guru dengan murid akan mendekatkan hubungan murid kepada gurunya. Tidak harus muridnya dulu yang menyapa, tetapi bisa juga guru yang menyapa murid terlebih dahulu. Pembiasaan lain yang bisa dilakukan dengan setiap pagi guru datang lebih awal untuk menyapa muridnya saat memasuki area sekolah. Jika hubungan murid dengan guru baik, maka murid akan merasa nyaman dalam belajar.
Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?
Dengan terciptanya suasana yang positif terutama hubungan baik antara guru dengan murid, akan membuat murid merasa nyaman berada di lingkungan sekolah. Murid akan merasa terlindungi ketika di sekolah. Dengan demikian akan membuat anak nyaman dan tidak tertekan saat pembelajaran, sehingga akan memudahkan mereka dalam memahami materi pembelajaran.
Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?
penerapan disiplin di SMPN 6 Ambarawa masih perlu pembenahan, terutama kedatangan siswa ke sekolah. Masih ada beberapa anak yang datang terlambat karena bangun kesiangan. Rata-rata alasan mereka yang terlambat karena tidak ada yang membangunkan, dimana beberapa orang tua bekerja sebagai pedagang sayur (pasar pagi) yang harus berangkat sebelum subuh. Yang perlu diperbaiki adalah komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang tua. Jika selama ini orang tua sulit untuk bisa datang ke sekolah, maka perlu adanya pihak sekolah yang mendatangi orang tua. Selain juga perlu ada kesepakatan antara orang tua dengan sekolah dan kesepakatan murid untuk mentaati peraturan sekolah.
Untuk mewujudkan sekolah impian tersebut, bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu?
yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah dimulai dari kedisiplinan guru. Adapun untuk strategi yang akan saya lakukan: 1.mengajak semua guru agar berangkat lebih awal, usahakan sebisa mungkin sebelum siswa datang ke sekolah. Jika tidak bisa semuanya, minimal setiappagi ada guru yang menyambut kedatangan dan menyapa anak-anak yang datang ke sekolah. 2.Mengajak guru untuk menjadi teladan bagi siswa baik cara berpakaian maupun tingkah laku. 3.Menghimbau kepada guru agar tidak terlambat masuk kelas. 4.Menhimbau guru agar mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar kepada murid. 5.Ketika istirahat, guru tidak hanya di ruang guru saja tetapi bisa berbaur dengan siswa. 6.Ketika pulang sekolah, ada beberapa guru yang berada di pintu keluar untuk memantau kepulangan anak-anak
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada diri Anda, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki pengaruh pada warga sekolah, terutama murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Harapannya adalah menjadi teladan yang baik, baik bagi sesama guru maupun bagi murid; mencoba lebih dekat dengan murid sehingga anak menganggap seperti orang tua ketika di sekolah; berbaur dengan warga sekitar sekolah agar dapat terjalin hubungan baik sekolah dengan masyarakat sekitar.
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
harapan yang berkembang pada murid adalah munculnya pembiasaan-pembiasaan positif dari diri murid, murid merasa senang berada di sekolah, murid merasa dekat dengan guru, murid menganggap guru tidak hanya sebagai pengajar pelajaran tetapi sebagai partner dalam menyelesaikan masalah (tempat curhat). Dengan demikian akan tercipta suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Dengan mempelajari modul ini, saya berharap mendapatkan strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk menciptakan lingkungan positif. Karena dengan terciptanya lingkungan sekolah positif akan membuat murid merasa nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
PRAKTIK SEGITIGA RESTITUSI
Skenario 1: siswa datang terlambat
Menenemui siswa yang terlambat datang ke sekolah dan teman-temannya sudah selesai membaca Asma’ul Husna, namun teman-temannya masih membaca buku non pelajaran (literasi pagi). Dengan demikian pembelajaran belum dimulai.
Guru : “Donni, apakah kamu tahu jam berapa tanda bel masuk sekolah berbunyi?”
Donni : “Tahu Pak, jam 7:10!”
Guru : “Ya, jadi kamu terlambat hampir 10 menit, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
Donni : “Saya bisa membaca Asma’ul Husna sendiri pak, dan untuk literasi membaca buku akan saya lakukan setelah pulang sekolah.”
Guru : “Baiklah, itu bisa dilakukan. Ada sesuatu hal apa yang membuat kamu terlambat datang?”
Donni : “saya bangun kesiangan pak”
Guru : “pasti ada alasannya kamu bangun kesiangan?”
