Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
Selamat datang dalam Modul “Nilai-nilai dan peran guru penggerak”. Modul ini akan mengeksplorasi mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter.
Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita dituntut untuk berpikir kembali mengenai makna dan tujuan pendidikan kita. Dalam kaitannya dengan Standar Nasional Pendidikan, modul ini berusaha menempatkan Profil Pelajar Pancasila sebagai acuan utama standar kompetensi lulusan, karenanya harus dijadikan pedoman dan dihidupi oleh para pendidik, khususnya Guru Penggerak di Indonesia.
Kita semua mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus mengungkapkan bahwa orangtua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu membuat kita kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai pendidik mau tidak mau kita harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri kita telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.
Dengan maksud itulah maka dalam modul ini Bapak/Ibu diajak masuk ke dalam dan menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa Anda sekalian adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak Bapak/Ibu menyadari bahwa nilai-nilai yang perlu diyakini seorang pendidik itu dipengaruhi oleh interaksi antara cara kerja pikiran serta emosi sebagai aspek intrinsik dengan aspek ekstrinsik dalam suatu lingkungan pembelajaran. Bapak/Ibu pun akan mengeksplorasi dan berkolaborasi untuk merencanakan perubahan nyata pada lingkungan masing-masing. Diharapkan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, Bapak/Ibu sekalian dapat menemukan jati dirinya sebagai Guru Penggerak.
Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya.Dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang.
~ Ki Hajar Dewantara ~
Selamat belajar!
Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.
KEGIATAN 1. TRAPESIUM USIA
TUGAS 1. REFLEKSI
1. Peristiwa Posisf Dan Negatif Yang Pernah Saya Alami
A. Peristiwa Negatif
Peristiwa ini terjadi saat saya duduk di bangku kelas IV SDN Randuwatang Kudu Jombang, saat itu saya berusia 11 tahun tahun 1985. Kejadian itu bermula saat di sekolah ada seleksi untuk lomba baca puisi memperingati hari Kemerdekaan RI ke-40. Saya membacakan puisi berjudul “KERAWANG BEKASI” dan berhasil menjadi juara 1 di tingkat sekolah. Selanjutnya, saya menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba yang sama di tingkat kecamatan Kudu bersaing dengan sekolah lain se-kecamatan.
Salah satu guruku, Bapak Sukadi sejak awal meragukanku untuk bisa bersaing di lomba tingkat kecamatan dengan mengatakan bahwa saya tidak mungkin juara. Berangkat lomba dengan kondisi psimis karena perkataan beliau, membuat saya kurang percaya diri saat lomba. Akhirnya, saya hanya mendapatkan juara 2 di tingkat kecamatan.
B. Peristiwa Positif
Peristiwa ini merupakan kejadian yang sangat beruntun. Terjadi saat menjelang akhir kelas III SMP Negeri Kudu dan masuk ke jenjang SMA. Usiaku saat itu memasuki 16 tahun. Sejak masuk SMP Negeri Kudu, nilai raport selalu berada di kisaran ranking 1 atau 2 bersaing dengan teman bernama Sudarto dari Kedungbogo. Untuk ujian akhir, waktu itu masih bernana Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) saya berusaha belajar maskimal agar memperoleh nilai terbaik. Dan benar saat diumumkan, nilai Daftar Nilai Ebtanas Murni (DANEM) mendapat nilai terbaik di sekolah, bahkan tertinggi se-kecamatan Kudu. Aku sangat bahagia.
Kebahagian berlanjut, berbekal nilai tertinggi tersebut, guruku mendaftarkan saya ke sekolah terfavorit se Jombang yaitu SMA Negeri 2 Jombang dan saya pun diterima. Bahkan nilai raport di awal semester ganjil kelas I, saya mendapat ranking 1 di kelas. Sungguh peritiwa ini sangat terekam dengan baik di memoriku.
2. Pihak Yang Terlibat
A. Pihak Yang Terlibat Dalam Hal Negatif
Pihak yang terlibat dalam peristiwa ini adalah saya pribadi, bapak Sukadi (guru yang memberikan saya perasaan psimis), panitia lomba, dan juri dalam lomba baca puisi.
B. Pihak Yang Terlbat Dalam Hal Positif
Pihak yang terlibat dalam peristiwa ini adalah saya pribadi, teman pesaing positif Sudarto, dan orang tua yang selalu memberikan motivasi menjadi yang terbaik
3. Dampak Emosi
A. Peristiwa Negatif
Saat terlalu percaya diri dengan kemenangan juara 1 lomba puisi di tingkat sekolah. Namun ketika seorang guru melemahkanku dengan rasa psimis justru saya terpuruk. Perasaan itu terbawa saat mengikuti lomba yang sama di tingkat kecamatan. Saya tidak bisa mengendalikan rasa psimis sejak awal sehingga terbawa saat mulai lomba. Akhirnya saya hanya bisa juara 2
B. Peristiwa positif
Peristiwa positif beruntun yang saya alami, jujur mambuat saya semakin percaya diri dan semangat dalam setiap apapun kegiatan yang akan saya lakukan. Tekanan, tantangan, dan segala hal yang memberatkan dalam menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Jombang justru membuat saya terus termotivasi. Berangkat dari sekolah desa di kampung kecamatan Kudu, bersaing dengan teman terbaik se kabupaten Jombang, menyadarkan saya untuk terus semangat belajar dan percaya diri bisa bersaing di sekolah ini. Saya pun merasa bangga dengan diriku, karena dapat bersaing di jalur yang tepat.
4. Peristiwa negatif dimasa lalu bisa terkesan karena kejadian itu merupakan hal pertama kali yang saya lakukan untuk mengikuti lomba baca puisi. Sedangkan kejadian positif yang saya rasakan mengajarkan bahwa prestasi dapat diraih dengan selalu belajar keras, sungguh-sungguh, dan penuh rasa percaya diri.
5. Pelajaran dari diagram tapesium usia yang saya dapatkan adalah seorang guru harus mampu membangkitkan rasa optimis pada diri siswa, memberikan kepercayaan dan ruang untuk berbuat terbaik, memberikan kesan yang baik, membimbing dan menjadi panutan/teladan terbaik. Disamping itu, mengajarkan mereka bahwa kesuksesan bisa diraih dengan selalu belajar keras, sungguh-sungguh, dan penuh rasa percaya diri. Sehingga mereka mampu menghadapi masa depan di zamannya dan menjadi pribadi yang mandiri , tangguh, jujur, dan bertanggung jawab.
6. Guru hanya bisa menuntun murid dengan pembelajaran bermakna yang akan terkenang sepanjang masa, agar mereka bisa menjalankan peran secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat sesuai kodrat alam dan zamannya.
