PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
Sebagai pemantik proses refleksi tersebut, mari kita ingat-ingat kembali pengalaman ketika kita bersekolah. Jawaban pertanyaan berikut tidak perlu ditulis namun tetap perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman apa yang membuat Anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman apa yang membuat Anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)
Peristiwa apa yang membuat Anda merasa berkembang dan belajar sebagai seorang pembelajar?
Siapa sosok guru yang menginspirasi Anda?
Apa pengalaman yang berkesan bersama guru tersebut?
Pernahkah Anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan oleh guru tersebut di kelas yang Anda ampu?
Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di bawah terkait pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).
1. Tulisan Reflektif Kritis
Buatlah sebuah tulisan reflektif kritis dengan jumlah minimum 300 kata dan maksimum 500 kata dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan yang telah disediakan. Pertanyaan panduan tulisan reflektif kritis Anda terkait konsep pemikiran Pendidikan KHD:
Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?
Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
*) Maknai dan hayati pilihan Anda menjadi guru dalam menuliskan tulisan reflektif-kritis. Hindari perihal teknis seperti tidak tersedianya buku ajar bagi murid, masih berstatus guru honorer dsb-nya. Fokus pada pilihan Anda menjadi guru.
2. Harapan dan Ekspektasi
Ungkapkan Harapan dan Ekspektasi Anda terkait dengan pembelajaran pada modul ini.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) merupakan usaha menuntun seluruh kekuatan kodrat yang ada pada diri anak secara individu maupun sebgai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan harusnya sebagai penuntun untuk pencapaian potensi siswa menjadi maksimal. Ki Hadjar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat mencapai tujuan, membentuk kepribadian yang kokoh, serta kemandirian batin peserta didik. Hal ini berarti dengan berbekal kemerdekaan pada diri siswa memberikan keyakinan pada mereka dalam mengikuti pendidikan dan pengajaran. Trilogi semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani mengajarkan banyak hal terkait pendidikan dan pengajaran.
Pemikiran KHD jika dikaitkan dengan pendidikan sekarang sangat relevan untuk diterapkan. Melalui Pendidikan, Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan ide, menciptakan kreatifitas, berfikir kritis, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar). Merdeka bukan berarti bebas, tetapi perlu tuntunan dan arahan dari guru agar siswa tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang guru seharusnya menghormati dan memperlakukan anak secara vaik sesuai kodratnya, melayani setulus hati, menjadi teladan, mengobarkan semangatnya dan memberikan dorongan bagi tumbuh kembangnya siswa. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Sampai sekarang, pemikiran KHD belum sepenuhnya mampu saya laksanakan secara menyeluruh di sekolah. Apalagi dengan badai COVID 19 yang melanda Indonesia, sehingga proses pembelajaran harus daring, membuat suasana pembelajaran tidak 100% sesuai harapan. Namun demikian sebagai guru terus berusaha menjadikan pembelajaran yang nyaman dan kondusif, memberikan kebebesan kepada siswa dalam memahami materi, memberikan kesempatan siswa untuk bebas memilih sumber belajar melalui buku, youtube dan sember belajar yang relevan, menyediakan sumber-sumber belajar digital yang variatif.
Berubahnya zaman dan paradigma baru pendidikan, menuntut seorang pendidik, selalu berusaha meningkatkan komptensi dan model pembelajaran, agar mampu membimbing mereka sesuai jamannya, menjadi guru sekaligus sebagai sahabat siswa, tetapi tetap tidak meninggalkan cita-cita dan nilai-nilai luhur yang pernah diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Pengantar
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Mari kita lebih mendalam mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, perjalanan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga pemikiran-pemikiran KHD tentang bagaimana menjadi manusia merdeka. Anda juga akan lebih jauh memahami 3 (tiga) tulisan KHD untuk membangun pemikiran reflektif-kritis Anda.
Setelah menyimak video dan membaca 3 (tiga) tulisan KHD, Anda membuat sebuah rekaman audio berdurasi 1 hingga 3 menit (maksimum 3 menit) yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai “Pembelajar Merdeka” yang dapat menginternalisasi semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.
