Tujuan umum

Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti para peserta didik agar menjadi insan literat sepanjang hidup melalui ekosistem literasi yang dibangun dalam gerakan literasi sekolah.


Tujuan khusus

  • Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.

  • Membentuk budaya literasi di lingkungan sekolah.

  • Meningkatkan insan literat di lingkungan sekolah.

  • Meningkatkan pengelolaan pengetahuan di lingkungan sekolah melalui sekolah ramah anak yang menyenangkan.

  • Menjadi wadah untuk menumbuhkan strategi membaca, sehingga keberlanjutan pembelajaran bisa selalu dihadirkan.

  • Manfaat Gerakan Literasi Sekolah

  • Manfaat gerakan literasi sekolah adalah sebagai berikut.

  • Memperkaya pengetahuan kosa kata.

  • Meningkatkan pemahaman mata pelajaran Bahasa Indonesia.

  • Menambah informasi dan wawasan baru.

  • Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis dan menyusun kata-kata.

  • Mengasah daya ingat melalui membaca.

  • Meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang muncul di media.


Prinsip Literasi Sekolah

Prinsip literasi sekolah merupakan pedoman yang mendasari gerakan literasi sekolah. Adapun prinsip literasi sekolah adalah sebagai berikut.

  • Literasi sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.

  • Pelaksanaannya harus berimbang dengan berbagai jenis/ragam teks serta memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan peserta didik.

  • Berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum.

  • Literasi sekolah harus dijalankan secara berkelanjutan.

  • Literasi harus disertai kegiatan kecakapan dalam berkomunikasi secara lisan.

  • Dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman.


Komponen Literasi Sekolah

Literasi sekolah terdiri dari enam komponen. Adapun komponen literasi sekolah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Komponen literasi usia dini

Pada komponen literasi usia dini, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah orang tua, keluarga, guru PAUD, dan pengasuh (jika ada).

2. Komponen literasi dasar

Pada komponen literasi dasar, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah pendidikan formal.

3. Komponen literasi perpustakaan

Pada komponen literasi perpustakaan, pendidikan formal adalah pihak yang harus ikut aktif berperan.

4. Komponen literasi teknologi

Di era digital seperti sekarang ini, arus teknologi tidak dapat dibendung. Kemampuan literasi setiap anak harus selalu ditingkatkan agar tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu, komponen literasi teknologi harus melibatkan peran pendidikan formal dan keluarga.

5. Komponen literasi media

Arus informasi yang disampaikan melalui media tidak bisa diterima mentah-mentah begitu saja. Seringkali, Bapak/Ibu mendapatkan berita hoax yang menyesatkan. Oleh karena itu, komponen literasi media ini harus melibatkan pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial.

6. Literasi visual

Komponen literasi visual membutuhkan peran aktif pendidikan formal dan lingkungan sosial


Tahapan Pelaksanaan Literasi Sekolah

Untuk mengimplementasi literasi di sekolah, diperlukan tiga tahapan. Adapun tahapan pelaksanaan literasi sekolah adalah sebagai berikut.

1. Tahap pembiasaan

Pada tahap pembiasaan, kegiatan literasi hanya bertujuan untuk kesenangan. Melalui kesenangan itulah diharapkan bisa menumbuhkan minat membaca dan menulis para peserta didik. Tahap pembiasan dilakukan dengan dua cara, yaitu membaca nyaring oleh dan membaca dalam hati.

a. Membaca nyaring

Langkah-langkah yang harus dilakukan guru selama membaca nyaring adalah sebagai berikut.

Sebelum membaca

Kegiatan sebelum membaca adalah sebagai berikut.

– Peserta didik diberi buku yang menarik, bermanfaat, dan sesuai dengan perkembangan anak.

– Guru memberikan pernyataan pembuka tentang buku yang akan dibaca.

Saat membaca

Kegiataan saat membaca adalah sebagai berikut.

– Guru membaca isi buku dengan suara lantang, pengucapan jelas, dan tidak terlalu ceoat.

– Di antara sela-sela membaca, guru bisa menanyakan beberapa kalimat yang sudah dibaca untuk menggiring tanggapan peserta didik.

Setelah membaca

Kegiatan setelah membaca adalah memberikan pertanyaan kepada peserta didik berkaitan dengan teks yang sudah dibaca.

b. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati dilakukan oleh guru dan peserta didik secara bersamaan. Alokasi waktu yang dibutuhkan biasanya 15 menit. Jika terlalu lama, peserta didik bisa cepat bosan. Adapun langkah-langkah membaca dalam hati adalah sebagai berikut.

Sebelum membaca

Sebelum membaca ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.

– Peserta didik bebas memilih buku bacaan yang diinginkan.