TUGAS 2. NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK MENURUT SAYA
1. Nilai dalam diri saya:
Memiliki Kompetensi Managerial dan Leadership
Memiliki Kompetensi Substansi Mata Pelajaran dan memimpin pembelajaran
Memiliki Kompetensi Mengembangkan Diri Dengan Berbagi dan Kolaborasi
Memiliki Kompetensi Kreatif, dan Produktif
Memiliki Kompetensi Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Memiliki Kompetensi Pelatih (Coach/Mentor) Bagi Guru Lain untuk Pembelajaran yang Berpusat Pada Murid
2. Peran saya dalam menggerakkan murid, rekan sejawat dan sekolah saya
Berikut adalah beberapa kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dan nilai pribadi yang sudah pernah saya lakukan untuk menggerakkan murid, rekan sejawat dan sekolah saya
a.) Memiliki Kompetensi Managerial dan Leadership
Saya pernah menjabat lama sebagai Kepala Sekolah (2010-2016) dan menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sejak (2001-2010) di sekolah Swasta SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang saat berdinas sebagai guru DPK. Berhasil menjadikan sekolah yang saya pimpin menjadi sekolah berprestasi dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional
Sekarang di SMA Negeri 1 Jombang, saya dipercaya menjadi Penanggung Jawab Program (PJP) program Sistem Kredit Semester (SKS) dan program Peserta Didik Proyeksi Lulus 2 Tahun (PDPL2T), Koordinator dalan Gerakan Literasi Numerasi Sekolah, dan Koordinator Kompetisi Sains Nasional (KSN)
Secara pengalaman, menujukkan saya memiliki kompetensi managerial dan Leadership yang sangat baik
b.) Memiliki Kompetensi Substansi Mata Pelajaran dan memimpin pembelajaran
Saya adalah orang yang memiliki kompetensi subtansi mata pelajaran yang sangat baik sehingga mampu menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa sesuai dengan kondisi Merdeka Belajar. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan saya pada ajang Olimpiade Guru Nasional dan juga pernah meraih peringkat 1 pada Diklat mata Pelajaran matematika tradisional yang diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika Yogjakarta. Bahkan terakhir saya juga lolos dalam penjaringan peserta E Training Terstruktur jenjang SMA Mata Pelajaran Matematika dan Training of Trainner (ToT) Pelatihan Ketrampilan berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) Dalam Pembelajaran matematika Berbasis PISA yang juga diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika Yogjakarta.
c.) Memiliki Kompetensi Mengembangkan Diri Dengan Berbagi dan Kolaborasi
Saya adalah orang yang secara otentik mau dan berani membagi ilmu dan berani tampil di depan guru-guru lain. Baik melalui Youtube dan sosial media lainnya untuk saling berbagi ilmu dan menebarkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Berkolaborasi dengan guru-guru dari berbagai sekolah di Jombang melalui MGMP Matematika untuk pendidikan yang lebih baik
d.) Memiliki Kompetensi Kreatif dan Produktif
Saya adalah orang yang Kreatif dilihat dari penerapan model-model pembelajaran yang dilaksanakan selama tatap Muka maupun Daring saat pandemik Covid.
Saya adalah orang yang Produktif dilihat dari berbagai karya media pembelajaran yang dibuat melalui Power Point (PPT), Video melalui Youtube, dan juga menerbitkan sebuah buku ber-ISBN berjudul “Kupas Tuntas Soal-Soal AKM”
e.) Memiliki Kompetensi Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Saya adalah orang yang memiliki kemampuan TIK sangat baik seperti Microsot Word, Excel, Power Point, LMS, Microsoft Team 365, Video, dan aplikasi lain dalam menunjang pembelajaran berbasis TIK. Hal ini terbukti pada event PEMBATIK Level 4 yang diselenggarakan oleh PUSDATIN Kemendikbud tahun 2021 dan berhasil menjadi Sahabat Rumah Belajar (SRB) Jawa Timur
f.) Memiliki Kompetensi Pelatih (Coach/Mentor) Bagi Guru Lain untuk Pembelajaran yang Berpusat Pada Murid
Saya adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melatih dan membimbing guru lain. Hal ini terbukti dengan saya pernah menjadi mentor bagi Calon Guru ASN, pernah melatih guru MGMP di tingkat kabupaten, dan juga menjadi rujukan teman sejawat di sekolah terkait isu-isu perkembangan baru di dunia pendidikan
TUGAS A
1. Bagaimana Bapak/Ibu memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh-kembang anak berserta pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Mengapa demikian?
JAWAB:
a. Cara kerja otak
Ada dua sistem cara kerja otak manusia yaitu sistem cepat dan sistem lambat. Otak reptil dan otak mamalia mengelola pada sistem berpikir cepat, sedangkan otak luhur manusia dan otak primata mengendalikan sistem berpikir lambat. Sistem berpikir cepat dan lambat ini seperti tangga ekskalator yang sedang berjalan turun. Sistem berpikir cepat akan bergerak mengikuti tangga ekskalator ketika turun tanpa ada perlawanan sehingga menghemat energi. Sedangkan sistem berpikir lambat akan berjalan naik ketika tangga ekskalator bergerak turun. Apabila kecepatan berkurang maka akan ikut terbawa turun kembali. Kegiatan berpikir lambat digunakan secara lebih kompleks yang dikelola oleh bagian otak luhur. Perbedaan kedua sistem berpikir harus dikelola dengan baik agar seimbang.
Setiap manusia mempunyai porsi yang berbeda dalam hal sistem berpikir. Ada yang dominan berpikir lambat tetapi ada pula yang yang dominan berpikir cepat. Tergantung bagaimana manusia mengelolanya masing-masing. Demikian pula siswa kita, memiliki cara berpikir yang berbeda-beda, ada yang berpikir cepat, ada pula yang berpikir lambat. Karenanya sebagai seorang guru kita harus mampu manuntun dan memahami siswa dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing. Sehingga cara pandang kita saat pembelajaran, menganggap mereka differen/heterogen/berbeda
b. Kebutuhan dasar manusia
Manusia memiliki 5 kebutuhan dasar kehidupan yaitu bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/ penguasaan (power). Jika digambarkan secara hirarki menurut Moslow seperti gambar di samping.
Terkadang ada seseorang berperilaku menyimpang, yang tidak sesuai dengan norma atau aturan. Hal ini dikarenakan tak mampu memenuhi atau tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka.