Halaman 2
Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini
Pendidikan Indonesia, pasang surut selalu berubah dan akan terus berubah. Potret pend. Indonesia dari dulu (kolonial Belanda) sampai sekarang yang menarik bagi saya adalah pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan yang statusnya tinggi. Hak sebagai warga negara tidak semuanya terpenuhi. Pendidikan hanya untuk mengikuti kepentingan dan pola pikir. Hanya satu cara untuk mencapai sebuah kemampuan belajar. Sampai sekarang pun masih ada kesenjangan dalam pendidikan. Untuk perbedaannya adalah guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran namun sekarang siswa peserta didik dapat mengambil sumber belajar dari perkembangan tekhnologi yang ada. Sekarang kesempatan belajar bisa kapan saja dimana saja dan dengan siapa saja
Halaman 3
Filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, di sekolah saya sebagian besar sudah diwujudkan dengan perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Dalam kehidupan bersosialisasipun, SENIOR memberikan contoh baik dalam menjalankan tugas, SENYU (Istilah antara Senior dan Yunior) selalu memberikan semangat kerja membangun tim yang kuat, dan YUNIOR menunjukkan sikap yang bersahaja dan mengikuti kinerja baik para senior. Semoga kita bisa menjadi lebih baik... Semangat
Halaman 4
1. Kerangka pemikiran KHD
Mengapa kerangka Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang begitu luar biasa dan tidak kalah dengan tokoh pendidikan internasional, baru sekarang diungkap kembali ke permukaan. dan butuh hampir SEABAD untuk dipakai dalam kurikulum Indonesia?
Halaman 5
2. Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara menekankan agar Pendidikan itu memperhatikan Kodrat Alam yang ada dalam diri siswa, sehingga seorang Guru sebagai pendidik harus bisa memahami kondisi setiap siswanya. Dengan demikian, guru memahami kebutuhan pengajaran apa yang dibutuhkan dalam memanusiakan siswa sebagai manusia.
Sudahkah anak murid kita belajar dengan merdeka? Apakah sistem pengajaran yang kita lakukan sudah mencerminkan pembelajaran yang merdeka? Kemerdekaan itu akan kita dapat dengan mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Pernahkah Bapak/Ibu merenungkan itu?
Kalau berdasarkan konsep merdeka belajar, dimana ada tiga komponen penting yaitu, komitmen terhadap tujuan, mandiri dalam menentukan pilihan cara belajar, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Apalagi secara definisi, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dialkukan supaya para siswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa. Kalau seperti itu, saya kira siswa kita belum sepenuhnya termasuk dalam merdeka belajar. Sedangkan ciri-ciri guru yang sudah menerapkan merdeka mengajar adalah memiliki keberanian menghadapi tantangan, dalam praktik mampu mencontohkan caranya, memiliki pemikiran sebagai guru pemenang, dan punya jati diri yang mampu memantik perubahan. Saya kira, secara pribadi saya sendiri belum 100% menerapkan merdeka mengajar. Makanya melalui gerakan Program guru Penggerak, kita harus terus belajar dan menjadi agen perubahan. Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan. Semangat !!!
Halaman 6
3. Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun
Mencermati Filosofi KHD yang mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Maka keberhasilan pendidikan bukan karena INPUT saja, tetapi justru PROSES sangat menentukan. Berbahagialah kita selaku PENDIDIK yang mememgang kendali proses. Semangat!!!
Halaman 7
4. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Kodrat alam merupakan kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan tempat anak berada. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Anak berhak mendapatkan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya sendiri. Makanya jangan bekali siswa untuk hidup sekarang, tapi berikan bekal pengajaran untuk mereka hidup di zamannya nanti…
Halaman 8
5. Budi Pekerti
Ki Hadjar Dewantara beranggapan bahwa budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang. Sehingga pendidikan karakter seyogyanya menjadi ciri utama Pendidikan Indonesia
Halaman 9
6. Interpretasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Semakin jelas mendidik dan mengajar Menurut KHD adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani.
6. Interpretasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Semakin jelas mendidik dan mengajar Menurut KHD adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani. Mengapa baru sekarang diterapkan setalah 77 tahun merdeka?
Halaman 10
7. Penugasan (Refleksi diri)
REFLEKSI INTISARI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA Tugas vlog Intisari Pendidikan menurut KI Hajar Dewantoro DRIVE: https://bit.ly/Refleksi_KHD2022
ATAU bisa juga disimak melalui Chanel Youtube berikut: Youtube: https://youtu.be/Xpka3vExlo4
Halaman 11
Petunjuk dan panduan sudah dilaksanakan. Siap untuk belajar pada tahapan berikutnya. Semangat !!!