– Guru memberikan penjelasan tentang durasi membaca.

– Peserta didik bisa menempati area mana saja yang disukainya asalkan masih di area sekolah.

Saat membaca

Saat membaca, peserta didik dan guru membaca bersama-sama dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Setelah membaca

Setelah membaca, ada hal-hal penting yang harus dilakukan peserta didik, yaitu sebagai berikut.

– Peserta didik mencatat hal-hal penting dari buku bacaan, misalnya judul buku, pengarang, jumlah halaman, dan sebagainya.

– Untuk buku yang belum selesai dibaca, bisa dilanjutkan di pertemuan selanjutnya.

– Peserta didik harus mengembalikan buku yang dibacanya di tempat semula.

– Peserta didik harus menjawab sejumlah pertanyaan dari Bapak/Ibu guru.

2. Tahap pengembangan

Tahap pengembangan merupakan bentuk tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap pengembangan ini, diharapkan kemampuan dan keinginan membaca para peserta didik sudah mulai muncul. Agar minat membacanya tidak hilang, dibutuhkan adanya tahap pengembangan. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di tahap pengembangan ini adalah sebagai berikut.

Memberikan komentar, baik secara lisan maupun tulisan, pada buku/jurnal/makalah yang sudah dibaca.

Menulis jurnal tanggapan terhadap buku yang sudah dibaca.

Memanfaatkan graphic organizer sebagai alat untuk menulis tanggapan.

Membuat suatu kesimpulan sistematis dari buku yang sudah dibaca.

3. Tahap pembelajaran

Tahap pembelajaran ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap pengembangan. Pada tahap ini, peserta didik sudah otomatis terlatih untuk menerapkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.

Kebiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini bisa berupa membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca secara terintegrasi dengan beberapa indikator.

Menjalankan berbagai strategi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami suatu bacaan di semua mata pelajaran.

Memanfaatkan berbagai jenis bacaan, misalnya bacaan cetak, visual, auditori, dan digital. Dengan demikian, peserta didik bisa memperkaya literasinya di luar bacaan pelajaran


Langkah Literasi dalam Pembelajaran

Seperti pembahasan sebelumnya, langkah literasi dalam pembelajaran meliputi sebelum, saat, dan setelah membaca.

1. Sebelum

Sebelum membaca, peserta didik akan diberi buku bacaan dan mereka diminta untuk memahami tujuan membaca buku tersebut. Pada tahap ini, peserta didik juga harus mampu memperkirakan isi buku yang akan dibaca.

2. Selama

Selama membaca, peserta didik harus bisa mengidentifikasi informasi relevan yang terkandung di dalam bacaan, mencari kata kunci, dan menemukan kosakata baru.

3. Setelah

Setelah membaca, peserta didik harus bisa menyimpulkan teks yang sudah dibaca, baik secara lisan dan tulisan.


Apa Saja Kegiatan Literasi Sekolah?

Kegiatan literasi sekolah bisa diisi secara bervariasi, bergantung pada kreativitas peserta didik. Lalu, apa saja kegiatan literasi sekolah?

  • Kegiatan wajib kunjungan ke perpustakaan

  • Pembuatan mading kelas atau sekolah setiap minggu/bulan.

  • Membaca buku non pelajaran sebelum dimulai pembelajaran.

  • Membuat pohon literasi di setiap mading kelas.

  • Kegiatan menghafal kosa kata baru dan menuliskannya dalam bentuk kalimat.

  • Mengadakan perlombaan karya literasi setiap satu semester.

  • Membuat perpustakaan mini di dalam kelas beserta spot membaca yang cozy atau nyaman.


Gerakan Literasi Sekolah di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 belum juga usai. Artinya, peserta didik masih harus berada di rumah saja demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Selama di rumah saja, tentu kegiatan literasi yang digagas Kemdikbud tersebut menemukan sejumlah kendala. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Saat ini, Kemdikbud sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait relaksasi kurikulum, yaitu guru tidak dibebani untuk menyelesaikan seluruh kompetensi dasar, melainkan bisa dipilih KD mana saja yang esensial. Tidak hanya itu, Kemdikbud sudah menyediakan modul literasi yang bisa diunduh secara bebas oleh peserta didik, guru, dan masyarakat. Ketersediaan modul literasi digital ini diharapkan mampu mempertahankan minat membaca dan menulis para peserta didik dan guru. Dengan demikian, gerakan literasi sekolah di masa pandemi bisa tetap dijalankan, sehingga fungsi literasi sekolah bisa didapatkan di rumah.

Pojok Baca

Membaca di luar ruangan

Pojok Baca

Membaca di luar ruangan