Dalam hal konteks pendidikan, tak jarang kita juga menjumpai prilaku siswa yang menyimpang dari norma aturan. Agar perilaku siswa sesuai dengan norma atau aturan, maka sebagai seorang guru harus mampu:
memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai manusia dan memberikan perlindungan pada siswa.
membangun hubungan yang hangat dan penuh ketulusan dengan siswa dan mampu berkolaborasi dengan rekan kerja.
menciptakan suasana menyenangkan melalui berbagai permainan edukatif sehingga pembelajaran lebih bermakna.
memberikan kebebasan pada siswa untuk menemukan jati diri sesuai dengan bakat dan minat mereka.
membiasakan mengadakan kegiatan yang menantang, kontekstual serta relevan.
c. Tahap tumbuh-kembang anak
Ada 3 tahap perkembangan anak menurut Ki Hadjar Dewantara. Pertama, tahap wiraga (usia 0-8 tahun), pada tahap ini, jasmani dan indera anak berkembang sangat pesat. Peran guru berupaya fokus memberikan akses dan menyediakan pengalaman belajar agar anak semakin merdeka dalam mengeksplorasi dunianya. Kedua, tahap wiraga-wirama (usia 9-16 tahun), pada tahap ini pikiran anak mulai berkembang. Guru harus mulai fokus menuntun proses berpikir anak agar semakin selaras seirama dengan sesama dan lingkungannya. Anak harus dituntun melakukukan kebiasaan baik di sekolah, bukan sekedar menuruti dan mengikuti. Ketiga, tahap wirama (usia 17- 24 tahun), pada tahap ini pengelolaan diri dan pengenalan potensi diri semakin berkembang. Guru harus mampu menuntu, dan menyelenggarakan proses belajar harus sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya, selaras dengan kodrat anak.
Sementara menurut Erik Erikson, kepribadian seseorang tumbuh dalam 8 rangkaian tahapan, dimana setiap tahapan menggambarkan dampak pengalaman sosial pada mereka. Pada setiap tahap perkembangan, keberadaan orang tua dan lingkungan sosial berpengaruh sangat besar. Seiring dengan pertambahan usia berpengaruh pada perkembangan kepribadian dan karakter. Dalam teori psikososial dari Erik Erikson mengandung pertentangan hasil positif dan negatif, namun membentuk hasil akhir berupa keseimbangan dalam hidupnya.
d. Pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia
Cara kerja otak mempengaruhi pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia, kebutuhan dasar manusia, serta tumbuhkembangnya anak. Setiap manusia memiliki pola piker yang beda tergantung system berpikir yang dominan, berpikir cepat atau berpikir lambat. Demikian juga pada siswa, memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Guru harus mampu menuntun dan melatih mereka untuk mengelola keduanya secara seimbang. Setiap siswa juga memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, agar mereka tidak melanggar norma atau aturan. Guru juga harus mampu menggerakkan orang tua dan lingkungan sekitar, agar berperan dalam pembentukan kebiasaan baik pada anak sesuai dengan tumbuh kembang mereka selaras dengan kodrat yang mereka miliki.
2. Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak? Mengapa demikian?
Jawab:
Nilai-nilai Guru penggerak yang harus dikuatkan antara lain mandiri, reflektif, inovatif, kolaborasi, serta berpihak pada murid.
Mandiri yaitu kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil inisiatif. Selain itu mampu mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain, berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan. Contoh perilaku mandiri: mengikuti pengembangan kompetensi diri pada kurikulum merdeka melalui PMM meskipun tanpa ada perintah dari atasan
Reflektif yaitu kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga diperoleh kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang baru. Seorang guru harus selalu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan di kelas. Contoh: setiap selesai pembelajaran sesuai KI/KD atau capaian Pembelajaran, guru harus melakukan refleksi untuk mengukur ketepatan model pembelajaran dengan target yang ingin dicapai. Sehingga guru bisa melakukan perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
Inovatif yaitu kreatif, ide baru, adaptasi, dan modifikasi. Contoh perilaku inovatif seorang Guru Penggerak adalah melakukan inovasi dalam pembelajaran bermakna, menggunakan model-model pembelajaran dan bebai teknologi.
Kolaborasi yaitu kemampuan bekerjasama dengan rekan lain, saling ketergantungan secara positif, dibarengi tanggung jawab setiap individu serta keterampilan komunikasi interpersonal. Contonya: membangun komunitas baik untuk mencari solusi dan pengembangan model pembelajaran dan menciptakan kemajuan dalam pendidikan
Berpihak pada murid yaitu keberpihakan pendidik harus selalu pada kebenaran dan berhamba pada murid. Memberikan ruang dan memfasilitasi murid untuk tumbuh kembang bakat, minat, cita-cita anak sejauh yang dia inginkan. Contoh: anak yang memiliki bakat di bidang seni diberikan ruang untuk mengembangkan diri melalui ekstra paduan suara, tari, drama dan lain sebaginya, tidak menuntut mereka untuk berprestasi pada bidang sains.
1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik?. Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
JAWAB: Kolaboratif dan Kreatif
Seorang Guru Penggerak harus mampu menggerakkan dan berkolaborasi dengan guru lain. Saya sudah melakukan Berbagi dan berkolaborasi dengan rekan guru melalui Youtube dan media sosial lainnya untuk saling berbagi ilmu dan menebarkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Berkolaborasi dengan guru-guru dari berbagai sekolah di Jombang melalui MGMP Matematika untuk pendidikan yang lebih baik.
Disamping itu saya juaga membuat media pembelajaran yang kreatif melalui Power Point (PPT), Video melalui Youtube, dan juga menerbitkan sebuah buku ber-ISBN berjudul “Kupas Tuntas Soal-Soal AKM”.
Link Youtube bisa diakses melalui: https://www.youtube.com/c/KaseriSeran
2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)?. Buatlah daftarnya untuk digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
JAWAB:
Berikut adalah beberapa kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dan nilai pribadi yang sudah pernah saya lakukan untuk menggerakkan murid, rekan sejawat dan sekolah saya
a.) Kegiatan Managerial dan Leadership
Saya pernah menjabat lama sebagai Kepala Sekolah (2010-2016) dan menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sejak (2001-2010) di sekolah Swasta SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang saat berdinas sebagai guru DPK. Berhasil menjadikan sekolah yang saya pimpin menjadi sekolah berprestasi dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional
Sekarang di SMA Negeri 1 Jombang, saya dipercaya menjadi:
Penanggung Jawab Program (PJP) program Sistem Kredit Semester (SKS)
Penanggung Jawab program Peserta Didik Proyeksi Lulus 2 Tahun (PDPL2T),
Koordinator dalan Gerakan Literasi Numerasi Sekolah,
Koordinator Kompetisi Sains Nasional (KSN)
Koordinator Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajara Pancasila (P5)
b.) Pengembangan Kompetensi Diri dan Berbagi
Saya adalah pribadi yang terus ingin belajar dan meningkatkan kemampuan kompetensi diri, antara lain beberapa kegiatan pengembangan yang pernah saya ikuti adalah
Mengikuti ajang Olimpiade Guru Nasional
Meraih peringkat 1 pada Diklat mata Pelajaran matematika tradisional yang diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika Yogjakarta.
