Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid

Salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara adalah Pembelajaran yang berpihak pada murid. Murid diberikan bekal kemandirian untuk masa depannya, dengan cara melibatkan mereka di setiap kegiatan di sekolah. Dari pengalaman mereka itulah, mereka dapat mengambil tiap-tiap pelajaran dari sana. Untuk menuju visi guru penggerak, tentu kita memerlukan penguatan kompetensi diri untuk mendukung program sekolah. Lalu apa saja kompetensi yang kita butuhkan? 4 kompetensi guru ditambah 4 kompetensi guru penggerak.

Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui adanya 4 kompetensi dasar guru yang harus dikuasai, Kompetensi Pedagogik, Personal, Sosial, dan Profesional. Namun ternyata 4 hal itu tidaklah cukup di masa sekarang. Ada nilai-nilai yang ditambahkan saat saya mengikuti program ini. Silakan baca Jurnal saya di Menu ARTEFAK, Modul 1, Sub Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. ada 4 kompetensi tambahan yaitu: Kompetensi Mengembangkan diri dan Orang Lain, Kepemimpinan Pembelajaran, Kepemimpinan Pengembangan Sekolah, dan Kepemimpinan Manajemen Sekolah.

Bagaimana Memulainya?

Bagaimana memulainya?

Mari lakukan pemetaan terhadap siswa. menggunakan asesmen diagnostik, kemudian bertanya kepada guru kelas sebelumnya untuk mengetahui karakter awal siswa, dan perkembangannya selama ada di kelas sebelumnya. Setelah itu, Mulai dari membuat pertanyaan-pertanyaan seperti:

  1. Pelajaran apa yang paling kalian sukai?

  2. Kegiatan apa yang membuat kalian nyaman?

  3. Karya seni apa yang paling kalian sukai?

  4. Kelas apa yang kalian impikan?

Bagikan Kertas Warna-Warni

Bagikan kertas warna warni kepada siswa, lalu minta mereka untuk menempelkannya di papan tulis. Setelah mengetahui kegiatan apa yang membuat mereka bahagia dan nyaman, ajaklah anak-anak untuk membuat daftar kesepakatan kelas, untuk mewujudkan kelas yang mereka impikan.

Temukan Apa Yang Mereka Inginkan

Setelah melakukan identifikasi, kelas yang saya ampu lebih menyukai kegiatan yang ada diluar kelas, karena memang saya pernah mengajak mereka sesekali belajar di luar kelas. Namun, beberapa diantaranya juga lebih menyukai belajar di kelas secara lesehan. kami pernah belajar lesehan di kelas, membentuk lingkaran kemudian saling belajar bangun datar, bangun ruang melalui KIT Matematika yang saya bawa. Dengan benda-benda konkret, mereka lebih mudah untuk memahami materi dari hanya sekedar melihat tayangan gambar.


Membuat Daftar Keyakinan Kelas

Mengkondisikan Siswa

Kesan awal saat belajar membuat siswa akan menjadi nyaman. Yuk, buat password kelas untuk mereka!

Salah satu nilai guru penggerak yang telah membantu saya dalam melayani siswa saya dengan lebih baik adalah berpihak kepada siswa. Mengapa demikian? Karena saya merasa dengan berpihak kepada siswa, kita memposisikan diri kita bagaimana ketika guru jadi murid.

Kita sadari atau tidak, dengan menerapkan satu hal saja “berpihak kepada siswa” kita sudah menerapkan nilai-nilai guru penggerak yang lainnya. Apalagi jika kita menerapkan nilai Guru Penggerak seutuhnya?

Dengan berpihak kepada siswa seperti yang saya sebutkan di atas, kita menerapkan inovasi untuk model pembelajaran yang menyenangkan, kita juga bertindak reflektif mengenai apa yang sudah kita lakukan, kelebihan kekurangannya, sehingga bertekad untuk memperbaikinya. Secara tidak langsung juga, kita telah mandiri untuk membuat suatu keputusan, apa yang harus dilakukan seorang guru, serta sudah melaksanakan kolaborasi, ketika kita sharing dengan pimpinan sebelum melaksanakan program tersebut di kelas.

INGATLAH MOMEN SAAT KITA BAHAGIA MENJADI SEORANG SISWA, JIKA SUDAH INGAT, LAKUKAN SESUAI APA YANG KITA RASAKAN DAHULU, APA YANG MEMBUAT KITA BAHAGIA SAAT JADI SISWA, DAN COBALAH UNTUK HINDARI PERISTIWA YANG MEMBUAT SISWA TIDAK NYAMAN. APA ITU? TENTU KITA JUGA AKAN MENGERTI, COBA TANYAKAN PADA HATI KECIL, SEBAB KITA JUGA PERNAH MENJADI SEORANG SISWA.

Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?

Momen di masa sekolah masih dapat saya rasakan sebab dua hal tersebut yang bisa mempengaruhi diri saya sekarang. Rasa senang, bahagia, optimis, bisa tumbuh dan berkembang hanya karena pujian dan motivasi dari guru saya waktu itu. Sebaliknya, rasa sedih, kecewa, takut dan khawatir selalu mengganggu pikiran saya ketika menghadapi aksara jawa hanya karena saya tidak diperlakukan sebagaimana mestinya seorang siswa yang seharusnya tidak bisa harus mendapatkan “tuntunan” dari seorang guru.

Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?

Saya sadar, perilaku saya sebagai seorang guru sekarang bisa memberikan dampak positif atau negatif untuk kehidupan anak didik saya. Jangan sampai, peristiwa negatif yang telah saya alami akan berlanjut juga untuk anak didik saya. Saya berharap, dengan mempelajari pemikiran KHD dan mengimplementasikan ke pembelajaran, saya dapat memberikan dampak positif yang berkesan sampai anak didik saya termotivasi untuk terus melakukan perubahan kecil yang berdampak besar bagi kehidupannya.

Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"?

Wahai guru tuntunlah murid-muridmu, biarkan mereka merasakan betapa bahagianya mendapat ilmu, jangan kau berikan luka yang menjadikan trauma.

Rangkullah mereka sebagaimana peran kamu merangkul anakmu, mari ciptakan suasana belajar menjadi lebih bermakna.

APA PERAN GURU PENGGERAK?
Peran saya adalah membangun komunikasi dengan Kepala Sekolah, rekan guru, dan komunitas saya untuk mendukung tercapainya program guru penggerak. Mengajak rekan-rekan untuk ikut mengembangkan diri melalui diklat, berdiskusi dengan rekan guru jika menemui hambatan di kelas, menanyakan kepada siswa kegiatan apa yang membuat mereka merasa nyaman saat belajar, berkomunikasi dengan orangtua siswa tentang perkembangan belajar siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Yang terakhir adalah jangan lupakan kegitan refleksi, untuk perbaikan di masa mendatang.

PINTER BU KADES

Apa itu Pinter Bu Kades? Pinter Bu Kades adalah akronim dari Pekan Interaksi Budaya, Karya dan Desain. Penasaran dengan program sekolah yang saya gagas ini? Yuk simak di halaman berikut: PINTER BU KADES