MATERI BAHASA INDONESIA KELAS XII BAB 3
Pembelajaran 1 : Menyelisik Ide Pokok dan Ide Pendukung dalam Teks
Teknologi
Materi Pembelajaran
a. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,
serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Agar kita dapat mencari, menemukan, serta mendapat keuntungan dari ide-ide yang
terkandung dalam bacaan, maka kita harus berusaha membuat diri kita menjadi
pembaca yang baik.
Syarat pertama bagi setiap pembaca yang baik adalah bahwa ia harus tahu dan
sadar mengapa dia membaca. Setidaknya mengetahui tujuan membaca, yakni untuk
memperoleh informasi dan menikmati bacaan.
Selain itu, pembaca yang baik benar-benar memahami apa yang dibacanya. Untuk
mencapai hal itu diperlukan perhatian atau konsentrasi yang erat sekali
berhubungan dengan maksud.
b. Ide pokok dan ide pendukung
Ide pokok adalah suatu gagasan yang mendasari terbentuknya sebuah kalimat atau
paragraf (Purwandari, 2015). Ide pokok biasanya diperuntukkan untuk menyusun
paragraf, namun sebenarnya ide pokok juga membentuk suatu kalimat.
Menurut Arifin dan Tasai (2010: 116) ide pokok atau topik adalah pikiran pokok
dalam suatu paragraf. Dalam suatu paragraf atau kalimat, ide pokok menjadi pusat
atau topik pembicaraan. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut ide pokok
adalah gagasan pokok atau gagasan utama yang melandasi sebuah paragraf bacaan.
Dalam sebuah paragraf hanya akan ada satu ide pokok yang terkandung dalam
kalimat utama dalam paragraf tersebut.
Letak ide pokok biasanya terdapat di awal paragraf (deduktif) atau di akhir paragraf
(induktif), tetapi ada juga yang terletak di tengah paragraf.
Ide pokok memiliki ciri:
1) Berupa kalimat umum,
2) Memuat topik atau inti permasalahan yang dimungkinkan untuk dijelaskan lebih
detail,
3) Hanya ada satu gagasan pokok dalam setiap paragraf,
4) Ide pokok terdapat dalam kalimat utama yang dapat berdiri sendiri,
5) Ide pokok umumnya terdapat dalam kalimat dengan unsur lengkap tanpa
konjungsi, tetapi tidak menutup kemungkinan ide pokok tersirat dalam kalimat
panjang.
Sementara itu, ide pendukung berfungsi sebagai penjelas dari ide pokok yang
memberikan penjelasan secara lebih terperinci dengan tetap memperhatikan
efektivitas, kepaduan, dan kesatuan.
Ide pendukung memiliki ciri :
1) Berupa kalimat khusus atau spesifik.,
2) Memuat penjabaran dari ide pokok,
3) Ide pendukung lebih dari satu dalam satu paragraf,
4) Kalimat yang memuat ide pendukung berupa pernyataan, uraian, data, rangkaian
peristiwa, contoh, atau banyak mengandung keterangan,
5) Kalimat ide pendukung tidak dapat berdiri sendiri karena berkaitan dengan ide
pokok,
6) Kalimat ide pendukung banyak menggunakan konjungsi antar kalimat,
7) Ide pendukung bisa terletak di mana saja bergantung letak kalimat yang
mengandung ide pokok.
Sumber: kompas.com
Pembelajaran 2 : Mengajukan Hipotesis Berdasarkan Informasi
Materi Pembelajaran
a. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara teradap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari atau yang ingin kita pelajari.
Trelease (1960) dalam Nazir (2013: 151) memberikan defini hipotesis sebagai
suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Secara garis besar,
kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut.
1) Memberikan batasan serta memperkecil jangauan penelitian dan kerja penelitian.
2) Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3) Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesattuan penting dan menyeluruh.
4) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.
b. Ciri-Ciri Hipotesis
Ciri-ciri hipotesis sebagai berikut.
1) Hipotesis harus menyatakan hubungan.
2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
3) Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu
pengetahuan.
4) Hipotesis harus dapat diuji.
5) Hipotesis harus sederhana.
6) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
c. Menggali dan Merumuskan Hipotesis
Goode dan Hatt (1952) dalam Nazir (2013: 155) memberikan empat sumber untuk
menggali hipotesis, yakni sebagai berikut.
1) Kebudayaan di mana ilmu tersebut dibentuk.
2) Ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori, dan teori memberi arah kepada
penelitian.
3) Pengamatan terhadap jagad raya yang serupa atau pengamatan yang serupa pada
ilmu lain. Misalnya, mengamati respons berat hewan terhadap makanan,
memberikan analog tentang adanya respons tanaman terhadap zat hara. Dari
sana dapat dirumuskan hubungan antara tubuhan dan zar hara dalam tanah.