Lolos dalam penjaringan peserta E Training Terstruktur jenjang SMA Mata Pelajaran Matematika dan Training of Trainner (ToT) Pelatihan Ketrampilan berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) Dalam Pembelajaran matematika Berbasis PISA yang juga diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika Yogjakarta.
PEMBATIK Level 4 yang diselenggarakan oleh PUSDATIN Kemendikbud tahun 2021 dan berhasil menjadi Sahabat Rumah Belajar (SRB) Jawa Timur
Beberapa kegiatan Internasional seperti Indonesian Youth Leadership Programme (IYLP) di USA, Study Comparative di Australia, China, Korea, dan Jepang
c.) Peningkatan Kompetensi Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Kemampuan TIK sangat diperlukan dalam era masa digital seperti sekarang ini. Penguasaan teknologi seperti Microsot Word, Excel, Power Point, LMS, Microsoft Team 365, Video, dan aplikasi lain dalam menunjang pembelajaran berbasis TIK.
d.) Berbagi dan Kolaborasi
Berbagi dan berkolaborasi dengan rekan guru melalui Youtube dan media sosial lainnya untuk saling berbagi ilmu dan menebarkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Berkolaborasi dengan guru-guru dari berbagai sekolah di Jombang melalui MGMP Matematika untuk pendidikan yang lebih baik
e.) Kreatif dan Produktif
1. Menerapkan model-model pembelajaran yang dilaksanakan selama tatap Muka maupun Daring saat pandemik Covid yang Kreatif
2. Membuat media pembelajaran yang melalui Power Point (PPT), Video melalui Youtube, dan juga menerbitkan sebuah buku ber-ISBN berjudul “Kupas Tuntas Soal-Soal AKM”
f.) Melatih dan Membimbing Guru Sejawat
1. Menjadi mentor bagi Calon Guru ASN,
2. Melatih guru MGMP di tingkat kabupaten,
3. Menjadi rujukan teman sejawat di sekolah terkait isu-isu perkembangan baru di dunia pendidikan
GAMBARAN DIRI SEBAGAI GURU PENGGERAK
DI MASA DEPAN
Saya Kaseri calon guru penggerak angkatan 7 dari SMA Negeri 1 Jombang Provinsi Jawa Timur. Pada tugas modul 1.2.a.6 demonstrasi kontekstual kali ini, saya akan terbang mengimajinasikan diri saya ke masa 3 tahun yang akan datang, setelah saya lulus dari program pendidikan guru penggerak tahun ini.
Membayangkan 3 tahun yang akan datang dengan segala imajinasi, tentu sesuatu yang menarik. Tidak hanya sekedar gambaran semu saja, tetapi berharap itu semua menjadi program yang benar-benar bisa saya jalankan semaksimal mungkin. Boleh jadi, 3 tahun mendatang saya sudah pada posisi menjadi Kepala Sekolah atau bahkan menjadi Pengawas Pendidikan. Itu semua sah saja, karena saat menulis pakta integritas di point ke 10 sangat jelas disebutkan “jika dinyatakan lulus pendidikan guru penggerak dan sudah memenuhi persyaratan, saya bersedia untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas sekolah.”
Motivasi Guru Penggerak
Sebelum melayang ke masa depan, tidak ada salahnya jika saya flashback ke belakang, yaitu motivasi saat saya memutuskan mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak, antara lain:
Pertama, Secara Personal. Secara pribadi, saya adalah mahluk Tuhan yang dianugerahi kemampuan, akal pikir, dan kekuatan untuk terus berusaha, berkembang, maju dan selalu harus lebih baik. Menurut ajaran agama dan risalah yang disampaikan oleh nabi Muhammad, bahwa:
Carilah ilmu, walaupun diantara kamu dan ilmu terpisah lautan api. serta Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat
Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin ia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih jelek daripada hari kemarin maka ia tergolong orang yang celaka
Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain
Karenanya melalui program guru penggerak, saya ingin terus belajar dan menimba ilmu terutama dalam isu-isu terkini perkembangan pendidikan yang sudah masuk revolusi 4.0 agar saya selalu menjadi lebih baik. Ilmu yang saya peroleh nantinya bisa saya gunakan untuk menggerakan pendidikan melalui komunitas, sekolah, dan lembaga lain agar pendidikan maju bersama. Dan hidup ini bermanfaat bagi orang lain
Kedua, Secara kelembagaan. Secara kelembagaan dan kedinasan, sebagai seorang abdi negara dalam korp Aparatur Sipil Negara (ASN) yang saat diambil sumpah jabatan telah berjanji untuk terus menerus meningkatkan kompetensi diri sesuai bidang dan jabatan yang diemban. Proses karir tidak boleh berhenti sampai pada jenjang tertinggi yang bisa diraih. Karenanya melalui program guru penggerak, saya ingin jenjang karir tidak terhenti hanya sebatas menjadi guru saja, tetapi bisa lebih dari itu dan bermanfaat bagi orang lain dan komunitas secara kelembagaan.
Ketiga, Secara Kebangsaan. Mutu pendidikan Indonesia yang dilansir dari beberapa media, menunjukkan bahwa peringkat Indonesia masih kalah di bandingkan dengan negara lain di Asia bahkan ASEAN. Indonesia meraih satu peringkat lebih tinggi dari tahun 2020. Pada tahun 2021 ini, Indonesia ada di peringkat 55 dari 73 negara. Sementara Singapura pada tahun 2020, menempati peringkat ke-19 dari 73 negara yang diikutsertakan dalam ranking. Pada tahun 2021 ini, Singapura menempati ranking ke-21 di seluruh dunia. Malaysia, pada tahun 2021 ini, menempati peringkat ke-38 di seluruh dunia. Sementara, pada tahun sebelumnya, ia ada di ranking ke-39 dari 73 negara. Dan Thailand, Negeri Gajah Putih berada di posisi 46 di tahun 2021dan menempati dua peringkat lebih tinggi dari tahun 2020.
Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan saja, sebagai warga negara apalagi ASN, hati kecil terketuk untuk mengambil peran dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan pendidikan Indonesia. Beberapa kegiatan yang saya lakukan antara lain:
1. Mengikuti berbagai pelatihan, workshop, Diklat untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri baik yang berhubungan dengan pembelajaran, pengembangan sekolah, dan pembinaan siswa.
