PROFIL KASERI -GP JOMBANG ANGKATAN 7
PROFIL KASERI -GP JOMBANG ANGKATAN 7
Randuwatang, sebuah desa di pinggiran utara kabupaten Jombang kecamatan Kudu, disanalah aku dilahirkan tahun 1974. Lahir dari keluarga kurang mampu, anak ke sepuluh dari sepuluh bersaudara. Orang tuaku memberikan nama Kaseri (rejekine tibo keri dalam Bahasa Indonesia berarti rejeki datang di akhir). Himpitan ekonomi, yang membuat kami harus hidup dalam kekurangan dan kesederhanaan. Termasuk pendidikan, Sembilan saudaraku paling tinggi berijazah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), diantaranya:
Kakak pertama, Sumaiyah (1956), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak kedua, Sumaikah (1958), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak ketiga, Sulikan (1960), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak keempat, Sulimin (1963), Lulus Sekolah Menengah Pertama
Kakak kelima, Sumarni (1966), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak keenam, Sumartik (1969), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak ketujuh, Sukiyat (1969), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak kedelapan, Suparman (1970), Tidak Lulus Sekolah Dasar
Kakak kesembilan, Mukrifah (1972), Lulus Sekolah Dasar
Saya kesepuluh, Kaseri (1974), Lulus Magister (S-2)
Keseharian yang aku lalui sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD) adalah bekerja di tetangga. Sepulang sekolah, menaruh tas dan ganti baju, lalu pergi ke tetangga untuk bekerja membantu membungkus krupuk. Jam kerja biasanya sepulang sekolah jam 13.00 sampai 17.00. terkadang jika banyak, bisa sampai habis Isya’. Lumayan setiap hari dapat uang 25 – 50 rupiah (saat itu sudah sangat banyak). Uang itu bisa buat jajan saat sekolah dan sisanya bisa di tabung serta membantu orang tua. Rutinitas itu aku lalui sampai dengan lulus SMP. Saat lulus SMP, dalam hati ingin langsung bekerja agar bisa membantu orang tua. Tetapi pekerjaan saat itu yang ada dan lagi familiar di desa adalah mencari pasir di sungai dan kuli angkut pasir.
Kegagalan berangkat menjadi TKI, tidak menyurutkan niat dan langkahku untuk terus berjuang. Aku ingin membuktikan arti namaku Kaseri (rejekine tibo keri), bahkan setelah belajar ekonomi, akupun manfsirkan namaku sendiri dengan arti perpaduan kata KAS (simpanan uang) dan SERI (bersambung) sehingga berarti selalu punya simpanan uang yang terus bersambung.
Akupun ikhlas menjalani takdirku, sampai suatu saat datanglah sebuah peluang. Saat itu awal Pebruari 1995 menjelang bulan Romadhon, Pasar Legi Jombang akan di relokasi ke tempat baru di Sambong karena pasar lama akan di bangun. Akupun mencoba mencari stand untuk jualan. Akhirnya aku mengisi hari-hariku di pasar untuk berjualan cecek, telor, dan aleh (semacam kecambah). Biasanya sore hari aku mencari kulakan cecek dari para bos besar pembuat cecek. Sampai di rumah, cecek aku rendam dalam bak. Menjelang shubuh, cecek aku tiriskan sampai tidak ada airnya, lalu aku berangkat ke pasar. Cecek, telor, dan aleh aku masukkan ke keranjang (baca: rengkek), lalu dengan menggunakan GL-PRO (Genjot Langsung Protol) atau sepeda pancal (onthel) aku kayuh menuju pasar Legi Jombang. Biasanya sekitar jam 07.00 sudah habis lalu pulang. Sampai rumah bersiap membantu pekerjaan rumah kakak.
Sepuluh hari menjelang hari raya, sekitar akhir Pebruari 1995 aku manfaatkan peluang hari raya untuk jualan kue-kue lebaran. Mulai dari kue yang kiloan sampai kue kemasan kaleng. Biasanya jam 07.00 habis jualan cecek langsung pulang, kini aku perpanjang dengan jualan kue sampai sore hari. Alhamdulillah bisa buat saku lebaran dan juga orang tua. Selepas lebaran, menjelang hari raya ketupat, biasanya permintaan cecek meningkat sampai 20 kali lipat. Momen lebaran selesai, ganti menjelang masuk sekolah sekitar bulan Juni-Juli, aku manfaatkan untuk jualan buku tulis dan alat-alat sekolah lainnya.
Pertengahan Juli 1995, sebuah sekolah Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah di desa Bandung kehilangan guru Matematika dan Fisika karena harus pindah tempat tinggal. Kepala Madrasah yang mengerti saya lulusan dari SMADA, kemudain memberikan tawaran ke saya untuk mengajar di MTs tersebut. Akupun tanpa piker panjang menerima tawaran tersebut. Sejak itu aku mulai mengajar Matematika dan Fisika hanya berbekal lulusan SMA saja. Sehingga aktifitas mulai padat. Sebelum shubuh berangkat ke pasar, jam 07.00 berangkat mengajar sampai 13.00, bantu-bantu kakak, lalu 15.00 cari kulakan untuk jualan. Dalam hati, mungkin inilah tanda-tanda doa yang tersirat dalam namaku mulai menampakkan hasil dan mulai terwujud. Kalau Alloh menurunkan rejeki, maka tidak akan tertukar.
SMA NEGERI 1 JOMBANG
SMA NEGERI 1 JOMBANG adalah salah satu satuan pendidikan dengan jenjang SMA di Kepanjen, Kec. Jombang, Kota Cilegon, Banten. Dalam menjalankan kegiatannya, SMA NEGERI 1 JOMBANG berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SMA NEGERI 1 JOMBANG beralamat di JL. BUPATI RAA. SOEROADININGRAT NO. 8 JOMBANG, Kepanjen, Kec. Jombang, Kota Cilegon, Banten, dengan kode pos 61411.