4) Reaksi individu dan pengalaman. Reaksi individu terhadap sesuatu atau
pengalaman-pengalaman sebagai suatu konsekuensi dari suatu fenomena dapat
dijadikan sumber hipotesis.
Selain itu, wawasan yang mendalam tentang suatu hal, imajinasi atau angan-angan,
materi bacaan dan literatur, serta data yang tersedia dapat dijadikan sumber hipotesis.
Pembelajaran 3 : Mengajukan kata khusus Bidang Teknologi
Informasi
Materi Pembelajaran
Kata Khusus
Kata khusus adalah sebuah kata yang mempunyai ruang lingkup yang terbatas (makna
kata khusus sifatnya sempit) yang mana, kata-kata tersebut sudah tidak dapat
diperincikan atau dijabarkan lagi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi kata
khusus adalah kata kata yang didalamnya mengandung makna yang tidak bisa untuk
dijabarkan lagi.
Teks tentang kecerdasan buatan mengenalkan kepada kalian beberapa istilah
khusus di bidang teknologi informasi. Istilah itu di antaranya gawai, asisten maya,
mesin peramban, simulasi, gim, lokapasar, dan jejak digital.
Kata ‘gawai’ dikenalkan dan digunakan sebagai padanan kata gadget dalam bahasa
Inggris. Gawai diserap dari bahasa daerah, tepatnya bahasa Jawa.
Ada tiga makna gawai di dalam KBBI. Makna pertama berarti ‘kerja’ atau
‘pekerjaan’. Dari kata ini kita mengenal kata dasar ‘pegawai’ yang sama dengan
‘pekerja’. Adapun makna kedua adalah ‘alat’ dan ‘perkakas’.
Makna ketiga adalah makna yang paling tepat menggambarkan teks tentang
kecerdasan buatan yaitu ‘peranti elektronik’ atau ‘mekanik dengan fungsi praktis’.
Oleh karena itu, kata gawai populer digunakan menggantikan kata gadget.
Akan tetapi, ternyata kata gadget di dalam KBBI Daring juga telah diserap
langsung menjadi kata dalam bahasa Indonesia. Artinya, kalian dapat menggunakan
kata ‘gawai’ atau ‘gadget’ dengan makna yang sama.
Pembelajaran 4 Berdiskusi tentang Fenomena Kecerdasan Buatan
Materi Pembelajaran
Diskusi berarti perundingan atau bertukar pikiran tentang suatu masalah, baik untuk
memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, maupun mencari jalan keluarnya.
Diskusi dapat dilakuan oleh dua, tiga, puluhan, bahkan ratusan orang.
Diskusi adalah sebuah proses tukar-menukar informasi, pendapat, dan unsur
pengalaman secara teratur, dengan maksud mendapatkan pengertian bersama yang
lebih jelas dan teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/ pernyataan/ keputusan.
Pembelajaran 5 Menyampaikan Pertanyaan secara Efektif
Materi Pembelajaran
Diskusi kelas atau diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Sedangkan, diskusi
kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok.
jumlah anggota kelompok 3-5 peserta didik. Pelaksanaannya dimulai dengan guru
menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke
dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.
Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusi.
Pembelajaran 6 Mengelaborasi Perasaan untuk Memahami Masalah
Materi Pembelajaran
a. Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas)
b. Konjungsi Kausalitas
Dalam teks yang memiliki hubungan sebab-akibat umumnya ditandai oleh
konjungsi yang menunjukkan hal tersebut.
1) Konjungsi kausalitas syarat
Konjungsi ini saling menyatukan akibat dan sebab dengan menerapkan syarat
untuk terjadinya akibat tersebut. Konjungsi kausalitas syarat ditandai dengan
kata jika, kalau, bila.
2) Konjungsi kausalitas alasan
Kinjungsi ini menyebutkan adanya alasan atau penyebab dari sutau kejadian
yang menimbulkan akibat. Konjungsi ini ditandai dengan kata karena.
3) Konjungsi kausalitas simpulan
Konjungsi ini memuat suatu kesimpulan dari adanya sebab dan akibat.
Konjungsi ini menggunakan kata dengan demikian, jadi.
4) Konjungsi kausalitas akibat
Konjungsi ini memuat akibat yang terjadi sehingga menimbulkan sebab.
Konjungsi ini menggunakan kata akibat, oleh sebab itu, sehingga, oleh karena
itu, maka.
5) Konjungsi kausalitas untuk
Konjungsi ini menyatakan suatu sebab haruslah membentuk akibat. Konjungsi
ini ditandai dengan kata agar, untuk itu.
Pembelajaran 7 Menggunakan Konjungsi Intrakalimat dan Antarkalimat
Materi Pembelajaran
Penjelasan materi pelajaran dapat dipahami secara lengkap dalam Buku Siswa hlm.103 -104