Beberapa pelatihan terakhir yanga saya ikuti dan dan diterima sebagai peserta berdasarkan hasil seleksi nasional adalah
Training or Trainer Pelatihan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis PISA (Programme for International Student Assessment)
Menjadi Guru Motivator Literasi dengan menegembangkan Wisata Literasi Kepala Sekolah, Wisata Literasi Guru, dan Wisata Literasi Siswa di sekolah
2. Terlibat aktif dan memberikan bimbingan pelatihan pada rekan sejawat di MGMP Matematika kabupaten Jombang dalam rangka pengembangan model pembelajaran berpusat pada siswa
3. Turut mengkampanyekan kegiatan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan menerbitkan sebuah buku berjudul Kupas Tuntas Soal-Soal AKM SMA
Pendidikan Guru Penggerak
Setelah dinyatakan lolos sebagai calon guru penggerak dan mengikuti berbagai gemblengan kegiatan di “Kawah Candradimuka” Program Pendidikan Guru Penggerak selama 6 (enam) bulan ke depan, tentu saja kompetensi yang saya miliki akan jauh berbeda dengan sebelum saya mengikuti PPGP. Seperti tergambar dalam kegiatan setiap modul yang berakronim MERDEKA yaitu Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, Dan Aksi Nyata.
Mulai Dari Diri, Calon Guru Penggerak (CGP) dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam pribadinya dan CGP dapat menjelaskan peran dirinya sebagai seorang Guru di dalam lingkungan sekolahnya masing-masing
Eksplorasi Konsep, CGP akan berinteraksi dengan materi secara mandiri dengan menyimak dan memaknai materi yang dipaparkan serta merefleksikannya. Agar pendidikan mampu menumbuhkan manusia yang kuat nilai kemanusiaannya, yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan. Dalam konteks yang beranekaragam, CGP memerlukan pegangan yang mempersatukan. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal lah kemudian yang dapat dijadikan “landasan bersama” (common-ground), bagi beragam kepentingan, suku-bangsa, ras, agama, dan antar-golongan. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan, CGP dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak ini.
Ruang Kolaborasi, CGP mampu berkolaborasi dengan teman lain dalam satu kelompok untuk merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara kolaboratif
Demonstrasi Kontekstual, CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian program pendidikan Guru Penggerak
Elaborasi Pemahaman, CGP mampu mengelaborasi pemahamannya mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak dengan menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Nilai dan Peran Guru Penggerak yang masih ingin digali lebih lanjut.
Koneksi Antar Materi, CGP mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Aksi Nyata. CGP melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan peran mereka sebagai Guru Penggerak
Setelah melewati PPGP, saya akan menjadi seorang guru penggerak yang memiliki komitmen berupa nilai-nilai guru penggerak antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Nilai-nilai tersebut mutlak melekat pada sosok guru penggerak dan menjadi kekuatan dalam menerapkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Berikut adalah gambaran diri saya setelah lulus menjadi Guru Penggerak:
1. Saya menjadi Pemimpin Pembelajaran yang memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan pendidikan berkualitas baik di kelas, sekolah, maupun lingkungan masyarakat dengan menjalankan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko-kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah
2. Saya menjadi Coach Bagi Guru Lain yang siap bergerak dan menggerakkan, menemani dan menuntun rekan sejawat untuk menelaah proses pembelajaran yang dilakukan. Saya ingin memberdayakan diri saya melalui refleksi atas hasil-hasil pengalaman professional dalam proses pembelajaran. Agar rekan sejawat dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah
3. Saya memiliki motivasi tinggi untuk mendorong kolaborasi, membuat perubahan di instansi dalam menggerakkan dan membuka ruang dialog positif antar guru dengan lebih banyak pemangku kepentingan lainnya baik di dalam maupun di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat membawa dampak positif pada murid.
4. Saya siap mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid (Student Agency) dengan merancang pembelajaran yang dapat mengantarkan murid menjadi kompeten, mandiri, dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka impikan sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang
5. Saya memiliki kemampuan untuk menggerakkan komunitas praktisi dengan menumbuhkan budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah maupun sekolah lain. Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan profesional para guru yang memungkinkan terjadinya dialog akademik, percakapan profesional, perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus membuahkan inovasi pembelajaran yang berdampak positif bagi murid.
3 (Tiga) Tahun Ke Depan
Dengan berbagai pengetahuan dan kompetensi yang saya peroleh saat mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak dan setelah dinyatakan lulus menjadi Guru Penggerak pada Juni 2023 nanti, saatnya saya mengimplementasikan dan menerapkan segala pengetahuan untuk dapat menggerakkan dan mengubah wajah pendidikan kea rah yang lebih baik sejalan perkembangan zaman. Saya akan menjalankan semua peran Guru Penggerak, dengan berbagai nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara laian berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
1. Berpihak pada murid
Saya selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang saya ambil didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan diri saya sendiri. Saya menuntun murid dengan sepenuh hati untuk mewujudkan profil pelajar pancasila
Untuk itu, saya terus meningkatkan kompetensi dalam mendidik yang berpihak kepada murid. saya dapat menerapkan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani serta senantiasa berpihak kepada murid dengan konsisten melaksanakan merdeka belajar dan mengajar, yang akan berdampak pada siswa agar dapat belajar dengan lebih bahagia, belajar sesuai dengan kodratnya, mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan kebudayaan lokal.
Model pembelajaran selama mengikuti PPGP akan saya terapkan agar murid semakin berkembang dengan baik, antara lain:
Murid saya ajak mengenali potensi diri sebelum pembelajaran dengan mulai dari diri sendiri, mengetahui keuatan dan kelemahan diri agar bisa memaksimalkan potensi diri
Murid saya ajak untuk meng-Eksplorasi Konsep dan pemahaman terkait materi yang akan dipelajari dengan berbagai model pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan
Murid saya ajak diskusi dalam Ruang Kolaborasi bersama teman lainnya, untuk saling melengkapi, bekerja sama, gotong royong, dan saling mengisi dengan kekurangan dan kelebihannya
Setiap murid saya minta untuk melakukan Demonstrasi Kontekstual dari segeala pembelajaran yang sudah dilalui baik dengan presentasi, dialog, bertukar pikiran, dan lain sebagainya yang dapat menggugah kemampuan dan ketrampilan murid
Setiap murid saya minta mampu meng-Elaborasi Pemahaman dari setiap materi untuk dikembangkan tanpa batas
Setiap murid saya minta mampu meng- Koneksikan Antar Materi sehingga murid dapat menghubungkan benang merah antara materi terdahulu dengan yang terakhir, menemukan korelasi antara materi satu dengan yang lainnya.
Setiap murid saya minta melakukan Aksi Nyata yang menggambarkan kekampuan murid dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan
Dengan upaya tersebut, berharap pembelajaran benar-benar bisa berpihak pada murid.