Donni : “Tadi malam saya tidur agak malam pak, karena asyik main game sama teman-teman”
Guru : “Apakah besok akan ada masalah untuk kamu bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi : “Tidak Pak, saya akan berusaha bangun pagi dan bisa hadir tepat waktu.”
Guru : “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri. Silahkan sekarang bisa masuk ke kelas dan bisa langsung membaca Asma’ul Husna sendiri”
Donni : “terimakasih pak, dan mohon maaf pak saya sudah datang terlambat”
Skenario 2 : siswa tidak memakai dasi
Menenemui siswa yang ke sekolah dan tidak mengenakan dasi
Guru : “Donni, apakah kamu tahu perlengkapan saat memakai seragam identitas?”
Donni : “Tahu Pak, harus memakai dasi hitam!”
Guru : “Ya, jadi sekarang kamu tidak lengkap karena tidak memakai dasi hitam, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
Donni : “Saya bisa pinjam teman yang punya dasi dobel, atau jika tidak ada saya akan beli di koperasi.”
Guru : “Baiklah, itu bisa dilakukan. Ada sesuatu hal apa yang membuat kamu tidak membawa dasi hitam?”
Donni : “saya tadi sudah mencari-cari saat mau berangkat tapi tidak ketemu, lupa menaruhnya. Daripada saya terlambat sampai sekolah, maka saya berangkat saja”
Guru : “mengapa seragam dan perlengkapannya tidak dipersiapkan tadi malam?”
Donni : “Tadi malam saya main game dan ketiduran, jadi tidak sempat menyiapkan untuk seragam hari ini”
Guru : “Apakah besok akan ada masalah untuk kamu bisa memakai seragam lengkap?”
Adi : “Tidak Pak, saya akan berusaha menyiapkan keperluan sekolah sore hari atau malamnya.”
Guru : “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri. Silahkan sekarang bisa masuk ke kelas. Jika nanti tidak ada teman yang bawa dobel untuk dipinjam dan kamu yakin bahwa dasimu yang di rumah hanya lupa menaruhnya bukan hilang, khusus hari ini boleh tidak memakainya, tetapi lain kali jangan lupa disiapkan dari malamnya ya?”
Donni : “iya pak, terimakasih dan mohon maaf pak”
KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 1.1, MODUL 1.2, MODUL 1.3, DAN MODUL 1.4
1. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, restitusi, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak.
Peran saya dalam menciptakan budaya positif :
a. Menerapkan disiplin positif dan motivasi perilaku
Disiplin positif yang saya tanamkan dalam jiwa siswa motivasi untuk terus aktif dan kreatif (berinovasi). Dan kemampuan diri untuk aktif dan kreatif akan didapat jika kita terus belajar dan mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Saya berusaha menanamkan ke dalam diri siswa agar terus belajar baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Baik dari guru, buku, media online, maupun dari lingkungan sekitar. Karena melihat perkembangan teknologi belakangan ini jika kita tidak mau belajar untuk mengikuti perkembangan, pastilah akan tertinggal. Ini sesuai dengan filosofi KHD bahwa pembelajaran sesuai dengan kodrat jaman. Dan disini saya sesuai dengan peran guru penggerak yaitu sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan penanaman motivasi untuk aktif dan kreatif (inovatif) tentunya akan terwujud rancangan saya pada visi guru penggerak yaitu “terwujudnya generasi bertaqwa, inovatif, berjiwa Pancasila, dan bermasyarakat”.
b. Posisi kontrol saya pada setiap masalah murid adalah manager.
Saya mengajak murid untuk menyadari kesalahannya dan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya dengan bimbingan saya. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD dan peran Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan nilai Guru penggerak berpihak pada murid.
c. Membuat keyakinan kelas
Pada awal pembelajaran saya dan siswa membuat kesepakatan (keyakinan kelas) bahwa setiap murid boleh bertanya kepada siapapun jika mengalami kesulitan dalam belajar. Guru bukan satu-satunya tempat bertanya atau meminta penjelasan, boleh bertanya kepada teman yang dirasa menguasai dan mudah diterima penjelasannya. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai guru Penggerak yang saya miliki yaitu berpihak pada murid.
d. Restitusi
Bila terjadi permasalahan murid yang berlanjut saya akan mengadakan segitiga restitusi, yang terdiri dari 3 tahap yaitu: 1)menstabilkan identitas, supaya murid mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan kesalahan; 2)validasi tindakan, supaya murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan dan dapat mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya; 3)menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar. Ini juga sesuai dengan nilai guru penggerak berpihak pada murid dan refleksi, serta sesuai dengan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran. Dan tentunya untuk mencapai rancangan saya visi guru penggerak yaitu berjiwa pancasila.
2. Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini.
a. Pada Modul ini dipelajari tentang
1) Disiplin positif
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi pada murid-murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan mulia
2) Teori motivasi, hukuman, dan penghargaan
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: a)Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman; b)untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain; c)untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilainilai yang mereka percaya
Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya. Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa pernyataan dari hasil pengamatannya selama ini tentang tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan menghukum seseorang.
3) Keyakinan kelas
Keyakinan adalah nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
a) Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
b) Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
c) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
d) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
e) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
f) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
g) Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
4) Kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari cinta dan kasih sayang, kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan,
5) Restitusi yang teridi dari 2 materi:
a) Lima posisi kontrol yaitu penghukum, membuat orang lain merasa bersalah, teman, pemantau dan manager;
b) Segitiga restitusi untuk langkah-langkah penanganan masalah siswa yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan dan menanyakan keyakinan kelas
b. Perasaan saya mempelajari modul ini
Setelah mempelajari modul 1.1 sampai modul 1.3 saya merasa ternyata ilmu yang saya punya masih terlalu sedikit tentang karakteristik siswa dan menentukan arah tujuan pembelajaran yang tergambar dalam visi sebagai modal menjadi seorang guru yang dapat “menuntun dan memerdekakan” murid. Masih banyak yang harus saya pelajari untuk dapat mengajar yang berpihak pada murid. Ditambah modul 1.4 menjelaskan tentang budaya positif (terutama materi teori hukuman, materi kebutuhan dasar manusia, dan materi restitusi), menambah motivasi saya untuk terus belajar agar dapat tercipta pembelajaran yang bepusat pada murid. Pada modul 1.4 ini juga menjelaskan penanganan jika ada siswa yang bermasalah dengan segitiga restitusi yang selama ini belum pernah saya lakukan.
c. Pembelajaran yang saya dapatkan
saya jadi mengerti apa itu disiplin positif, penanaman motivasi pada siswa, sangat penting disertai dengan pembuatan keyakinan kelas di awal pembelajaran agar siswa dapat terkontrol dengan sendirinya yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar murid yang berbeda-beda dan kita bisa memberikan kepercayaan penuh pada murid yang bermasalah dengan melakukan kontrol sebagai manager, sehingga murid dapat mencari solusi terbaik untuk masalahnya. Bila permasalahan berlanjut maka saya akan mengadakan segitiga restitusi sehingga bisa menyelesaikan masalah murid dengan baik dan benar. Selain itu dengan mempelajari modul 1.4 ini membuka wawasan saya bahwa hukuman bukanlah cara terbaik untuk mendisiplinkan anak, karena hanya akan bersifat sementara. Yang terbaik untuk membuat disiplin anak adalah dengan adanya motivasi dari diri siswa itu sendiri.
Sebelum mempelajari modul 1.4 setiap ada permasalahan pada siswa, posisi saya masih sebagai pemantau yaitu mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang, dan konsekuensinya jika ada pelanggaran. Dengan demikian ada jarak antara saya dengan siswa. Setelah mempelajari modul 1.4 ketika ada permasalahan pada siswa, saya akan berusaha berposisi sebagai manajer yaitu berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Selain itu pada modul 1.4 ini juga menjelaskan penanganan jika ada siswa yang bermasalah dengan segitiga restitusi yang selama ini belum pernah saya lakukan.
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adapun untuk menciptakan budaya positif di sekolah yang paling penting adalah adanya kolaborasi dari seluruh kekuatan yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Antara lain: kepala Sekolah, rekan guru, murid, orang tua, dan masyarakat sekitar.
d. Penerapan dari modul ini
1) Saya akan berusaha mempraktikkan teori budaya positif di dalam pembelajaran kelas atau di lingkungan sekolah. Dan yang pertama akan saya lakukan pelaksanaan budaya positif di sekolah adalah siswa selalu mengucapkan “terimakasih” ketika mendapatkan bantuan dari orang lain. Ini akan saya mulai dari pembiasaan setiap selesai pembelajaran siswa mengucapkan “terimakasih” kepada guru yang mengajar.
2) Jika ada permasalahan dengan siswa, dalam posisi control saya berusaha berperan sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi.
3) Saya akan berusaha untuk melakukan perubahan pada diri sendiri supaya dapat memberi contoh untuk rekan guru yang lainnya (keteladanan).