Dalam pembelajaran ini, saya akan mengelaborasi pemahaman mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara. Namun sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama instruktur, Saya diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara yang masih ingin digali lebih lanjut pada aktivitas ini.
Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.1 ini.
1. MENUNTUN
Jombang sebagai kota SANTRI dikarenakan dikelilingi 4 Pondok Pesantren Besar di Empat Penjuru Mata Angin, antara lain: PP. Darul Ulum (Timur), PP.Bahrul Ulum (Utara), PP. Mambaul Ma’arif (Barat), dan PP Tebuireng (Selatan). Disamping itu menurut Bupati Mundjidah Wahab SANTRI akronim dari Santun, Tertib, Religi, dan Inovatif. Jombang sebagai kota BERIMAN yang merupakan akronim dari Bersih, Indah, dan Nyaman tercermin dari bebagai penghargaan Adipura yang diterima. Jika dibreakdown ke sekolah di Jombang, banyak sekolah yang menjadi sekolah Adiwiyata
Perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah Jombang adalah membimbing anak beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, dan berakhlaq mulia. Untuk menuju kesana, kita bis menuntun perilaku karakter anak dengan membiasakan bersikap bersikap sopan, santun, melatih anak agar bisa melakukan kegiatan budaya daerah seperti unggah-ungguh, soyo, kenduren/slametan, dan besutan. Perubahan riil yang dapat saya lakukan adalah dengan kegiatan pembiasaan yang dilakukan di sekolah setiap hari, antara lain:
Menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun),
Pembiasaan salaman (jabat tangan) dengan guru
Pembiasanaan membaca asmaul husna dan surat pendek sebelum pelajaran dimulai,
Pembiasaa sholat Dhuha
Pembiasaan sholat Jamaah Dhuhur
Pembacaan tahlil dan istighosah secara periodic
Peringatan hari besar islam
2. KODRAT ALAM (Merdeka, Bermain)
Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan “menuntun” kodrat alam artinya guru sebagai penuntun bagi kodrat alam yang sudah dimiliki siswa sejak lahir
berupa bakat dan kondisi dimana ia dilahirkan (seperti: merdeka dan bermain). Seorang anak harus diajarkan sesuai dengan kodrat alam dimana ia tinggal dan dibesarkan. Misal seorang anak tinggal di daerah sekitar pesantren, lebih cenderung untuk di tuntun sebagai santri. Anak yang tinggal di daerah pantai, anak dituntun untuk menjadi nelayan, dan lain sebagainya.
Pendidikan “menuntun” kodrat zaman siswa artinya guru sebagai penuntun agar siswa bisa menyesuaikan diri dengan kodrat zaman yang oleh Ki Hadjar Dewantara hal ini merupakan aspek penting dalam keberhasilan pendidikan. Guru dituntut untuk ikut mempelajari dan mengetahui yang diketahui oleh generasi yang dihadapinya. Guru harus mampu menuntun anak menghadapi masanya dan zamannya. Bagaimana mereka bisa berkompetisi dan memenangkan setiap persaingan di masa akan datang.
3. RELEVANSI
Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran saya sebagai pendidik adalah melihat bahwa peserta didik bukanlah sebagai objek namun dijadikan
sebagai subjek. Memberikan mereka kesempatan dan fasilitas mereka dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Seorang guru harus memiliki rasa hormat, memuliakan anak sehingga
jika tumbuh perasaan tersebut, maka tanpa disadari dalam diri anak akan tumbuh rasa senang. Kondisi ini akan bisa memudahkan siswa untuk menyerap ilmu pengetahuan yang
guru berikan sehingga akan membawa hasil yang memuaskan.
Menghamba disini kalau manurut saya sebagai seorang guru kita harus dapat menjadi aktor, fasilitator dan motivator. bukan hanya memerintah atau menuntut anak saja, namun kita juga harus menuntun/mengarahkan, memfasilitasi potensi dan bakat anak, sedangkan motivator seorang guru harus dapat mendorong/memberi semangat kepada anak-anak untuk menggali potensi yang ada pada dirinya.
4. GAMBARAN PROSES
Gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD). Pendidikan Harus Relevan dengan Kehidupan Pengembangan Pendidikan Selaras dengan Nilai Budaya Secara umum, konsep pendidikan harus relevan dengan garis hidup guna mencerdaskan rakyat serta mengangkat martabat bangsa. Setiap individu harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kecanggihan teknologi dapat dijadikan sarana memperluas jaringan serta meningkatkan wawasan global.