2. Mandiri
Mandiri berarti saya harus mampu mendorong diri saya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada diri saya. Saya harus mampu memotivasi diri sendiri tanpa menunggu adanya perintah dari atasan, haus akan pengetahuan karena belajar itu sepanjang hayat. Dengan kata lain saya akan terus mengembangkan kompetensi saya sebagai pribadi ataupun seorang guru. Apalagi motivasi awal saat mengikuti Guru Penggerak selalu terngiang dalam telinga. “Carilah ilmu, walaupun diantara kamu dan ilmu terpisah lautan api. serta Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat, Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin ia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih jelek daripada hari kemarin maka ia tergolong orang yang celaka, Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”
Lulus daru PPGP bukan berarti harus berhenti, tapi harus terus bergerak. Nilai mandiri ini sudah saya terapkan dengan cara:
Mengikuti berbagai workshop dan pelatihan managerial, leadership, dan pengembanagan sekolah agar mampu menjadi pemimpin pembelajaran
Bergabung bersama Komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran Matematika (MGMP) SMA kabupaten Jombang,
Mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan workshop untuk peningkatan kompetensi,
Mengembangkan kemampuan menulis dan aktif mengembangkan kemampuan literasi melalui gerakan Guru Motivator Literasi (GML) dengan menegembangkan Wisata Literasi Kepala Sekolah, Wisata Literasi Guru, dan Wisata Literasi Siswa di sekolah.
Berbagai kegiatan yang saya lakukan baik secara daring ataupun luring, terkadang harus menggunakan biaya mandiri, untuk mengembangkan kompetensi diri dan menambah wawasan agar menjadikan kita lebih baik.
3. Reflektif
Saya termasuk orang yang terbuka terhadap segala masukan dan kritikan dari orang lain. Saya dengan penuh kesadaran tinggi membuka diri terhadap pengalaman yang baru. Melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan, dengan kata lain bisa melakukan reflektif yang bermakna. Sebagai contoh:
Saat menjalankan peran menjadi pemimpin pembelajaran, saya selalu minta ke murid-murid untuk memberikan umpan balik dari setiap yang apa saya ajarkan
Saat menjalankan peran coach guru lain dalm sebuah workshop/pelatihan, saya selalu meminta umpan balik. Seperti dulu Agustus 2020, saat saya memberikan materi sebagai Narasumber pada Diklat Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Video menggunakan Power Point (PPT) yang diselenggaran oleh Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Matematika SMA Kabupaten Jombang, maka sebagai umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang Saya menyampaikan survey atau angket umpan balik kepada seluruh peserta. Dari hasil angket diperoleh:
a. Materi Diklat
Materi yang saya angkat saat itu adalah Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Video menggunakan Power Point (PPT). Alasan saya memilih membuat video dengan Power Point (PPT) adalah karena sangat simple dan tidak ribet. Tidak dibutuhkan keahlian khusus bisa editing, shooting, dan pengkodean program. Cukup bengan membuat Power Point (PPT) saja, nanti bisa di ekstrak secara otomatis dalam bentuk video
Dari hasil angket:
92,2% peserta diklat merasa belum tahu dan baru mengerti pada saat diklat, 7,6% merasa sudah bisa dan menguasai materi sebelum diklat, sedangkan 0,2% masih dalam taraf belum bisa sama sekali mengoperasikan laptop/komputer
Umpan baliknya:
Berharap mendapatkan materi yang jauh lebih rumit dibandingkan sekedar Power Point (PPT)
b. Penguasaan Materi Diklat
Dari hasil angket:
98,6% peserta diklat merasa bahwa saya mempuanyai kapasitas mahir dan menguasai materi yang saya bawakan saat pelatihan, sedangkan 1,4% menyampaikan bahwa saya cukup menguasai materi yang saya bawakan saat pelatihan
Umpan baliknya:
Dari catatan yang memberikan penilaian cukup menguasai (1,4%), memberikan masukan untuk memberikan contoh yang lebih kompleks
c. Model Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi saya sampaikan secara singkat, simple dan jelas melalui model diskusi dan terbimbing
Dari hasil angket:
99,6% peserta diklat merasa bahwa gaya/model penyampaian sangat bagus, sedangkan 0,4% menyampaikan bahwa saya cukup bagus
Umpan baliknya:
Dari catatan yang memberikan penilaian cukup bagus (0,4%), memberikan masukan untuk lebih banyak praktik saja
d. Kepuasan Peserta
Dari hasil angket:
99,2% peserta diklat merasa sangat puas, sedangkan 0,8% menyampaikan bahwa saya cukup puas
Umpan baliknya:
Dari catatan yang memberikan penilaian cukup puas (0,8%), memberikan masukan untuk menambah durasi waktu pelatihan
Dari masukan dan umpan balik yang diberikan, saya sangat berterima kasih, karena peserta berani jujur dengan kondisi real dan tidak mengada-ada
Melakukan reflektif/evaluasi dengan cara meminta murid/rekan sejawat memberikan komentar atau penilaian dari kegiatan pembelajaran dan program sekolah, saya akan mendapatkan kelebihan yang akan terus dipertahankan dan kekurangan untuk ditingkatkan sehingga menjadi lebih baik lagi, kemudian selalu melakukan umpan balik dan tindak lanjut dari kegiatan tersebut.
4. Kolaboratif
Saya adalah orang yang secara otentik mau dan berani membagi ilmu dan berani tampil di depan guru-guru lain. Baik melalui Youtube dan sosial media lainnya untuk saling berbagi ilmu dan menebarkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Berkolaborasi dengan guru-guru dari berbagai sekolah di Jombang melalui MGMP Matematika utnuk pendidikan yang lebih baik
Banyak sekali kegiatan sekolah yang dapat saya lakukan bersama dengan rekan lain di sekolah, antara lain:
Saya akan bekerjasama dengan guru lain dalam pembinaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Saya akan bekerjasama dengan guru lain dalam pembinaan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Saya akan bekerjasama dengan guru lain dalam pembinaan kegiatan pembinaan Kompetisi Sains Nasional (KSN)
Saya akan bekerjasama dengan guru lain dalam pengembangan Gerakan Literasi dan Numerasi Sekolah
Saya akan menggerakkan komunitas belajar bersama rekan guru di sekolah dan saya dapat menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah
Saya akan terus mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah dan menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah
Saya akan membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
5. Inovatif
Saya adalah orang yang Kreatif dilihat dari penerapan model-model pembelajaran yang dilaksanakan selama tatap Muka maupun Daring saat pandemik Covid, dan saya akan semakin kembangkan dalam tiga tahun ke depan
Saya adalah orang yang Produktif dilihat dari berbagai karya media pembelajaran yang dibuat melalui Power Point (PPT), Video melalui Youtube, dan juga menerbitkan sebuah buku ber-ISBN berjudul “Kupas Tuntas Soal-Soal AKM” dan saya akan semakin kembangkan dalam tiga tahun ke depan
Saya adalah orang yang memiliki kemampuan TIK sangat baik seperti Microsot Word, Excel, Power Point, LMS, Microsoft Team 365, Video, dan aplikasi lain dalam menunjang pembelajaran berbasis TIK, dan saya akan semakin kembangkan dalam tiga tahun ke depan
Kelima nilai tersebut dapat tercermin dengan nyata dalam aktifitas saya sebagai seorang guru baik dalam kegiatan keseharian, atau kegiatan yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun kegiatan yang sifatnya adhoc (khusus)
A. Kegiatan Keseharian
Dalam keseharian nanti selama tiga tahun ke depan, saya berusaha
Tetap konsisten menjadi contoh atau role model dan inspirasi bagi murid, rekan guru-guru sejawat, teman-teman se-profesi baik di lingkungan kelas, sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar. Misal: menjadi teladan dalam kedisiplinan, hadir di sekolah selalu tepat waktu, menebarkan contoh kebaikan dalam bersikap, bertutur kata, dan perbuatan
Saya secara tekun akan menerapkan dan menciptakan iklim yang mendukung tumbuh kembangnya Profil Pelajar Pancasila pada murid dalam hal penanaman nilai-nilai karakter yang terangkum dalam Profil Pelajar Pancasila
Saya secara tekun akan menerapkan konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
Menerapkan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan menerapkan nilai-nilai berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. dan juga terus berinovasi menerapkan pembelajaran berbasis TIK untuk menarik minat peserta didik (student's engagement)
Membangun relasi-komunikasi atau kolaborasi bersama rekan-rekan sejawat maupun dengan unsur pimpinan di sekolah