Apabila anda ingin bertanya atau menghubungi langsung SMA NEGERI 1 JOMBANG, dapat melalui beberapa media. Website sekolah dapat dibuka melalui url http://www.sman1jombang.sch.id. Apabila ingin mengirimkan surat elektronik (email), dapat dikirimkan ke sman1jombang@gmail.com.
SMA NEGERI 1 JOMBANG menyediakan listrik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. Sumber listrik yang digunakan oleh SMA NEGERI 1 JOMBANG berasal dari PLN.
Pembelajaran di SMA NEGERI 1 JOMBANG dilakukan pada Sehari Penuh. Dalam seminggu, pembelajaran dilakukan selama 5 hari.
SMA NEGERI 1 JOMBANG memiliki akreditasi A, berdasarkan sertifikat 164/BAP-S/M/SK/XI/2017
SMAN 1 Jombang Wujudkan Sekolah Berkarakter dan Berwawasan Global
JOMBANG – Sebagai salah satu sekolah rujukan di Kabupaten Jombang, SMAN 1 Jombang terus berkomitmen mewujudkan generasi yang berkarakter dan berwawasan global. Pandemi Covid-19 tak menjadi halangan bagi guru untuk terus berinovasi memberikan pembelajaran yang inovatif dan edukatif.
Kepala SMA Negeri 1 Jombang Zinal Fathoni menyampaikan, SMAN 1 Jombang terus berupaya mewujudkan sekolah yang berkarakter dan berdaya saing sebagaimana visi misi Bupati Jombang.”Hal tersebut sesuai dengan visi misi kami yakni mewujudkan insan yang berimtaq, berprestasi, berbudi pekerti, peduli lingkungan serta berwawasan global,’’ ujar dia.
SMAN 1 Jombang merupakan salah satu sekolah yang mengembangkan pendidikan karakter. Setiap hari peserta didik sebelum memulai jam pertama diharuskan mengikuti kegiatan mengaji untuk melantunkan ayat-ayat suci alqur’an. ”Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa-siswi selain mendapatkan ilmu pengetahuan secara akademik juga dikembangan pendidikan non akademik melalui kegiatan kesiswaan sesuai minat dan bakatnya,’’ terangnya.
Kegagalan berangkat menjadi TKI, tidak menyurutkan niat dan langkahku untuk terus berjuang. Aku ingin membuktikan arti namaku Kaseri (rejekine tibo keri), bahkan setelah belajar ekonomi, akupun manfsirkan namaku sendiri dengan arti perpaduan kata KAS (simpanan uang) dan SERI (bersambung) sehingga berarti selalu punya simpanan uang yang terus bersambung.
Akupun ikhlas menjalani takdirku, sampai suatu saat datanglah sebuah peluang. Saat itu awal Pebruari 1995 menjelang bulan Romadhon, Pasar Legi Jombang akan di relokasi ke tempat baru di Sambong karena pasar lama akan di bangun. Akupun mencoba mencari stand untuk jualan. Akhirnya aku mengisi hari-hariku di pasar untuk berjualan cecek, telor, dan aleh (semacam kecambah). Biasanya sore hari aku mencari kulakan cecek dari para bos besar pembuat cecek. Sampai di rumah, cecek aku rendam dalam bak. Menjelang shubuh, cecek aku tiriskan sampai tidak ada airnya, lalu aku berangkat ke pasar. Cecek, telor, dan aleh aku masukkan ke keranjang (baca: rengkek), lalu dengan menggunakan GL-PRO (Genjot Langsung Protol) atau sepeda pancal (onthel) aku kayuh menuju pasar Legi Jombang. Biasanya sekitar jam 07.00 sudah habis lalu pulang. Sampai rumah bersiap membantu pekerjaan rumah kakak.
Sepuluh hari menjelang hari raya, sekitar akhir Pebruari 1995 aku manfaatkan peluang hari raya untuk jualan kue-kue lebaran. Mulai dari kue yang kiloan sampai kue kemasan kaleng. Biasanya jam 07.00 habis jualan cecek langsung pulang, kini aku perpanjang dengan jualan kue sampai sore hari. Alhamdulillah bisa buat saku lebaran dan juga orang tua. Selepas lebaran, menjelang hari raya ketupat, biasanya permintaan cecek meningkat sampai 20 kali lipat. Momen lebaran selesai, ganti menjelang masuk sekolah sekitar bulan Juni-Juli, aku manfaatkan untuk jualan buku tulis dan alat-alat sekolah lainnya.
Pertengahan Juli 1995, sebuah sekolah Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah di desa Bandung kehilangan guru Matematika dan Fisika karena harus pindah tempat tinggal. Kepala Madrasah yang mengerti saya lulusan dari SMADA, kemudain memberikan tawaran ke saya untuk mengajar di MTs tersebut. Akupun tanpa piker panjang menerima tawaran tersebut. Sejak itu aku mulai mengajar Matematika dan Fisika hanya berbekal lulusan SMA saja. Sehingga aktifitas mulai padat. Sebelum shubuh berangkat ke pasar, jam 07.00 berangkat mengajar sampai 13.00, bantu-bantu kakak, lalu 15.00 cari kulakan untuk jualan. Dalam hati, mungkin inilah tanda-tanda doa yang tersirat dalam namaku mulai menampakkan hasil dan mulai terwujud. Kalau Alloh menurunkan rejeki, maka tidak akan tertukar.