Salah satu pembelajaran yang saya lakukan adalah menggunakan TIK dengan menggunakan Google Classroom, GF, Quizizz, PPT, Liveworksheets, dll dan Presentasi. Sehingga anak berusaha menjadi yang terbaik.
Pengembangan pendidikan harus selaras dengan nilai budaya untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguat bangsa. Ki Hajar Dewantara memandang jika misi pendidikan nilai budaya masyarakat timur lebih cocok digunakan. Jika sistem pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali sebagai insan yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk mengembangkan bakat, potensi dan karakteristik peserta didik.
Di akhir kegiatan saya harus menulis semua yang saya peroleh ke dalam padlet.com
https://padlet.com/suhadakahmad2013/kl9s46bfv7lxlqrd
Saya Kaseri, S.Pd., M.M. adalah calon guru penggerak angkatan 7 dari SMAN 1 Jombang Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara sekaligus sebagai koneksi antar materi modul 1.1.
Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dengan sebutan terkenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan, dengan trilogo filosofi yang termasyhur “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” sangat banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Bahkan kini menjadi dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebagai guru, sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya meyakini beberapa hal berikut:
a.) Pendidikan dan Pengajaran adalah dua hal yang sama
b.) Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran
c.) Guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa
d.) Siswa hanya objek yang tidak mengerti apa-apa
Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kondisi pembelajaran yang saya lakukan.
a.) Proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik lebih banyak saya lakukan secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab) dengan menggunakan bantuan TIK (Teknologi dan Informatika Komputer). Saya menganggap peserta didik tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan.
b.) Peserta didik dikatakan berhasil belajar suatu materi jika mereka bisa mengerjakan soal ulangan/ujian/asessmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta mendapat nilai yang mampu melampaui KKM.
c.) Pembelajaran selalu dituntut menyelesaikan materi dengan alokasi waktu terbatas
d.) Kegiatan belajar sebagian besar selalu dilaksanakan di dalam kelas
e.) Memberikan tugas yang seragam pada peserta didik tanpa mempertimbangkan keragaman/differensiasi potensi peserta didik
f.) Selalu beranggapan bahwa pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah belajar modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.
Pendidikan dan Pengajaran ternyata dua hal yang sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai seorang pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita selaku pendidik hanya pamong yang dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya itu. Dalam menuntun anak-anak, kita dapat mengibaratkan diri sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Misalnya, kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung atau tanaman lainnya.
Sebagai pendidik kita harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah tabularasa (kertas kosong) yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pesisir pantai akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pegunungan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam, berbeda, dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Kita harus menyiapkan anak-anak dapat memenangkan kompetisi pada zamannya dengan membekali kompetensi yang cukup dimasa yang akan datang. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)
Menurut Ki hadjar dewantara, ada 3 prinsip utama untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas Trikon, yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan Konsentris. Maksud dari Kontinuitas adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Sementara Konvergensi adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita. Sedangkan yang terakhir Konsentris adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pemelajar. Sangat jelas terlihat bahwa pendidikan itu harus memerdekakan.
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa tujuan pendidikan yang utama adalah pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya tekad jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai timbangan, ukuran, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dengan mudah dapat membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, kita semua berharap bahwa anak-anak kita nantinya dapat tumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik sehingga mereka dapat menggapai kesempurnaan hidup, keselamatan yang setinggi-tingginya dan kebahagian secara pribadi maupun sebagi anggota masyarakat.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Agar mencerminkan Ki Hadjar Dewantara, beberapa hal yang coba saya lakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, mengubah mindset bahwa anak itu tidaklah selembar kertas kosong yang tidak tahu apa-apa, tetapi saya percaya bahwa setiap anak yang lahir itu sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun belum tampak. Sehingga saya harus memnberikan pengajaran dan pendidikan mampu menggali potensi anak secara optimal untuk tumbuh kembangnya anak
Kedua, mengupayakan pembelajaran yang berpusat dan berpihak pada anak. Memberikan anak-anak ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri sebagai pamong dan fasilitator yang menuntun anak agar mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Ketiga, memberikan teladan yang baik seperti akronim Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Menciptakan pembelajaran yang mengutamakan budi pekerti. Guru tidak hanya menuntut kemampuan kognitif saja tetapi juga menuntun sesuai kodrat siswa. Sesuai semboyan Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar.
Keempat, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain dan merdeka