B. Kegiatan Rutin Berkesinambungan.
Beberapa kegiatan rutin berkesinambungan yang akan saya jalankan antara lain:
Pengembangan dan pembinaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Pengembangan dan pembinaan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Pengembangan dan pembinaan kegiatan pembinaan Kompetisi Sains Nasional (KSN)
Pengembangan dan pembinaan Gerakan Literasi dan Numerasi Sekolah
Mengembangkan model pembelajaran melalui MGMPS Matematika
Untuk mewujudkan dan mengembangkan kegiatan tersebut, saya akan:
Menyusun program kerja rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Membuat/menyusun indikator dan target kegiatan
Senantiasa refleksif dalam bentuk refleksi sederhana 4F (fact, findings, feeling dan future) terhadap semua kegiatan tersebut, sehingga setiap kegiatan dan kebijakan yang saya ambil pasti ada jejak tulisannya.
Membangun dan mengembangkan kolaborasi dengan rekan guru lain, baik pada tingkat sekolah saya sendiri, dengan pimpinan sekolah, dengan dinas dan pemangku jabatan terkait, maupun dengan organisasi profesi.
C. Kegiatan Khusus
Selain kegiatan keseharian dan rutin berkesinambungan, saya juga akan membuat kegiatan-kegiatan khusus sebagai berikut:
Mengadakan kegiatan In House training (IHT) bagi semua komponen sekolah, tentang pemahaman pengembangan sekolah yang berhamba pada murid terkait kurikulum merdeka
Mengadakan kegiataan Study Tiru langsung ke SMA yang sudah menerapkan kurikulum merdeka dan sekolah penggerak
Pemetaan guru serumpun dan sesuai kelompok mata pelajaran, untuk pengembangan model pembelajaran
Mengadakan workshop untuk pembuatan modul ajar yang akan dipakai untuk pembelajaran
Menjalin kerjasama dengan lembaga/instansi terkait secara struktural baik di tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional
Pengembangan infrastruktur untuk proses pembelajaran seperti laboratorium Komputer, Laboratorium Fisika, Kinmia, Biologi, dan IPS untuk memastikan siswa dapat melakukan praktik dalam pembelajaran
Menjalin komunikasi dan pemberdayaan ikatan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia untuk bersama sama mengembangkan sekolah
Bekerjasama dengan perusahaan daerah untuk menjadi sponsor berbagai kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa atau secara kelembagaan
Mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak, yang tergerak, bergerak dan menggerakkan guna mewujudkan profil pelajar pancasila.
Selalu upgrade dan update kemampuan dan kompetensi melalui workshop, seminar, pelatihan, diklat, bimtek, sosialisasi, dan lain sebagainya dengan cara mendatangkan tenaga-tenaga kompeten yang berpengalaman demi peningkatan kompetensi guru untuk menjawab perubahan kebutuhan di lapangan
Demikian gambaran diri saya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak yang mencerminkan penerapan nilai-nilai guru penggerak dan berharap saya dapat melaksanakan dengan baik.
Guru Penggerak
### Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan ###
Saya Kaseri, S.Pd., M.M. adalah calon guru penggerak angkatan 7 dari SMAN 1 Jombang Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi Nilai dan Peran Guru Penggerak sekaligus sebagai koneksi antar materi modul 1.2.
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P)
1. Fact/Peristiwa
Pada modul 1.1 saya telah banyak mempelajari Filosofi Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan. Pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan, dengan trilogi filosofi yang termasyhur “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” sangat banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Bahkan kini menjadi dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Saya tertarik dengan definisi Pendidikan dan Pengajaran yang ternyata dua hal sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan di modul 1.2 saya banyak belajar tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Sehingga, guru harus tergerak, kemudian bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
Manusia tergerak, materi yang dibahas antara lain: Kinerja otak (triune brain, berpikir cepat-lambat), Kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), serta tahap-tahap tumbuh kembang anak.
Manusia merdeka bergerak, dengan materi: memahami teori pilihan, motivasi intrinsik, profil pelajar pancasila, dan nilai-nilai guru penggerak.
Menuntun kekuatan kodrat manusia menggerakkan, materi yang dibahas: diagram identitas gunung es, lingkaran pengaruh, dan peran guru penggerak.
Untuk itu Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Saya akan menjalankan semua peran Guru Penggerak, dengan berbagai nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah
Sebagai guru penggerak saya harus mampu menggali potensi-potensi murid yang masih terpendam seperti teori gunung es.
Dalam bergerak dan menggerakkan saya harus memahami filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, seperti tujuan pendidikan (memerdekakan manusia, menjadikan manusia selamat dan Bahagia), filosofi tri rahayu (Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, Hamemayu Hayuning Bawono), filosofi Trikon (Kontinu, konvergensi, konsentris), filosofi tringe (Ngerti, Ngeroso, Ngelakoni), serta filosofi Triloka (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani)
Dalam menjalankan semua peran Guru Penggerak, saya akan mengoptimalkan nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
2. Filling/Perasaan
Saat mempelajari modul 1.1 dan 1.2 perasaan saya adalah
benar-benar mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang luar biasa. Selama ini pemahaman saya tentang filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara hanya mengetahui istilah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri handayani hanya sekilas saja. Tetapi setelah mempelajari kedua modul ini, saya mendapatkan pengetahuan yang sangat penting sekali dalam hubungan saya dengan murid.
perasaan saya campur aduk, antara perasaan malu dan senang. Malu karena selama ini saya belum maksimal melakukan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dan senangnya, karena saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara serta nilai dan peran guru penggerak, ddan menyadarkan saya untuk segera berubah dan bergerak kea rah lebih baik.
Semakin belajar pada program guru penggerak, terasa saya tidak ada apa-apanya. Bahkan saya menemukan jalan baru “terasa tersadarkan” yang bisa saya gunakan untuk pengembangan kompetensi dan mencari ilmu seluas-luasnya. Ternyata setelah mempelajari filosofi Ki Hadjar Dewantara ini, saya sangat perlu belajar lagi agar nantinya mampu menerapkan di lembaga saya dan menggerakkan komunitas di sekitar.
§ Sementara saat saya mempelajari tentang teori otak triune, saya merasa sangat takjub, seperti menemukan sebuah fakta atau kenyataan aneh `bahwa kita juga memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak.
3. Findings/Pembelajaran
Sebagai guru, sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya meyakini beberapa hal berikut:
Pendidikan dan Pengajaran adalah dua hal yang sama
Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran
Guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa
Siswa hanya objek yang tidak mengerti apa-apa
ini tentu sangat berpengaruh pada kondisi pembelajaran yang saya lakukan.
Proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik lebih banyak saya lakukan secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab) dengan menggunakan bantuan TIK (Teknologi dan Informatika Komputer). Saya menganggap peserta didik tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan.
Peserta didik dikatakan berhasil belajar suatu materi jika mereka bisa mengerjakan soal ulangan/ujian/asessmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta mendapat nilai yang mampu melampaui KKM.
Pembelajaran selalu dituntut menyelesaikan materi dengan alokasi waktu terbatas
Kegiatan belajar sebagian besar selalu dilaksanakan di dalam kelas
Memberikan tugas yang seragam pada peserta didik tanpa mempertimbangkan keragaman/ differensiasi potensi peserta didik
Selalu beranggapan bahwa pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik
Setelah belajar modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.
Pendidikan dan Pengajaran ternyata dua hal yang sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai seorang pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita selaku pendidik hanya pamong yang dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya itu. Dalam menuntun anak-anak, kita dapat mengibaratkan diri sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Misalnya, kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung atau tanaman lainnya.
Sebagai pendidik kita harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah tabularasa (kertas kosong) yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pesisir pantai akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pegunungan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam, berbeda, dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Kita harus menyiapkan anak-anak dapat memenangkan kompetisi pada zamannya dengan membekali kompetensi yang cukup dimasa yang akan datang. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)
4. Future/Penerapan ke depan (Rencana)
Setelah memahami modul 1.1 dan 1.2 maka kegiatan nyata rencana penerapan dalam aktifitas saya sebagai seorang guru penggerak baik dalam kegiatan keseharian, atau kegiatan yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun kegiatan yang sifatnya adhoc (khusus) adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan Keseharian
Dalam keseharian nanti selama tiga tahun ke depan, saya berusaha
Tetap konsisten menjadi contoh atau role model dan inspirasi bagi murid, rekan guru-guru sejawat, teman-teman se-profesi baik di lingkungan kelas, sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar. Misal: menjadi teladan dalam kedisiplinan, hadir di sekolah selalu tepat waktu, menebarkan contoh kebaikan dalam bersikap, bertutur kata, dan perbuatan
Saya secara tekun akan menerapkan dan menciptakan iklim yang mendukung tumbuh kembangnya Profil Pelajar Pancasila pada murid dalam hal penanaman nilai-nilai karakter yang terangkum dalam Profil Pelajar Pancasila
Saya secara tekun akan menerapkan konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
erapkan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan menerapkan nilai-nilai berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. dan juga terus berinovasi menerapkan pembelajaran berbasis TIK untuk menarik minat peserta didik (student's engagement)
Membangun relasi-komunikasi atau kolaborasi bersama rekan-rekan sejawat maupun dengan unsur pimpinan di sekolah
B. Kegiatan Rutin Berkesinambungan.
Beberapa kegiatan rutin berkesinambungan yang akan saya jalankan antara lain:
§ Pengembangan dan pembinaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
§ Pengembangan dan pembinaan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
§ Pengembangan dan pembinaan kegiatan pembinaan Kompetisi Sains Nasional (KSN)
§ Pengembangan dan pembinaan Gerakan Literasi dan Numerasi Sekolah
§ Mengembangkan model pembelajaran melalui MGMPS Matematika
Untuk mewujudkan dan mengembangkan kegiatan tersebut, saya akan:
§ Menyusun program kerja rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
§ Membuat/menyusun indikator dan target kegiatan
§ Senantiasa refleksif dalam bentuk refleksi sederhana 4F (fact, findings, feeling dan future) terhadap semua kegiatan tersebut, sehingga setiap kegiatan dan kebijakan yang saya ambil pasti ada jejak tulisannya.
§ Membangun dan mengembangkan kolaborasi dengan rekan guru lain, baik pada tingkat sekolah saya sendiri, dengan pimpinan sekolah, dengan dinas dan pemangku jabatan terkait, maupun dengan organisasi profesi.
C. Kegiatan Khusus
Selain kegiatan keseharian dan rutin berkesinambungan, saya juga akan membuat kegiatan-kegiatan khusus sebagai berikut:
§ Mengadakan kegiatan In House training (IHT) bagi semua komponen sekolah, tentang pemahaman pengembangan sekolah yang berhamba pada murid terkait kurikulum merdeka
§ Mengadakan kegiataan Study Tiru langsung ke SMA yang sudah menerapkan kurikulum merdeka dan sekolah penggerak
§ Pemetaan guru serumpun dan sesuai kelompok mata pelajaran, untuk pengembangan model pembelajaran
§ Mengadakan workshop untuk pembuatan modul ajar yang akan dipakai untuk pembelajaran
§ Menjalin kerjasama dengan lembaga/instansi terkait secara struktural baik di tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional
§ Pengembangan infrastruktur untuk proses pembelajaran seperti laboratorium Komputer, Laboratorium Fisika, Kinmia, Biologi, dan IPS untuk memastikan siswa dapat melakukan praktik dalam pembelajaran
§ Menjalin komunikasi dan pemberdayaan ikatan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia untuk bersama sama mengembangkan sekolah
§ Bekerjasama dengan perusahaan daerah untuk menjadi sponsor berbagai kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa atau secara kelembagaan
§ Mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak, yang tergerak, bergerak dan menggerakkan guna mewujudkan profil pelajar pancasila.
§ Selalu upgrade dan update kemampuan dan kompetensi melalui workshop, seminar, pelatihan, diklat, bimtek, sosialisasi, dan lain sebagainya dengan cara mendatangkan tenaga-tenaga kompeten yang berpengalaman demi peningkatan kompetensi guru untuk menjawab perubahan kebutuhan di lapangan